Suryanto, S.sos: Dinamika Politik Menuju Pilkada DKI

Ahok.[Gofur/radarindonesianews.com]
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Pilkada Jakarta 2017 baru akan diadakan 6 bulan kemudian akan tetapi tensi persaingan antar calon sudah semakin terasa. Calon petahana Basuki Cahaya Purnama merupakan sosok kuat yang belum mampu untuk ditandingi oleh calon lainnya versi survey yang banyak diberitakan oleh media televisi. 
Suryanto, S.sos
Menarik untuk kita ikuti terlebih calon incumbent Ahok di dalam perkembangannya saat ini disokong oleh 3 partai yaitu Nasdem, Hanura dan Golkar. Ketiga partai tersebut merupakan maneuver politik yang dilakukan oleh Ahok dalam memuluskan langkahnya terpilih kembali menjadi orang nomer satu di DKI Jakarta ini. 
Jika kita lihat kebelakang . sebenarnya Ahok memilih jalur independen bersama  TemanAhok. Karena banyaknya tekanan politik yang diterima oleh ahok akhirnya beliau lebih memilih untuk menggunakan jalur partai ketimbang independen. Di sini bisa kita lihat bahwa ada kekecewaan yang terlihat tapi seolah olah ditutupi oleh TemanAhok serta masyarakat yang memberikan KTP dukungan kepada ahok agar maju melalui jalur independen. Akan tetapi, banyak pihak yang mempertanyakan transparansi pengumpulan KTP yang dilakukan oleh teman ahok serta hambatan lain dari TemanAhok untuk memverifikasi keabsahan dari 1 juta ktp yang dikumpulkan.

Langkah yang diambil oleh Ahok yang lebih memilih jalur partai merupakan suatu bentuk penghianatan terhadap aspirasi masyarakat dan bagi TemanAhok .

Memang langkah yang diambil oleh Ahok diibaratkan seperti dalam politik tidak ada pejabat yang konsisten dalam berbicara kepada publik. Politik itu abu – abu, tidak ada yang pasti. Pernyataannya selalu berubah – ubah seiring dinamika politik yang bergulir. 

Menarik untuk kita cermati ke depan, peta persaingan menuju DKI 1 akan semakin memanas. Ketika PDIP belum memutuskan siapa calon gubernur yang akan diusungnya. Apakah sosok Tri Risma Harini yang dianggap mampu menandingi popularitas dari petahana Ahok atau mungkin PDIP akan berbalik haluan untuk mendukung calon petahana yang sudah terlihat kerja nyatanya di masyarakat. PDIP menurut penulis kemungkinan besar akan mendukung Ahok dilihat dari sinyal – sinyal yang tampak. 
Dalam kontes pertarungan politik diperlukan kalkulasi yang matang dari berbagai aspek untuk mendukung  calon baik dari sisi popularitas serta ongkos politik yang nanti akan digunakan. Salah menentukan calon akan merugikan partai itu sendiri.[]
Penulis adalah lulusan S1, Hubungan Internasional
Fakultas Falsafah & Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta.

Comment