![]() |
Foto: copyright shanghaiist.com |
Kadang ada pergulatan batin sendiri hingga proses berliku untuk bisa
melewati setiap ujian yang ada. Semua kembali pada bagaimana diri kita
mengatasinya dan berdamai dengannya.
Xiaolou, pria yang satu ini sudah kehilangan kedua lengannya saat baru berusia lima tahun. Dilansir dari shanghaiist.com,
kedua lengan Xiaolou harus diamputasi akibat tersetrum listrik
bertegangan tinggi. Setelah kejadian itu, ia kehilangan rasa percaya
dirinya seperti sudah kehilangan harapan hidup.

Seiring
waktu berjalan, Xiaolou mulai melatih kakinya untuk melakukan sejumlah
hal seperti memakai baju dan makan. Dan saat usianya 21 tahun, ia mulai
tertarik dengan cross-stitching (salah satu bentuk penyulaman
pada kain tertentu dengan menyulam benang-benang membentuk tanda silang
(X)) setelah melihat tetangganya bekerja.
Hidupnya pun berubah sejak saat saat itu. Xiaolou mulai belajar cross-stitching
dari tetangganya tersebut. Ia pun membeli bahan-bahannya sendiri dan
berlatih di rumah. Bisa dibayangkan betapa kerasnya perjuangan Xiaolou
menggunakan jari-jari kakinya menggunakan jarum untuk membuat sulaman.

Lama
dan tekun berlatih, pada usia 24 tahun Xiaolou mulai merasa lebih
percaya diri. Ia pun mulai menjual hasil karyanya di kota-kota besar di
penjuru Cina. Kota pertama yang ia kunjungi adalah Shanghai. Dan di
sana, ada pelanggan baik hati yang membeli salah satu hasil karyanya
seharga lebih dari seribu yuan atau sekitar 2 juta rupiah. Sejak saat
itu ia makin semangat dan giat membuat karya.
Xiaolou punya
impian sederhana saat ini. Ia ingin sekali membelikan ibunya sebuah
mesin cuci. Sementara itu ke depannya ia ingin bisa punya pacar dan
punya bisnis sendiri. Semoga rencana-rencana Xiaolou bisa terwujud dan
terlaksana semua, ya Ladies. Meski dulu ia pernah hampir menyerah dan
kehilangan harapan hidup, kini ia bisa jadi inspirasi berkat kegigihan
dan perjuangannya untuk bisa melakukan sesuatu dari kemampuan yang ia
punya.
“One day can change your life. One day can ruin your life. All life is is three or four big days that change everything.”
― Beverly Donofrio.[vem]
Comment