Fenomena Bunuh Diri Pelajar, Konfirmasi Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler*

Opini700 Views

 

Oleh: Puput Hariyani, S.Si, Pendidik Generasi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Miris! Dunia pendidikan tengah berduka menyaksikan output generasi miskin prestasi. Bukan saja tak memiliki pencapaian yang menggiurkan, tingkah polahnya justru merenggut marwah lembaga pendidikan yang selama ini menjadi rahim bagi lahirnya para cendekia, generasi hebat bahkan pemimpin bangsa.

Hanya karena tak lolos ujian memasuki perguruan tinggi yang diidamkan, mereka rela bernazar untuk mengakhiri hidupnya. Mungkin bagi sebagian generasi, lulus tidaknya ujian masuk universitas adalah perkara penting yang akan menentukan masa depannya.

Tetapi di satu sisi hal ini menunjukkan betapa rapuhnya bangunan akidah generasi yang tak mampu melewati ujian hidup yang levelnya masih try and error. Padahal ujian kehidupan real di masyarakat jauh lebih besar.

Belum lagi jika dikomparasikan dengan hakikat kehidupan ini adalah dalam rangka mewujudkan visi penciptaan manusia yakni beribadah kepada Allah SWT.

Kisah siswi yang rela menggadaikan hidupnya demi pencapaian duniawi ini berawal dari kiriman di akun Twitter @utbkfess, sender menyampaikan bahwa adiknya yang saat itu sedang menunggu pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi, memiliki nazar jika ia benar diterima di PTN impiannya ia akan memberi santunan untuk anak yatim. Namun jika sebaliknya, ia tidak lulus maka ia akan suicide (bunuh diri). Astagfirullah!!!

Bunuh diri juga menjadi alternatif solusi bagi mahasiswa berinisial BH yang sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai hingga akhirnya memutuskan untuk memutuskan kenikmatan dunia dengan gantung diri.

Berdasarkan penelusuran polisi yang mendalami keterangan dari kakak angkat korban, RD, korban mengajukan skripsi ditolak terus sama dosennya sehingga dia diduga stres akhirnya bunuh diri (Kompas.com).

Fenomena ini sangat disesalkan, potret generasi kita sangat labil, kepribadian lemah dan tak tahan banting dalam mengarungi samudra kehidupan. Hal ini masih berkutat seputar urusan dunia karena ditolak dosen yang sebenernya tidak berimplikasi secara langsung pada pencapaian surga atau neraka.

Berhadapan dengan situasi seperti ini saja mereka sudah sangat depresi hingga bunuh diri. Bagaimana jika kelak proposal hidup kita ditolak sama Allah dan berkonsekuensi surga atau neraka? Siapkah kita?

Ke mana kita akan berlari jika sudah berhadapan langsung dengan Dzat pemutus perkara yang berkuasa menentukan tempat kita kembali nanti?

Hanya saja, tak elok kiranya jika tuduhan rusak, lemah, minim prestasi atau sematan yang tak mengenakkan itu hanya dialamatkan sepihak kepada generasi tanpa memandang perihal lain.

Satu hal yang perlu diingat bahwa generasi adalah romaterial yang siap diolah secara matang sehingga diperoleh hasil lezat dan nikmat berupa output pendidikan yang berkarakter kuat, hebat dan berorientasi akhirat.

Nah pertanyaannya adalah dengan apa mereka ini diolah? Jika mereka diproses dengan menggunakan sistem yang baik maka akan didapatkan hasil yang baik, begitupun sebaliknya jika mereka diproses dengan sistem yang buruk maka tidak aneh jika hasil yang didapatkan belum sesuai harapan.

Jamak dipahami bahwa hari ini kita diatur oleh sistem sekuler yang memaksakan kehendaknya memutus pengaturan urusan agama dan dunia. Agama tidak diberi andil untuk mengusulkan pengaturan dalam kehidupan termasuk mengatur generasi.

Sementara pengaturan diserahkan pada hasil pemikiran manusia yang cenderung lemah, terbatas dan penuh kekurangan. Padahal manusia berasal dari Allah, semestinya dari Allahlah aturan itu diambil.

Namun nyatanya hari ini, Allah disembah akan tetapi aturannya dianggap sampah, sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyentuh ranah pengaturan kehidupan dunia secara menyeluruh termasuk dunia pendidikan absen dari jangkauan agama. Kecuali diberi porsi sangat sedikit dalam aspek ibadah mahdlah semata.

Walhasil, kita saksikan maraknya kasus bunuh diri pelajar. Fenomena ini sekaligus mengkonfirmasi gagalnya sistem pendidikan sekuler dalam membangun kepribadian kuat pada pelajar. Alih-alih menghantarkan mereka menjadi generasi mandiri dan hebat justru mereka menjadi korban sistem pendidikan yang tak konsisten ini.

Pada saat yang sama sistem sekuler membangun masyarakat yang penuh tekanan hidup, tak mudah mendapatkan kebutuhan termasuk sulitnya akses mendapatkan pendidikan berkualitas dan bermutu tinggi.

Sangat berkebalikan dengan pengaturan sistem Islam yang menjadikan tujuan pembangunan kepribadian Islam sebagai inti sistem pendidikan. Islam juga menjamin akses pendidikan merata untuk seluruh warga negara baik kaya maupun miskin, di daerah atau pun di kota.

Seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan yang sama, pendidikan gratis dan berkualitas serta memiliki indikator yang jelas dalam pencapaian pembangunan cara berfikir dan bersikap generasi sesuai tuntunan Islam.

Pendidikan di dalam Islam juga ditopang oleh seluruh sistem yang menjadikan Islam sebagai landasan dan pemimpin kehidupan. Kesinergisan ini akan melahirkan masyarakat yang kokoh dan sejahtera. Wallahu ‘alam bi-ash showab.[]

Comment