Shafayasmin Salsabila*: Menihilkan Keresahan Petani Indramayu

Opini512 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — “Saya tegaskan pertanian di hulu saluran ini harus mendapatkan prioritas. Wilayah yang ada di depan masih cukup aman. Para petani juga harus disiplin dalam menggunakan air. TNI dan Polri tetap akan mengawasi pendistribusian air ini,” demikian pernyataan Plt. Bupati Indramayu Taufik Hidayat, menanggapi kekhawatiran petani Indramayu, akan terulangnya gagal panen.

Sebagaimana dilansir jabarnews.com, 5/7/2020, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu Waryono mengatakan bahwa 1.300 hektare tanaman padi terkendala minimnya pasokan air baku. Gagal panen menjadi momok menakutkan, membuat ketar ketir hati petani. Kemarau disinyalir menjadi pemicunya. Tapi, bukankah musim kemarau tak sekali ini saja berkunjung. Semestinya serangkaian antisipasi sudah matang disiapkan.

Petani merupakan bagian dari masyarakat Indramayu. Berstatus warga negara dan berhak mendapatkan kemudahan dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pekerjaan ini mulia, berpeluh dan lelah tak terkira, bertahan dalam kehalalan. Bukan hanya demi menghidupi keluarga, tetapi turut menghijaukan Indramayu. Membawa kesejukan di tengah deru kemajuan zaman. Juga memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan bangsa.

Petani membutuhkan perhatian dan eksekusi program di lapangan, segera. Jangan sampai kisah tentang para petani selalu bergesekan dengan elegi dan derita. Sudahlah bermain tanah dan lumpur tapi tak kunjung sejahtera. Negara wajib hadir baik dalam bentuk kebijakan juga sarana dan prasarana yang mumpuni. Seperti penguasaan teknologi irigasi.

Debit air menipis akibat kemarau dan diperparah dengan masalah aliran irigasi. Sebut saja empat kecamatan terdampak dan mengalami kekeringan, yaitu di Kandanghaur, Kecamatan Terisi, Gabuswetan, dan Losarang. Letak keempatnya berada di ujung aliran irigasi. Akibatnya, pasokan air dari Waduk Jatigede dan Jatiluhur tidak sampai ke empat kecamatan tersebut.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan permasalahan kekeringan seperti yang melanda Indramayu harus ditangani serius. Tentu diksi “serius” ini amat menantang. Jika tidak dibarengi dengan langkah nyata, bahkan kekeringan masih juga terjadi dan berulang, maka hanya akan menjadi pemanis lisan semata. Namanya hati petani yang resah, butuh segera ditenangkan.

Berbicara tentang keseriusan, dahulu pada masa ke-khilafahan, masalah irigasi menjadi fokus perhatian. Pada awal abad ke-9, di wilayah Muslim, sistem pertanian modern telah dikembangkan. Pertanian di Timur Dekat, Afrika Utara dan Spanyol didukung sistem pertanian yang unggul, menerapkan sistem irigasi canggih dan pengetahuan yang mumpuni.

Pengembangan sistem irigasi canggih semata untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Maka digunakanlah teknik dan teknologi modern seperti penggunaan kincir untuk mengangkat air dari sungai lalu dialirkan melalui jaringan irigasi. Sehingha sebuah lahan bisa dipanen sampai tiga kali dalam setahun dengan beebagai jenis tanaman.

Misalnya tersohor di wilayah Irak, Khilafah Umayyah membangun jaringan irigasi canggih. Sistem jaringan irigasi ini lalu diintroduksi ke Spanyol pada masa pemerintahan Islam di sana. Untuk mendukung irigasi, maka dikembangkan pompa-pompa. Pompa ungkit adalah yang paling awal digunakan.

Selanjutnya dikembangkan pompa Saqiya. Digerakkan dengan tenaga hewan. Paling fenomenal, dikembangkan kincir air sejak abad ke-3H (9M) untuk mengangkat air sungai dan diintegrasikan dengan penggilingan. Ada ratusan di sepanjang sungai Eufrat dan Tigris.

Sistem pemerintahan Islam juga memberikan dukungan kepada para petani. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, para petani di Irak diberikan modal. Sedangkan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, dukungan diberikan dalam bentuk pinjaman tanpa bunga. Setelah dua tahun, barulah dikembalikan.

Kegiatan penelitian dan pengembangan sains dan teknologi di bidang pertanian pun menjamur. Banyak dibangun laboratorium, perpustakaan dan lahan-lahan percobaan. Apresiasi dan dukungan penuh diberikan kepada para ilmuwan, termasuk dana penelitian, selain penghargaan atas karya mereka.

Lalu lahirlah banyak sekali ilmuwan pelopor di bidang pertanian. Misalnya, Abu Zakaria Yahya bin Muhammad Ibn Al-Awwan, tinggal di Seville. Riyad ad-Din al-Ghazni al-Amiri (935/1529) di Damaskus. Lalu, Ibnu Bassal (1038-1075), seorang ilmuwan di Andalusia, memelopori penggunaan teknologi “flywheel” (roda gila) untuk meningkatkan kemampuan Noria atau Na’ura (roda kincir air).

Dengan beragam kebijakan itu tergapai kegemilangan pertanian pada masa Khilafah. Berdasarkan catatan sejarah dan komentar para ilmuwan termasuk dari Barat, sistem pertanian pada era Spanyol Muslim merupakan sistem pertanian yang paling kompleks dan paling ilmiah, yang pernah disusun oleh kecerdikan manusia.

Revolusi Pertanian Islam telah diawali pada abad ke-7. Sehingga negeri-negeri Islam berkembang pesat dan memiliki masyarakat makmur dari hasil pertanian. 12 ribu desa disepanjang Sungai Guadalquivir, Spanyol, dimakmurkan dan berkecukupan.

Ada pula 200 desa di sepanjang Sungai Tigris, Irak, yang pertaniannya juga maju. Sensus yang dilakukan pada abad ke-8 di Mesir mengungkapkan bahwa dari 10 ribu desa di Mesir, tak ada desa yang memiliki bajak kurang dari 500 unit.

Tak aneh, wilayah-wilayah yang sebelumnya terbelakang dalam hal pertanian, setelah berada di bawah kepengaturan sistem Islam, mengalami kemajuan yang pesat. Wilayah Mediteranian yang sebelumnya terbelakang, dengan datangnya Islam, segalanya pun berubah.

Tidak menutup kemungkinan, hal yang serupa akan dialami oleh Indramayu. Hal itu terjadi pada saat asas Islam dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan negara serta adanya kesadaran ruhiyah pada setiap kebijakan.

Setiap pemimpin daerah, menyadari amanah kekuasaannya. Satu saja petani terzalimi, hisabnya akan berat. Apalagi ada ratusan petani yang mengadu. Maka muncul lah kesungguhan serta keseriusan untuk menangani masalah pertanian. Karena ini masalah dunia-akhirat. Jangan lagi kekeringan berulang.

Tidak cukupkah dokumen sejarah membocorkan obat keresahan petani. Atau rasa takut untuk mencoba serta pragmatisme lebih mendominasi Wallâhu a’lam bish-shawab.[]

*Anggota Revowriter Indramayu

Comment