![]() |
Hidayat Nurwahid.[Gofur/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Menarik untuk menyimak sisi PKS setelah pemecatan Fahri Hamzah oleh Badan Penegak Disiplin Organisasi Partai Keadilan Sejahtera, Senin (4/4). Pemecatan dilakukan PKS karena Fahri dianggap berlebihan dalam pembelaannnya terhadap Setya Novanto dalam kasus Freeport yang kesohor dengan “Papa Minta Pulsa” itu.
Namun ada yang menarik bila kita kaji bagaimana konstalasi politik PK dan hubungannya dengan Paramadina. Sekitar 1990 lalu terjadi sebuah perdebatan hebat antara DR. Hidayat Nurwahid yang mengguggat pemikiran DR. Nurcholis Madjid yang kala itu sebagai rektor Universitas Paramadina. Hidayat menggugat pola tajdid yang ditempuh Nurcholis yang dianggapnya menyimpang.
Perdebatan seputar tajdid dan pemikiran pembaharuan gaya Nurcholis saat itu cukup menegangkan syaraf karena isu tersebut menjadi berita nasional yang hebat. Hidayat saat itu bersama Prof. DR Daud Rayid yang juga tidak sejalan dengan Nurcholis Madjid.
Waktu berlalu dan perubahanpun tidak terelakan. Hidayat Nurwahid yang kini menjadi Wakil Ketua MPR RI dan juga seorang PKS itu menerima Sohibul Iman yang mantan dosen Paramadina sebagai Presiden PKS.
Lalu ke manakah arah perjuangan Partai Keadilan Sejahtera yang dulunya berasaskan Islam ini ke depan? Tampaknya arah perjuangan PKS telah bergeser dengan melakukan pemecatan terhadap Fahri Hamzah ini untuk kemudian membawa bendera berlambang sabit dan padi itu berlabuh ke pangkuan Jokowi.[GF]
Comment