Tidak Ada Panggung Buat Pelangi

Opini591 Views

 

Oleh Lulu Nugroho, Muslimah Revowriter Cirebon.

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Beredar podcast ‘Tutorial Jadi G4y di Indo’, yang dilansir akun YouTube pada 7/5/2022. Serta merta banjir kecaman dari warganet yang menganggap bahwa hal tersebut tidak pantas di negeri yang sangat menjunjung nilai-nilai moral. Setelahnya muncul trending topic di twitter dengan cuitan Nabi Luth dan LGBT pada Ahad (8/5/2022).

Diduga keras trendingnya dua kata tadi, akibat kehadiran Ragil beserta pasangannya, pria Jerman bernama Frederik Vollert di podcast Deddy Corbuzier. Kaum pelangi menunjukkan eksistensinya. Sebagian warganet yang pro terhadap konten ini bahkan mengajak masyarakat luas untuk menonton hingga tuntas.

Meski hingga saat ini podcast Deddy menuai banyak hujatan di media sosial terutama laman twitter dan tiktok, namun pasangan bintang tamu ini mengaku telah menikah pada 2018, tak lama setelah Pemerintah Jerman mengesahkan UU LGBT di akhir 2017. Sebagaimana kita tahu, Jerman adalah salah satu dari 30 negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis, yang jumlahnya terus bertambah dari waktu ke waktu.

Masyarakat dunia masih berselisih tentang topik yang satu ini. Tak kunjung usai, dan terus menuai pro dan kontra selama bertahun-tahun. Hal ini karena mereka bersandar pada nilai yang sama yang dianggap benar, yakni Hak Asasi Manusia (HAM). Akibatnya, para pelaku penyimpangan bisa tetap laju melenggang, sementara masyarakat yang kontra pun mati langkah, tak berkutik karena sepakat dengan ide HAM tadi.

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dijunjung tinggi serta dilindungi oleh negara hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (UU No. 39 Th 1999, tentang HAM).

Dari sini muncul pula istilah SOGIEB (Sexual Orientation, Gender Identity, Expression & Bodies) atau orientasi seksual, identitas jender, ekspresi jender dan ketubuhan (jenis kelamin biologis, biologis karakteristik) yang bisa menghantam pemikiran siapapun yang menghalangi mereka. Tampak bahwa kelompok ini ingin dianggap wajar, atas berbagai perbedaan yang mereka tampilkan.

Inilah yang akan terjadi ketika kerusakan difasilitasi dan dilindungi payung hukum. Maka masyarakat pun bebas berlaku maksiat, serta membuat berbagai terminologi dan batasan yang sesat. Sekularisme meniscayakan hal ini terjadi. Karena ide HAM tidak berasal dari syariat maka selamanya tidak akan sejalan dengan kebenaran yang hakiki. Terbukti manusia tidak mampu membuat aturan yang menentramkan hati, memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia.

Sekularisme tidak hanya melahirkan ide pemikiran sesat, tapi juga memberi panggung bagi praktik pergaulan bebas, mengumbar aurat, klenik serta penyimpangan lainnya. Semuanya dikemas apik dalam acara hiburan, obrolan santai atau variety show disertai dengan iringan musik dan tata lampu yang megah. Menjadikan dosa tampak sebagai hal yang lumrah dan biasa.

Sungguh nyata di sini bahwa peran negara sangat penting dan krusial. Ketika negara membenarkan dan menetapkan aturan batil, maka kerusakan akan meluas di tengah umat. Begitu pula sebaliknya, tatkala aturan Allah yang diterapkan, maka rahmatnya pun bisa dirasakan, tidak hanya bagi manusia beriman saja, tetapi bagi semesta alam.

Hanya saja hingga saat ini tidak satupun negara yang mengemban Islam. Sebagian besar negara di dunia masih mengusung ide kebebasan hasil dari sekularisme yang berasaskan fashludin anil hayah, atau pemisahan agama dari kehidupan. Maka tak heran jika kemungkaran selalu diberi ruang, baik dalam bentuk kebijakan pemerintah, maupun seluruh nilai yang berkelindan di tubuh umat.

Tidak lagi halal haram, tetapi manfaat menjadi nilai yang dikejar manusia. Selama mendatangkan keuntungan materi, maka pelanggaran agama akan terus dijalankan. Bisa jadi ada sebagian orang yang memberi sambutan gegap gempita ketika konten rusak dibiarkan tersebar luas melalui media sosial.

Karenanya negara berperan penting menutup arus informasi yang salah dan menyesatkan, disertai sanksi yang tegas bagi pelanggaran syariat Allah. Media penerangan swasta pun dibatasi untuk tidak sembarangan menyebarkan info, apalagi yang jelas-jelas mengalihkan perhatian umat dari jalan kebangkitan.

Suasana keimanan atau jawul iimaniy tumbuh dan terjaga dalam negara yang berlandaskan Islam. Negara bertanggung jawab menjaga hati dan kepala umat, dengan hanya menyebarkan informasi sahih. Dari sini akan lahir para pemimpin peradaban yang tidak akan beraktivitas sia-sia. Semuanya terukur hanya untuk mendapat rida Allah. Inilah sebaik-baik kepemimpinan bagi umat. Allahumanshurnaa bil Islam.[]

Comment