Penulis: Lila Gusti, S. Pd | Aktivis Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Gencatan senjata antara militer Israel dengan Hamas di Gaza, Palestina, dimulai. Dua kubu saling membebaskan sandera yang ditahan selama konflik berkepanjangan.
Militer Israel menyampaikan bahwa tiga sandera telah dibebaskan oleh Hamas dan kini berada bersama pasukan Israel di Jalur Gaza. Ketiga sandera tersebut dibebaskan pada Minggu (19/1/2025) waktu setempat dan akan menjalani pemeriksaan medis sebelum dipulangkan ke keluarga masing-masing.
“Ketiga sandera yang dibebaskan didampingi oleh pasukan khusus IDF dan pasukan ISA saat mereka kembali ke wilayah Israel, di mana mereka akan menjalani pemeriksaan medis awal”, bunyi pernyataan militer Israel, swbagaimana ditulis detikNews, Senin (20/1/2025).
Walaupun gencatan senjata telah dikumandangkan namun lagi dan lagi Israel membabi buta menyerang Gaza. Israel membuat kembali membuat ulah dengan menunda gencatan senjata dengan alasan keterlambatan penyerahan daftar sandera oleh Hamas. Gencatan senjata ini merupakan hasil mediasi selama satu tahun oleh Qatar dan Mesir. Langkah tersebut dianggap sebagai awal dari proses panjang dan rapuh untuk mengakhiri perang selama 15 bulan di Gaza.
Gencatan senjata kali ini bukanlah gencatan senjata yang pertama kali. Ada puluhan gencatan senjata yang dibuat dan kebanyakan berakhir dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Israel. Israel seakan-akan raksasa yang memiliki kekuatan penuh untuk berbuat yang dia mau. Apalagi tindakannya selalu dibenarkan bahkan didanai Dan diamini oleh Amerika Serikat.
Lalu pertanyaannya, bagaimana sikap negeri negeri kaum muslimin dalam menyikapi persoalan ini?
Ternyata, selama genocida berjalan sikap mereka tidak berubah. Mereka hanya memberikan kecaman dan kecaman sembari memohon peluang untuk bisa memasukkan peluang mengirimkan berbagai bantuan baik makanan maupun obat obatan .
Tentu saja rakyat Palestina sangat membutuhkan bantuan makanan dan obat-obatan. Terlebih setelah bangunan rumah mereka dihancurkan, ladang tempat mereka bercocok tanam dimusnahkan, bantuan makanan dan obat-obatan menjadi penyambung nyawa sejenak, karena Israel tidak akan membiarkan warga Palestina pulih terlalu lama.
Bantuan yang sangat mendesak dan menjadi wajib bagi rakyat Palestina adalah bantuan kekuatan militer karena secara terang benderang Israel telah menginjak injak kemanusiaan dan kebebasan untuk hidup yang selama ini diproklamirkan oleh negara negara barat khususnya Amerika.
Bayangkan saja Israel dengan kekuatan militernya merampas tanah rakyat Palestina, memasuki rumah rumah mereka secara paksa, membunuh anak anak dan wanita kapanpun dan dimanapun mereka mau.
Sementara rakyat Palestina hanya bisa mengandalkan organisasi perlawanan HAMAS yang kekuatannya tidaklah imbang jika dibandingkan dengan Israel. Di sisi lain rakyat Palestina pun tak bisa bebas untuk mendapatkan akses kehidupan yang layak karena Israel telah memasang tembok penjara bagi rakyat Palestina sehingga mereka layaknya orang yang dipasang perangkap agar lebih mudah untuk dimusnahkan.
Lalu harus berapa banyak lagi korban yang berjatuhan atau harus berapa banyak lagi kehancuran yang menimpa rakyat Palestina agar negeri negeri kaum muslimin bisa tersadar untuk mengirimkan pasukan yang selama ini dipamerkan saat peringatan kemerdekaan negara mereka?
Tidak kah negeri -negeri kaum muslimin lupa kalau mereka adalah satu tubuh? Bisakah mereka tidur nyenyak sementara Palestina berteriak bertanya di mana saudara mereka? Ainal muslimun?
Sepertinya penyakit wahn yang pernah disampaikan oleh Rasul SAW hampir 1400 tahun lalu benar benar terjadi saat ini.
Rasulullah berkata, “Akan datang masa di mana kalian seperti makanan yang perebutkan oleh orang kafir dari segala arah. Pada waktu itu Allah mencabut rasa takut pada diri orang kafir untuk menyakiti kalian. Lalu sahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, apakah jumlah kami saat itu sedikit?”. Rasulullah menjawab, “Tidak. Jumlah kalian sangat banyak tapi kalian seperti buih di lautan. Karena saat itu kalian dihinggapi penyakit wahn yaitu cinta dunia dan takut mati”.
Penyakit wahn telah membuat pemimpin pemimpin negeri kaum muslimin menolak untuk berada di dalam satu kepemimpinan seperti perintah Rasulullah. Menolak untuk berani “menegur “Israel dan Palestina lebih dari kecaman. Mereka lebih asyik untuk menyibukkan diri membangun gedung gedung pencakar langit agar negri mereka memiliki gengsi yang tinggi.
Rasulullah SAW sendiri selalu mengingatkan persatuan dan penjagaan kehormatan saudara mereka. Dahulu, ketika ada seorang wanita yang sengaja diganggu oleh Yahudi hingga tersingkaplah jilbabnya. Maka pemimpin saat itu mengirimkan pasukan yang sangat banyak untuk mengusir kaum yahudi yang melecehkan seorang muslimah tersebut. Segera bantuan datang untuk membantu satu orang perempuan yang diganggu.
Apatah lagi dengan peristiwa genosida di Palestina? Sudah sangat pantas Palestina mendapatkan perhatian lebih dari kecaman agar penderitaan mereka berakhir.
Maka dari itu sudah saatnya kaum muslimin bersatu dalam satu kepemimpinan seperti yang digambarkan di dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah sehingga mereka bisa segera membebaskan Palestina dari penjajahan Israel dan Amerika selamanya.
Agar hal tersebut terwujud para pemimpin negeri negeri kaum muslimin harus meninggalkan ego mereka masing masing dan bersegera menyatukan seluruh kaum muslimin dalam satu kepemimpinan seperti yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya. Wallahu alam bis shawab.[]
Comment