Perjuangan Buruh Melawan Perbudakan Modern

Opini556 Views

 

Oleh SW. Retnani S.Pd, Pendidik Generasi dan Aktivis Dakwah
__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Jauh panggang dari api. Begitulah peribahasa yang pas mengganbarkan keadaaan para buruh saat ini. Kehidupan sejahtera, makmur atau bahkan hanya standar kehidupan yang layak, belum bisa dinikmati para buruh. Impian untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok seperti perumahan dan pendidikan masih terganjal oleh kondisi ekonomi. Apalagi harga kebutuhan pokok semakin mahal ditambah biaya kesehatan, transportasi, listrik dll. Semua ini sangat berbanding terbalik dengan kehidupan para penguasa dan para pemilik modal yang selalu bergelimang kenikmatan serta kemudahan dalam mencukupi kebutuhannya. Kemewahan gaya hidup mereka yang sangat kontras dengan kehidupan buruh yang serba sulit bagai bumi dan langit.

Hal ini tidak ubahnya dengan perbudakan modern. Sistem demokrasi-kapitalisme telah menyuburkan kesenjangan di antara masyarakat bahkan menginjak-injak keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perbudakan yang lahir akibat sistem kapitalis yang dianut para oligarki ini begitu kuat sehingga pemerintah tidak mampu berbuat. Nasib kaum buruh kian terpuruk oleh kebijakan yang tidak memihak buruh, seperti Undang-Undang Ketenagakerjaan tentang outsourcing dll. Kenyataan ini memaksa para buruh melakukan perlawanan.

Gerakan buruh menuntut keadilan terus digelar tiap tahun. Di berbagai pelosok dunia, perjuangan para buruh melawan perbudakan modern sering kita lihat. Ibukota Jakarta kerap dipilih sebagai tempat menyuarakan aspirasi rakyat. Stadion Utama Gelora Bung Karno yang berada di Jakarta pun menjadi saksi bisu perjuangan para buruh menggapai kehidupan sejahtera.

Seperti dilansir www.cnbcindonesia.com bahwa partai buruh membawa 18 tuntutan dalam aksi mayday fiesta yang dihelat di gedung DPR dan Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (14 /5 /2022). Di antaranya berupa redistribusi kekayaan serta penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja.

Tuntutan buruh untuk redistribusi kekayaan dan kenaikan upah memang difasilitasi dalam beragam aksi dan secara global berupa May Day.

Namun, faktanya tuntutan tersebut hanya menjadi tuntutan kosong yang tidak bisa dipenuhi. Karena sistem demokrasi-kapitalis justru melanggengkan perbudakan modern. Buruh di eksploitasi untuk meningkatkan volume produksi demi keuntungan para pemilik modal.

Kesejahteraan pekerja diasosiasikan sekadar kenaikan upah yang tak seberapa. Adanya demo buruh dan tuntutan kenaikan upah di berbagai negara maju menegaskan bahwa selama sistem demokrasi kapitalisme masih menjadi pijakan tidak akan ada sejahtera bagi semua. Kesejahteraan dan kemakmuran hanya milik kaum kapitalis.

Berbanding terbalik dengan sistem Islam yang menjamin kesejahteraan umatnya. Pemimpin yang menerapkan sistem Islam akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya :
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Muslim).

Segala problematika umat diselesaikan dengan hukum-hukum Allah Swt baik dalam aspek politik, ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya pertahanan keamanan dsb. Perekonomian yang dilandasi oleh hukum-hukum Allah akan menjauhkan umat dari riba dan negara wajib menjamin kesejahteraan serta keadilan bagi seluruh rakyatnya.

Sumber daya alam yang melimpah di seluruh negeri kaum muslim dikelola oleh negara dan diperuntukkan demi kesejahteraan rakyat. Negara tidak akan memberikan kesempatan kepada swasta ataupun asing untuk menguasai harta milik rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Pajak tidak lagi dibebankan kepada rakyat sehingga para buruh tidak lagi terbebani dengan biaya kehidupan yang mahal. Dengan sistem Islam, tidak ada lagi perbudakan. Hukum Islam  membayar upah para buruh sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan.

Begitupun majikan tidak akan terbebani oleh kesejahteraan pekerja, karena negara telah menjamin kesejahteraan rakyatnya. Sistem ekonomi Islam menjadikan negara sebagai pengurus umat dan pasti melindungi umat dan berupaya sekuat tenaga untuk menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada. Termasuk tingginya harga kebutuhan pokok dan kebijakan yang tidak memihak rakyat.

Kehidupan yang berlandaskan pada syariat Sang Maha Pencipta pastilah dipenuhi rahmat dan berkah-Nya.

Tidak seperti saat ini, sistem kapitalisme sekuler telah menjadikan umat terpuruk dan jauh dari kata sejahtera. Kemuliaan umat manusia hanya bisa diwujudkan dengan penerapan aturan Sang Khalik secara menyeluruh.

Sebuah sistem yang telah terbukti memberi keadilan dan kesejahteraan bukan saja kepada umat Islam tetapi kepada seluruh umat manusia saat kejayaannya selama 13 abad. Tidak Ada lagi perbudakan modern. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment