RADARINDONESIANES.COM, BANYUWANGI – Komunitas Inspirasi Muslimah (KIMAH) menggelar talkshow bertema “Mencetak Generasi Teladan Sepanjang Zaman” di Maron Caffe and Resto (MCR), Genteng Banyuwangi Jawa Timur, Ahad (2/10/ 2022).
Parenting kali ini menghadirkan Narasumber Puput Hariyani, S.Si yang merupakan penulis sekaligus founder Komunitas Cinta Ilmu Islam (KCII).
Puput menjelaskan secara makna generasi teladan itu seperti apa hingga menjawab bagaimana cara mencetak generasi teladan tersebut.
“Generasi teladan adalah generasi yang mampu dijadikan teladan, panutan, generasi yang layak dijadikan contoh,” kata Puput.
Puput juga menggambarkan generasi teladan itu sebagai generasi yang visioner, peduli, tidak hedonis, tidak ‘menye – menye’, menjauhi maksiat.
Visioner, terangnya, memiliki cita-cita besar jauh ke depan. Generasi muda harus memiliki visi, misi, dan cita-cita besar demi tegaknya peradaban Islam yang gemilang.
“Peduli dengan keadaan di lingkungan dan negeri tempat tinggalnya (melek politik dan ideologi), apalagi jika kondisi masyarakatnya belum taat sepenuhnya kepada syariat Islam, ” tambah puput.
Selain itu puput juga menjelaskan bahwa generasi teledan merupakan generasi yang tidak hedonis yang suka berfoya-foya, atau hal-hal lain yang terlalu menuruti hawa nafsu belaka, tidak memisahkan agama dengan kehidupan (tidak sekuler).
“Tidak ‘menye – menye’, ” ungkap puput.
Maksudnya adalah tidak gampang galau, atau mudah frustrasi dalam menghadapi hidup. Generasi Islam memiliki benteng hati yang tangguh di-back up keimanan yang tinggi kepada Allah Swt.
Terakhir generasi teladan adalah generasi yang mampu menjauhi maksiat. Menjadi generasi teladan baik di dunia nyata maupun dunia maya semata-mata karena ketakwaan kepada Allah Swt.
Selanjutnya puput memberikan gambaran dan contoh generasi teladan di antaranya Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib ra, Mehmed Al Fatih.
“Mush’ab bin Umair merupakan Duta Islam Pertama yang menghantarkan Madinah menjadi pusat peradaban Islam pertama. Pemuda yang cerdas, kaya, tampan, terhormat dan menjadi Idola di Makkah kala itu. Tercerahkan cahaya Islam hingga membawanya menjadi pengukir peradaban Islam hingga nikmatnya Islam bisa kita rasakan hingga sekarang,” cerita Puput.
Puput menambahkan, Ali bin Abi Thalib ra tumbuh menjadi pemuda yang matang juga visioner seperti Mush’ab bin Umair, seorang ulama pejuang sekaligus pemimpin.
Mehmed Al Fatih, lanjutnya, menjadi jawaban dari bisyarah Rasulullah selama 825 tahun penantian. Luar biasa contoh generasi teladan yang dibentuk oleh Islam. Hal ini berbeda jauh dengan generasi saat ini.
Menurut Puput, generasi saat ini seperti Citayam Week diparadekan, pemuda yang mengaku saya Indonesia dan saya Pancasila akan tetapi masih ada yang tawuran dan narkoba.
Belum lagi pemisahan agama dengan kehidupan dengan isu moderasi beragama yang memberi batasan harus toleransi dan tidak boleh terlalu dalam mempelajari agama karena dinilai extrem dan radikal.
Semua itu justru tidak mampu melahirkan generasi teladan karena generasi saat ini dijauhkan dari agama mereka sendiri. Mereka lahir dari habitat kehidupan yang berbeda tentunya melahirkan output yang berbeda pula.
“Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar (Imam Al Ghazali). Segala sesuatu yang tak memilki fondasi niscaya akan roboh’, dan Segala sesuatu yang tak memilki Penjaganya pasti akan Musnah’ , ” Jelas Puput.
Puput menambahkan bahwa dibutuhkan pondasi yang kuat untuk mencetak generasi teladan dan tugas utama tersebut adalah tugas pemimpin baik itu keluarga yakni orang tua, masyarakat maupun negara. Semua memiliki kewajiban untuk mewujudkan generasi teladan bersama – sama.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Puput menggambarkan mengapa potret generasi saat ini berbeda dengan generasi Islam terdahulu? Hal ini karena agama dan kekuasaan saat ini dipisahkan (sekuler).
Puput juga menegaskan melalui salah satu statement Mahfud MD yang mengatakan bahwa Malaikat masuk ke sistem Indonesia pun bisa jadi Iblis.
“Pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis,” ujar Puput.
Hal ini dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam, menguasai pemikiran Islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/IPTEK), memiliki ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna; meningkatkan keimanan dan keterikatan terhadap syariat.
Tidak ada kata lain, pondasi ketakwaan yang kuat harus dimiliki tidak hanya individu namun harus ada kontrol masyarakat dan dukungan penuh negara untuk mewujudkan generasi teladan sepanjang zaman.
Talkshow ditutup dengan hiburan dari anak – anak yang menyanyikan lagu Aku Ingin jadi Hafizh Qur’an.[Lis]
Comment