Memaknai Nilai Ketaqwaan di HariFitri

Opini28 Views

 

 

Penulis: Kurnia Budi | Mahasiswi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Belum lama kaum muslimin seluruh dunia memeriahkan hari raya idul fitri. Idul Fitri atau hari kemenangan bagi kaum muslimin setelah satu bulan berpuasa, menempa diri menjadi manusia yang bertaqwa.

Kemenangan terbesar dalam hari yang fitri ini tidak lain ialah terwujudnya ketaqwaan kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. Setelah sekian tahun hari raya idul fitri dilalalui apakah ketaqwaan ini telah mampu diraih.

Ketaqwaan Komunal

Berbicara tentang ketaqwaan, Islam mewajibkan kepribadian ini hadir di dalam 3 level kehidupan yaitu individu, masyarakat, dan negara. Sebab, ketiganya adalah pilar penyangga peradaban manusia itu sendiri.

Selain itu, manusia sebagai makhluk sosial – perkembangannya dipengaruhi oleh masyarakat di mana dia hidup. Sehingga, baik tidaknya seorang individu dipengaruhi oleh masyarakat, yang mana masyarakat juga dibentuk salah satunya oleh individu. Hal ini menunjukkan benang merah di antara keduanya.

Masyarakat pada dasarnya dibentuk oleh empat hal yang saling berkesinambungan, yaitu manusia, pemikiran, perasaan, dan peraturan. Sehingga dapat dipahami bahwa masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama sehingga membentuk pola interaksi dalam kehidupan yang khas.

Pemikiran, perasaan, dan peraturan dipengaruhi oleh sudut pandang atau value tertinggi yang digunakan oleh mayoritas manusia dalam masyarakat tersebut.

Bahkan, berbicara tentang “peraturan” maka ia tergantung pada falsafah yang diemban oleh negara dalam mengatur rakyatnya. Apakah falsafah yang digunakan sekuler yaitu memisahkan agama dengan kehidupan atau sebaliknya.

Ketika negara menggunakan falsafah sekuler maka terbentuklah masyarakat sekuler. Masyarakat ini senantiasa membedakan antara perkara agama dengan kehidupan. Anggapan bahwa agama hanya mencakup bahasan ibadah ritual semata, menjadi fenomena alami.

Pola ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari pendidikan nonformal setiap individu dalam masyarakat tersebut. Padahal, ketika membahas cakupan atas ketaqwaan akan didapati bahwa taqwa adalah memenuhi segala perintah dan menjauhi larangan Allah Subhanahu wata’ala dalam seluruh aktivitas dan aspek kehidupan manusia.

Hal ini dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 208 “Wahai orang orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah)”.

Namun, hal ini menjadi mustahil jika ketaqwaan dianggap hanya untuk individu saja. Padahal berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa ketaqwaan individu dapat dengan mudah tercapai ketika terbentuk ketaqwaan dalam negara dan juga masyarakat sehingga muncul ketaqwaan komunal.

Efek Hilangnya Ketaqwaan

Ketaqwaan sebagai point utama bagi kaum muslimin jika diabaikan memberikan bahaya dasyat. Hal ini dapat dilihat bagaimana sikap para penguasa negeri Islam menanggapi penjajahan di Gaza. Kaum muslimin di sana dibantai selama kurang lebih 6 bulan oleh zions yang secara jumlah jauh lebih kecil dibandingkan 1,2 Milyar kaum muslimin di seluruh dunia.

Akan tetapi, karena ketiadaan ketaqwaan komunal menyebabkan kaum muslimin tidak bisa berbuat maksimal untuk menolong saudara mereka. Negeri  muslim bahkan tidak mampu memberi bantuan dengan cara yang layak, apalagi berbicara tentang pembebasan wilayah dengan jalur militer.

Padahal dalam Islam, kaum muslimin diibaratkan seperti satu tubuh. Jika bagian tubuh sakit maka bagian tubuh yang lain juga merasakan sakitnya. Hal ini mewajibkan kaum muslimin membantu membebaskan kesulitan yang dialami oleh saudaranya.

Pada kasus di atas, diketahui secara umum bahwa masalah utama yang menimpa kaum muslimin Gaza adalah penjajahan sehingga satu satunya cara menyelesaikannya adalah dengan mengusir penjajah atau dengan mengirim bantuan militer. Solusi ini diambil oleh negara yang memiliki falsafah hidup Islam bukan sekuler.

Negara dalam konsep Islam menjadikan kepentingan rakyat dan juga kaum muslimin di atas seluruh kepentingan. Sedangkan negara sekuler menjadikan kepentingan pembangunana ekonomi di atas seluruh kepentingan. Sehingga tidak heran jika nilai moral ataupun kemanusiaan akan tertimbun demi kepentingan ekonomi materialistik. Wallahu alam.[]

Comment