Karena Kedudukan Mulia Dalam Islam, Perempuan Tak Akan Lakukan Kekerasan

Opini458 Views

 

Oleh: Desi Wulan Sari,S.E, M.,Si, Pengamat Publik dan Pegiat Literasi Revowriter & WCWH

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA- — Menjelang pelaksanaan hari Paskah umat Nasrani, masyarakat kembali di hebohkan dengan sebuah ledakan di Gereja Makassar. Beberapa hari kemudian, peristiwa yang diduga aksi terorisme kembali terjadi di Jakarta. Para pelakunya diketahui masih berusia muda.

Namun yang menarik perhatian publik kali ini seperti dikutip laman sindonews.com, (1/4/2021), pelaku penembakan dan bom bunuh diri tersebut adalah seorang perempuan. Aksi pelaku teroris yang menenteng pistol dan menerobos masuk kantor pusat Korps Bhayangkara terekam dalam CCTV. Bahkan ia sempat melakukan enam kali tembakan sebelum ditembak mati.

Bagi publik di negeri ini, peristiwa kejahatan besar terorisme dengan pelaku perempuan adalah hal baru.

Fenomena ini bahkan dikatakan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa sebagaimana dikutip cnnindonesia.com (30/3/2021) bahwa kerentanan keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme yang menjadi pelaku bom bunuh diri adalah karena dimanfaatkan oleh kelompok radikal dan teroris. Sebab, perempuan mudah di diindoktrinasi untuk melakukan teror. Ali juga menjelaskan bahwa perempuan  dipilih sebagai martir karena faktor keterpaksaan.

Melihat fakta yang tengah terjadi saat ini, berbagai elemen masyarakat menilai seakan banyak faktor yang mewarnai rentetan kejadian bom dan tembakan “teroris” kali ini. Ada pro dan kontra di dalamnya.

Terdapat hal menarik dalam peristiwa tersebut bahwa perempuan pelaku penembakan dan bom bunuh diri tersebut telah meninggalkan surat wasiat yang ditulisnya sebelum melakukan aksi.

Publik menilai seakan ada kejanggalan dalam penulisan surat tersebut. Dua kejadian yang ada di Makassar dan Jakarta terlihat bahwa suratnya memiliki karakter dan isi pesan yang hampir mirip.

Sungguh ironis nasib seorang muslimah yang menjadi target “citra” penilaian publik. Entah apa yang ingin dibangun dari kejadian berbasis gender ini. Sangat memprihatinkan bahwa salah satu alasan adalah faktor ekonomi berupa kemiskinan.

Karena secara sosiologis, kondisi perempuan yang diangap rentan itu, akibat fungsi kedudukan perempuan tidak berada pada fitrahnya, tetapi banyak yang menjadi pelaku ekonomi sebagai pencari nafkah keluarga. Di saat itulah ia mengetahui keadaan rumah tangganya, kondisi keuangan keluarganya, kondisi psikologis yang menderanya membuat perempuan lebih cepat frustasi.

Bahkan pemahaman yang diputarbalikkan membuat pelemahan akidah tidak tentu arah lagi. Bisa jadi alasan-alasan “surga”, “jihad” ataupun yang lainnya bisa berubah makna.

Hidup dalam sistem kapitalis membuat perempuan tidak akan pernah mendapatkan tempat layak di dalamnya. Karena sistem kapitalis hanya fokus pada kesejahteraan penguasa global dan menjadikan perempuan sebagai obyek produksi sebuah industri.

Lantas, siapakah yang mampu melindungi perempuan? Siapakah yang bisa menjamin kesejahteraan dan kemuliaannya sebagai warabatul bait dalam keluarga?

Kemuliaan Perempuan dalam Islam

Allah swt menciptakan laki-laki dan perempuan lengkap dengan fitrahnya dalam fungsi dan peran proses kehidupan seorang manusia di dunia.

Saat Islam menjadi mercusuar dunia, perempuan mendapatkan tempat dan kedudukan mulia di dalamnya. Karena, kholifah sebagai pemimpin umat, menempatkan hukum Allah di atas segalanya. Syariat dijadikan prioritas dan pedoman dalam mengatur negara dan rakyatnya.

Negara menjamin kesejahteraan perempuan (bukan sebagai pencari nafkah utama) dan selalu menjaga marwah (menjaga kehormatan bagi diri, suami, dan keluarganya) serta kemuliannya (sebagai ummatul bait, pendidik anak-anaknya di rumah) sebagaimana Islam mengaturnya.

Persoalan-persoalan yang dihadapi perempuan saat ini akan hilang jika Islam diimplementasikan secara kaffah. Termasuk tidak akan ada bentuk “kekerasan” apapun bagi perempuan, apalagi menjadi target recruitment bom teroris dengan alasan faktor ekonomi dan penyimpangan akidah.

Karena dalam Islam, negara memiliki fungsi meriayah (mengurus) perempuan dalam bentuk pendidikan berkualitas baik itu ilmu agama, pengetahuan dan teknologi. Semua itu merupakan fasilitas lengkap yang diberikan negara tanpa membebani rakyat sedikitpun.

Islam memuliakan dan menempatkan kaum perempuan sesuai syariat Allah swt. Berikut ini beberapa kemuliaan perempuan yang termaktub dalam beberapa hadist, antara lain:

1. Perempuan shalihah merupakan perhiasan dunia.

2.Perempuan shalihah lebih baik daripada bidadari surga.

3.Perempuan diberikan pengecualian khusus dalam beribadah.

4.Perempuan dapat masuk surga dari pintu manapun.

5.Perempuan hamil dan melahirkan setara dengan jihad.

6.Derajat ibu lebih tinggi daripada ayah.

Banyak lagi kemuliaan perempuan dalam Islam. Maka, jika syariat Islam di terapkan dengan kaffah, maka hal-hal buruk yang terjadi pada perempuan tidak akan terjadi. Terlebih pada label perempuan muslimah yang melakukan aksi-aksi yang dianggap radikal ataupun “kekerasan” dalam bentuk apapun.

Sejatinya, hanya Islam yang mampu membawa perempuan pada kesejahteraan dan kemuliaan. Saatnya umat menyadari betapa pentingnya syariat kaffah bagi nasib perempuan di belahan dunia manapun. Karena Islam datang sebagai rahmat seluruh alam. Wallahu a’lam bishawab.[]

Comment