Ilusi Sejahtera Di Negeri Korporatokrasi

Berita183 Views

RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Awal tahun 2020, saatnya indonesia berbenah. Sepanjang tahun 2019, telah banyak peristiwa yang menimpa negeri ini. Masalah hadir silih berganti, kerusakan dan kemaksiatan terus terjadi.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut, diakibatkan oleh perbuatan tangan manusia”. Terjemah Quran Surat Ar-Rum ayat 41 ini disampaikan oleh Ustadzah Iffah mahmudah saat membuka pertemuan para tokoh muslimah, disalah satu Café di Jember, Ahad (5/1/2020).

“Sumber kerusakan dan sumber kemaksiatan yang paling besar, sehingga individu-individu rakyat bangga melakukan kemaksiatan secara massal, tidak lain ya bersumber dari Negara.” Imbuh Ustadzah Iffah .

Dalam pertemuan itu, Ustadzah Iffah menyebutkan bahwa negeri ini banyak masalah karena adanya perselingkuhan antara birokrasi dan korporasi. Negara demokrasi di selingkuhi, jargon dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat tidak berlaku lagi.

Kini Berubah menjadi dari korporasi oleh korporasi untuk korporasi. Akibat dari perselingkuhan ini lahirlah yang namanya korporatokrasi.

Pengelolaan negara bergeser dari yang seharusnya negara menjadi pelindung dan penjamin, menjadi negara yang hanya mengatur untung dan rugi.

Saat negara berubah fungsi, dari pelayan menjadi pedagang, maka yang menjadi korban adalah rakyat. Rakyat menjerit. “Kalo yang selingkuh itu suami, judulnya suara hati istri. Kalo yang selingkuh itu Negara maka judulnya adalah suara hati rakyat.

Rakyat yang menjerit, rakyat yang dikorbankan. Karena Negara akan memberikan pelayanan layaknya pedagang.” ujar ustadzah Iffah disela-sela penyampaiannya.

“Orang miskin tidak boleh sakit, karena biaya rumah sakit mahal. Orang miskin juga dilarang mati, karena tanah kuburan mahal.” Ustadzah Iffah memberikan contoh, bagaimana kondisi negeri kita saat ini. Tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 bahwa negara menjadi pengayom, pengelola, pengatur urusan rakyatnya bergeser menjadi negara yang memperdagangkan segala hal kepada rakyatnya.

“Dalam negara korporatokrasi konsep _almuslimuna syuroka’a fii salasin_ , kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, yakni air, api dan padang rumput, tidak berlaku. Karena individu bisa membeli sungai, gunung, bahkan pulau, jika memiliki modal. Ono rego ono rupo” ujar Ustadzah Iffah

Selain itu negera korporatokrasi dilanda kerugian disegala lini. Pertamina merugi, yang imbasnya mengharuskan pemerintah mengambil jalan untuk mencabut subsidi. Krakatau Stell merugi 35 trilliun. Perusahaan penerbangan milik negara, yakni Garuda Indonesia Airlines pun merugi. “ _ngenes_ banget kalo BUMN banyak yang merugi” Ustadzah Iffah menambahkan.

Lingkaran setan pengelolaan negara korporatokrasi terjadi dimana saat negara merugi maka rakyat yang di eksploitasi, semua demi kepentingan para kapitalis. Begitu Ustadzah Iffah menggambarkan buruknya pengelolaan negara korporatokrasi.

“Anehnya, saat negeri ini dilanda berbagai masalah akibat buruknya pengelolaan negara korporatokrasi justru yang disalahkan adalah Islam. Bahkan Ada Surat Keputusan Bersama (SKB) banyak menteri yang menyepakati bahwa masalah utama Indonesia adalah Islam dan Radikalisme.” kata Ustadzah Nurul Mauludiyah menimpali uraian Ustadzah Iffah.

Islam menjadi tertuduh. “ Ini _kan_ aneh. Sebenarnya ada apa di balik tudingan radikalisme terhadap umat Islam? “ pertanyaan menggelitik dari Ustadzah Yuniar, sebagai narasumber yang lain membuat para tokoh tertegun.

Ustadzah Yuniar mengutip sebuah ayat dalam Quran Surah Al Araf ayat 96.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”_

“Menilik ayat ini, sebenarnya akar masalah kerusakan di negeri ini ialah dikarenakan manusia belum menerapkan syariat secara kaffah. Sehingga hidup kita menderita dan teraniaya. Tidak mendapatkan berkah dari Allah” Papar ustadzah Yuniar

“Selain itu, tuduhan radikalisme sebenarnya adalah untuk mengalihkan isu. Untuk menutupi buruknya penerapan sistem korporatrokasi yang telah nyata gagal mensejahterakan rakyat. Tuduhan radikalisme juga bertujuan untuk mencegah kebangkitan Islam dan persatuan umat islam. “Tukas ustadzah Yuniar.

Diakhir acara para tokoh dihimbau agar senantiasa berani untuk mengkritik setiap kesalahan pengelolaan negara sebagai wujud kepedulian kita pada negeri ini.

Penulis: Novia Roziah (Blogger dan Member Revowriter)

Berita Terkait

Baca Juga

Comment