Pembunuhan Meningkat Tanda Sistem Hidup Sekarat

Opini460 Views

 

Penulis: Faiza Nisa Muthmainnah | Mahasantri Cinta Quran Center

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dilansir dari CNN Indonesia, sejumlah kasus pembunuhan secara sadis terjadi di beberapa daerah belakangan ini, seperti di Bekasi, Ciamis dan Bali. Kasus kriminalitas ini menjadi sorotan publik nasional. Aparat kepolisian pun berhasil meringkus para terduga pelaku dan mengungkap motif di balik peristiwa itu.

Kasus pembunuhan perempuan dalam koper di Bekasi.

Jasad wanita berinisial RM (50) korban pembunuhan ditemukan dalam sebuah koper hitam di Jalan Inspeksi Kalimalang, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Kamis (25/4) pagi. Koper berisi jasad korban itu diketahui pertama kali ditemukan oleh seorang petugas kebersihan. Temuan itu langsung dilaporkan ke pihak berwajib. Polisi lalu menetapkan AA (29) dan adik kandungnya AT (21) sebagai tersangka pembunuhan.

Dari pemeriksaan A, polisi mendapati fakta bahwa tersangka turut dibantu Ad untuk membuang jasad korban. Aksi pembunuhan yang dilakukan oleh A terhadap korban berawal saat keduanya berada di sebuah hotel di wilayah Bandung, Jawa Barat.

Kedua adalah kasus pembunuhan PSK di Bali oleh seorang pria bernama AARP (20) membunuh perempuan yang merupakan Pekerja Seks Komersial (PSK) berinisial RA (23) di sebuah indekos di Jalan Bhineka Jati Jaya, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali pada Jumat (3/5) sekitar pukul 03.00 WITA.

Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi menyampaikan bahwa awalnya pelaku memesan wanita pekerja seks komersial melalui aplikasi di ponsel dan terjadi tawaran-menawar dengan korban. Mereka sepakat dengan harga Rp500 ribu. Selang beberapa menit, korban tiba di TKP yang ditentukan oleh pelaku yaitu di kamar indekos pelaku.

Lalu, korban masuk ke kamar kos dan pelaku melakukan hubungan badan dengan korban. Selesai melakukan hubungan badan, pelaku membayar sebesar Rp500 ribu, namun korban tidak terima dan meminta bayaran kepada pelaku sebesar Rp1 juta. Kemudian, pelaku tidak terima, sehingga korban mengancam pelaku akan mendatangkan pacarnya bersama teman-temannya. Usai diancam, pelaku emosi dan secara spontan melakukan penganiayaan dengan cara menggorok leher korban dari belakang dengan menggunakan pisau dapur milik pelaku yang ada di kamar kos.

Ketiga adalah kasus Mutilasi di Ciamis, pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh TBD (50) terhadap istrinya bernama Yanti (44) di wilayah Rancah, Ciamis, Jawa Barat, mengejutkan banyak pihak. Aksi pembunuhan tersebut terjadi pada Jumat (3/5) pagi sekira pukul 07.30 WIB. Pelaku disebut sempat menganiaya sang istri dengan menggunakan benda tumpul sebelum memutilasinya.

Ketua RT setempat di Dusun Sindangjaya, Desa Cisontrol, Rancah, Yoyo Tarya menjelaskan aksi pembunuhan itu diketahui oleh warga ketika pelaku membawa baskom yang diduga berisi potongan jasad korban. Ketika itu, jelas Yoyo, Tarsum juga sempat menjajakan daging korban kepada warga yang berada di sekitar lokasi kejadian.

“Awalnya saya tidak tahu ada pembunuhan. Pelaku itu bawa baskom isi daging sambil berkata peser [beli] daging si Yanti, peser daging si Yanti [Beli daging Yanti]. Jadi dagingnya dibawa keliling,” kata Yoyo. Setelah mengetahui aksi pembunuhan itu, Yoyo pun melaporkannya kepada Polsek Rancah. Kapolres Ciamis AKBP Akmal mengatakan berdasarkan keterangan para saksi, insiden pembunuhan ini bermula saat terjadi cekcok antara pelaku dan istri. Keduanya disebut sempat keluar rumah dan cekcok terjadi sekitar 30meter dari rumah.

“Saat itulah pertama kali korban dipukul. Dimutilasi di situ juga,” ucap Akmal. Pihak kepolisian mengaku belum mengetahui motif pelaku melakukan aksi kejinya. Pelaku belum bisa dimintai keterangan secara utuh. Kendati demikian, pelaku telah mengakui perbuatannya.

Kasus pembunuhan terus terjadi dan tak pernah terselesaikan secara tuntas, buktinya setiap tahun selalu ada kasus yang memprihatinkan. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang berujung kematian anggota keluarga pun senantiasa ada. Sejatinya banyak faktor penyebab dari hal ini, namun yang menjadi faktor yang paling krusial adalah pemuasan keinginan jasmani dan materi yang menjadi prioritas, namun cara pemenuhannya salah kaprah.

Dalam kehidupan sekuler hari ini, tidak dipungkiri bahwa masyarakat memiliki sumbu pendek, tidak lagi memerhatikan akibat atau hasil dari perbuatannya ketika dirinya sedang dikuasai emosi.

Sejumlah kejadian tertera menunjukkan gambaran betapa rusaknya manusia cetakan sistem kapitalisme-sekuler hari ini, sulit untuk mengendalikan emosinya meski dipicu oleh hal sepele. Emosi-emosi yang ada dalam diri kita, sejatinya merupakan bagian dari gharizah baqa’ (naluri mempertahankan diri).

Pemicu/dorongan naluri ini ada dan hadir dari luar diri manusia. Jika manusia terancam harga dirinya, eksistenisnya, nyawanya, dia akan melakukan hal-hal yang dapat mempertahankannya. Namun, dalam Islam naluri ini sangat-sangat diatur. Sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti pembunuhan, dan tindak kriminal lain ketika manusia terpicu emosinya.

Kasus mutilasi yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya di Ciamis, pembunuhan dalam koper di Bekasi, pembunuhan PSK di Bali, dan lain-lain adalah bukti konkritnya. Betapa mirisnya fakta hari ini dan begitu miris lagi ketika fakta-fakta tersebut belum ada solusi praktisnya.

Pembunuhan yang terus terjadi menunjukkan pula betapa rendahnya kualitas pendidikan yang diampu negara hari ini. Pendidikan yang salah, tidak mencerdaskan anak bangsa, jusru mencetak generasi malas, manusia-manusia yang berorientasi materi, dan tamak, sehingga mudah memaksakan kehendak demi materi yang ingin diraihnya dan tidak dipungkiri akhirnya banyak terjadi kasus kriminalitas.

Kasus kriminalitas yang merajalela disebabkan pula oleh sistem sanksi atau hukuman yang tidak membuat jera. Sehingga masyarakat luar yang sudah terstimulus naluri baqa’ atau naluri mempertahankan dirinya, tidak takut lagi untuk melakukan kejahatan dan kriminalitas. Sebab perbuatannya pun tidak ditindak tegas.

Dalam Islam, sistem pengayoman untuk masyarakatnya terdapat dua; pengayoman preventif dan kuratif. Pengayoman Islam dalam aspek preventif yakni; Islam akan membentuk manusia-manusia yang bertaqwa, yang dengan taqwa, akan mencegahnya melakukan tindak kriminal.

Fokus pembanguan dalam Islam, adalah membangun manusia dan potensinya, bukan hanya membangun fisik infrastruktur yang terlihat, mengembangkan manusianya menjadi manusia yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Mencetak para intelektual, mujahidin, ulama, dan para dai.

Pada tatanan masyarakat, negara akan memenuhi kebutuhan rakyatnya berupa kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan, keamanan, dan pendidikan. Dengan itu, dorongan berbuat kriminal akan teredam, dan pada akhirnya hilang. Masyarakat akan sejahtera dengan Islam yang mengayomi mereka.

Pengayoman Islam dalam aspek kuratif, yakni penerapan sanksi atas tindak kriminalitas yakni sebagai jawabir (penebus dosa pelaku) dan zawajir (pencegah orang lain berbuat serupa). Untuk menjaga kelestarian masyarakat Islam, syariat Islam telah menetapkan tujuan-tujuan luhur yang salah satunya adalah pemeliharaan atas jiwa (al-muhafadzhatu ‘ala al-nafs) dengan diterapkannya sanksi qishash. Allah berfirman:

وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓــاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Dalam Qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal agar kamu bertakwa.”

Hanya dengan Islam kriminalitas akan tuntas. Maka tugas umat muslim yang sadar akan hal ini sangat berat, yakni salah satunya bagaimana mengembalikan syariat Islam di muka bumi, agar masyarakat sejahtera dan seluruh problematia ummat sirna. Wallahu’alam bishowab.[]

Comment