Puspita Sari*: Kembali Sekolah di Tengah Wabah, Amankah?

Opini510 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI telah menyatakan, Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan tetap dilaksanakan pada 13 Juli 2020.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaksanakan deteksi kasus pada anak secara mandiri dan mendapatkan data bahwa hingga tanggal 18 Mei 2020 diketahui jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) anak sebanyak 3.324 kasus dan 129 anak berstatus PDP dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan jumlah anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 584 kasus dan 14 anak dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.(https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/lapsus-tahun-ajaran-baru-akan-dimulai-127-anak-di-surabaya-positif-covid-19-1tWQP6He33B/full)

Untuk imuitas, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B Pulungan, mengatakan tidak ada perbedaan signifikan antara anak dan orang dewasa. Meskipun virus tersebut rentan terhadap orang usia lanjut, bukan berarti kondisi serupa tidak terjadi pada anak-anak.

“Sama saja ya kalau bicara imunitas, tidak benar kelompok usia anak tidak rentan terhadap COVID-19.”tuturnya. (https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200524132317-255-506454/ikatan-dokter-jelaskan-risiko-tinggi-infeksi-corona-di-anak)

Dari beberapa kasus di atas, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan Tahun Ajaran Baru dengan sekolah new normal di tengah pandemi rasanya tidak tepat karena mengingat jumlah kasus anak-anak yang semakin bertambah.

Apabila anak-anak masuk ke sekolah saat pandemi, bisakah anak-anak tertib memakai maskernya sepanjang waktu di sekolah dan bisakah orang tua menjamin anak-anak akan disiplin mengganti masker tiap empat jam pemakaian atau setiap kotor dan basah?

Maka rencana Tahun Ajaran Baru dengan sekolah new normal akan menghadapi kerawanan masalah tersendiri. Seperti belum siapnya para siswa menghadapi Tahun Ajaran Baru dengan sistem new normal karena khawatir akan terpapar virus COVID-19. Melihat saat ini tim medis sendiri sudah sangat kewalahan menghadapi pandemi.

Bahkan berdasarkan sumber dari BBC news, ada orang tua siswa yang menolak Ajaran Tahun Baru dengan sekolah new normal dan memilih untuk melanjutkan proses pembelajaran anaknya di tahun berikutnya (tidak naik kelas) karena khawatir akan terpapar virus corona apabila kembali bersekolah. (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52873517)

Jika pemerintah tetap melaksanakan Tahun Ajaran Baru dengan sekolah new normal di tengah pandemi, dikhawatirkan kasus terhadap anak-anak dapat meningkat bahkan bukan hanya anak-anak yang bersekolah saja, para guru dan pegawai sekolah pun bisa terinfeksi COVID-19.

Karena tidak menutup kemungkinan dengan dipaksakannya kehidupan new normal akan menyebabkan keadaan semakin memburuk sehingga tidak dapat menekan penyebaran virus sekalipun dalam pelaksanaannya tetap dengan menjalankan protokol kesehatan.

Kebijakan ini semakin membuktikan bahwa sistem kapitalis telah gagal dalam memberikan perlindungan terhadap rakyatnya. Sejatinya seorang pemimpin yang baik bisa melindungi seluruh rakyatnya dengan memutus rantai penyebarannya. Beda halnya apabila kita menggunakan sistem Islam. Dalam islam menyebutkan bahwa “nyawa seorang muslim itu lebih berharga dari dunia dan seisinya”.

Dalam Islam, kunci kesuksesan pertama dalam menerapkan sebuah kebijakan adalah aturan yang diberlakukannya berasal dari Allah SWT dan sosok pemimpinnya pun haruslah yang ahli dalam hukum-hukum syara’ serta menerapkan ketentuan syari’at sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Negara dengan konsep Islam meminimalisir penularan wabah dan menemukan pusat penyebaran penyakit tersebut dengan berbagai cara, salah satunya melakukan tes uji ilmiah, lalu me-lockdown daerah yang terjangkit wabah tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah:

«إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ»

“Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.” (H.R Bukhari)

Sistem Pemerintahan Islam memiliki seorang pemimpin yang tidak akan ragu dalam mengambil kebijakan sesuai dengan ketentuan syari’at, serta dengan sigap melakukan lockdown di daerah yang terjangkit wabah demi keselamatan hidup rakyatnya. Bahkan, negara dalam sistem islam memiliki baitulmal yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya selama diberlakukannya lockdown.

Dengan cara itu, Islam menjadikan negara sebagai garda terdepan dalam memerangi wabah. Sejatinya negara adalah perisai yang akan memberikan perlindungan terhadap rakyatnya dan hanya Islam yang dapat mewujudkan itu.

Hanya Islam yang dapat menawarkan solusi terbaik agar kita bisa memerangi wabah yang sedang kita hadapi saat ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Islam memiliki seperangkat solusi yang shahih dalam menghadapi berbagai masalah-masalah yang terjadi dan menyelesaikan segala permasalahan (tak hanya masalah wabah) hingga ke akarnya. Wallahu a’lam.[]

Comment