Cinta Tak Berbalas, Pujaan Hati Tewas

Opini132 Views

 

Penulis : Diana Nofalia, S.P. | Pemerhati Masalah Anak dan Remaja

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Maraknya kasus kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan remaja membuktikan lemahnya pengelolaan emosi pada generasi saat ini. Usia remaja yang harusnya diisi dengan hal-hal positif malah penuh dengan masalah yang bahkan berujung penjara. Ada apa sebenarnya di balik fenomena ini?

Baru-baru ini ditemukan mayat seorang wanita di sebuah warung kopi di Perumahan Made Great Residence, Lamongan, Jawa Timur. Korban adalah FPR (16), seorang pelajar SMK yang dibunuh oleh teman dekatnya sendiri.

Kasus pelajar bunuh pelajar ini terjadi karena cinta pelaku ditolak korban. Menurut keterangan polisi, pembunuhan ini telah direncanakan oleh pelaku dan dilakukan di lokasi tempat jasad ditemukan.

Pelaku membunuh korban dengan cara menjerat leher korban menggunakan kerudung milik korban. Selain itu, pelaku juga memukul korban berulang kali di bagian perut dan mata kanan, lalu membenturkan kepala korban ke tembok hingga mengakibatkan pendarahan,” ungkap AKBP Bobby seperti ditulis Beritasatu.com, Jumat (17/1/2025).

“Pelaku menyukai korban, tetapi korban menolak cintanya karena sudah mempunyai pacar. Penolakan ini membuat pelaku sakit hati hingga berujung pada pembunuhan. Berdasarkan keterangan pelaku, ia sempat menyampaikan kepada teman-temannya bahwa jika cintanya ditolak, ia akan membunuh korban,” jelas Bobby masih di laman yang sama.

Motif pembunuhan pelajar oleh pelajar ini adalah penolakan cinta yang memicu pelaku melakukan kekerasan hingga menghilangkan nyawa korban. Peristiwa ini disebabkan banyak faktor, mulai dari lemahnya kontrol emosi, minimnya pendidikan moral, dan pengabaian terhadap kesehatan mental di kalangan remaja. Lingkungan sosial yang kurang suportif juga berkontribusi memperburuk kondisi ini.

Selain itu, media yang hari ini menjadi ‘guru’ generasi yang rendah literasi. Tayangan-tayangan tidak berfaedah dan cenderung merusak bebas berkeliaran di media sosial. Berbagai kondisi yang melingkupi ini adalah ekses kehidupan yang diatur dengan sistem Sekular kapitalisme.

Sekularisme membuat generasi jauh dari agama. Hal ini mengakibatkan mereka abai dan tak peduli dengan halal dan haram. Di sisi lain, mereka hidup dalam sistem kapitalisme yang menjadikan ukuran kebahagiaan hanya dari materi atau terpenuhinya keinginan seseorang. Sehingga akhirnya, untuk meraih tujuan yang diinginkan, apapun akan dilakukan.

Dalam hal ini hawa nafsu menjadi pendorong aktivitas yang dilakukan. Alhasil emosi yang dikendalikan hawa nafsu tanpa aturan, siap membinasakan diri dan apapun di sekeliling mereka.

Berbagai persoalan generasi jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif. Sistem ini adalah sistem Islam.

Islam menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia, atau dengan kata lain membentuk kepribadian islam.

Islam juga memiliki aturan yang jelas terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Interaksi lawan jenis yang dikontol dengan aturan Islam akan memberikan batasan-batasan yang jelas, sehingga bibit-bibit kemaksiatan dan kekerasan akibat emosi atau perasaan yang menyimpang dapat diatasi sedini mungkin.

Dengan kata lain, aturan Islam  menciptakan hubungan antara remaja laki-laki dan perempuan tetap dalam batas yang wajar.

Sistem sosial Islam akan menjaga pergaulan sesuai dengan tuntunan Syara’. Tuntunan inilah yang menciptakan masyarakat yang peduli dengan lingkungan sekitar.

Masyarakatnya tidak individualis. Selain itu juga, negara memiliki peran penuh menjaga generasi dalam segala aspek, termasuk menindak tegas tayangan-tayangan di media sosial yang dapat meracuni pemikiran generasi.

Negara yang menerapkan sistem pendidikan dan syariat Islam dalam berbagai bidang lainnya (secara menyeluruh) tentu akan mencegah terjadinya kasus tragis seperti ini.

Alhasil, pelajar akan dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal shalih. Dengan demikian terciptalah generasi hebat, taat syariat dan paham ilmu yang dipelajari. Wallahu a’lam.[]

Comment