Tak Bisa Pertahankan Identitas Sekuler, Presiden Gambia Proklamasikan Negara Islam

Berita461 Views
Presiden Gambia, Yahya Jammeh sedang memegang al-Quran
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Presiden Gambia, Yahya Jammeh, telah memproklamirkan negaranya yang
sebelumnya sekuler menjadi Republik Islam. Presiden Jammeh juga
menyatakan negaranya akan bergabung dalam barisan Negara Islam lain.
 
Menurutnya, Gambia tidak bisa mempertahankan identitas negara sekuler
warisan rezim kolonial terdahulu yang umumnya ditinggalkan di
negara-negara Afrika Barat.


Gambia menyatakan keluar dari kelompok Negara-Negara Persemakmuran
Inggris pada tahun 2013 dan pernah mengatakan “tidak akan pernah menjadi
anggota suatu lembaga neo-kolonial apapun.”


Meski memilih menjadi Negara Islam, Gambia mengatakan akan tetap
menghargai keyakinan lain penduduk. Menurut Jammeh, warga yang memiliki
keyakinan lain masih akan tetap bisa menjalankan aktivitasnya.tetapi dia
ingin menghapus warisan yang berupa kolonialisme.


“Sejalan dengan identitas dan nilai-nilai relijius negara saya
memploklamirkan Gambia sebagai Negara Islam,” kata Jammeh di stasiun
televisi milik Negara itu dikutip laman theguardian.com, Sabtu (12/12/2015).


“Sebagai negara yang mayoritasnya Muslim, Gambia tidak memperbolehkan untuk melanjutkan warisan kolonial,” tambahnya. Gambia memiliki populasi sekitar 1,8 juta jiwa mayoritas Muslim.


Meski Negara Afrika Barat ini dikenal sebagai tujuan wisata
masyarakat Eropa karena keindahan pantainya. Hubungannya dengan Inggris
dan negara-negara Eropa lain memburuk dalam beberapa tahun terakhir.


Yahya Jammeh dikenal seorang orator animasi yang telah mendapatkan
reputasi di negaranya setelah berkuasa selama 21 tahun. Dia membuat
gebrakan pada tahun 2013 dengan menyatakan Gambia keluar dari Negara
Persemakmuran Inggris yang dia sebut sebagai neo-kolonial.


Jammeh, yang berkuasa setelah kudeta berdarah tahun 1994, memang
dikenal dengan kebiasaannya yang eksentrik. Tahun 2007, ia pernah
mengumumkan bahwa dia bisa menyembuhkan HIV-AIDS dalam waktu tiga hari
dengan ramuan rempah-rempah rahasia.


Pada November Yahya Jammeh mengumumkan akan mencabut hukum khitan
bagi wanita setelah desakan internasional. Bagaimanapun para aktivis
mengatakan desakan internasional dibutuhkan untuk mendorong presiden
agar merealisasikan pernyataanya, menjadi undang-undang.


Tahun 2013, Gambia pernah menetapkan empat hari kerja bagi para
pegawai negeri sipil, dengan menambah hari Jumat sebagai hari libur.


Yahya Jammeh mengatakan tambahan jam libur akan membuat warga Gambia
yang kebanyakan Muslim memiliki lebih banyak waktu untuk beribadah,
bersosialisasi dan bercocok tanam.


Selain itu, sekolah negeri juga tutup pada hari Jumat, tetapi
dibebaskan untuk masuk lagi di hari Sabtu untuk mengganti hari yang
hilang.


Belum lama ini ia menjadi sorotan negara Barat karena sikapnya yang keras kepada kaum homoseksual dan LGBT.


Yahya Jammeh pernah mengancam akan menghukum mati seluruh homoseksual
di negaranya jika tertangkap. Ia bahkan mewujudkan nya undang-undang
kriminalisasi kaum homo.


Diberitakan RT.com, ancaman ini disampaikan oleh Presiden
Yahya Jammeh dari Gambia saat berpidato di hadapan rakyatnya, Rabu
(13/5). “Jika kau melakukannya (di Gambia) Saya akan menggorok lehermu,”
kata Jammeh dalam bahasa Wolof.*/Nashirul Haq AR

Comment