Meski Efektif Patahkan Lawan, Fitnah Cara Keji Mereka Yang Bermental Kalah

Berita555 Views
Furqon Bunyamin Husein, Pemred radarindonesianews.com
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Perseteruan politik yang semakin memanas belakangan ini sudah tidak menunjukkan pola politik yang sehat. Bahkan keluar dari kaidah demokrasi yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
Di zaman Orde Baru, lazim kita dengar subversif sebagai alat menekan lawan politik yang bersebrangan dengan kebijakan penguasa. Siapa saja yang berbeda dengan penguasa dan mengkritisi kebijakannya akan diberi label subversif. Dengan alat ini, opini publik tergiring untuk secara psikologis menarik garis salah benar. Karena gelar subversif  datang dari penguasa, publik kemudian tidak mampu melakukan analisa terhadap satu perkara. Entah karena takut atau mungkin juga karena cara berpikir yang telah tergiring secara pasti oleh stigma tersebut, masyarakat publik serta merta menyatakan bersalah kepada penyandang subversif.
Di era reformasi, (maaf saya sendiri tidak sepakat dengan istilah ini), kata subversif tidak lagi digunakan. Mereka yang berbeda pandangan kini memakai gaya baru yang lebih kasar dan keji, Fitnah. Lihat bagaimana opini publik dibentuk sedemikian rupa dalam perkara Habib Rizie Shihab yang berseberangan dengan mereka.
Habib Rizieq Shihab, Ketua Umum Front Pembela Islam, belakangan menoreh pepolitikan di tanah air. Bahkan aksi-aksi yang dikumandangkan sebagai Aksi Bela Islam terkait dengan penistaan agama yang dilakukan Ahok, menggemparkan dunia. Aksi Bela Islam III mampu mendatangkan tidak kurang dari 7,6 juta masyarakat muslim tanah air pada 2 Desember 2016 lalu menjadi sebuah mercusuar yang terangnya dapat dilihat di seantero dunia. Masyarakat dunia ikut melakukan aksi dan menuntut agar penista agama diberi sanksi penjara.
Upaya meredam Habieb Rizieq Shihab pun dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari fitnah yang bersifat politis seperti perbuatan makar, penghinaan terhadap Pancasila, anti Kebhinnekaan  hingga fitnah yang bersifat personal seperti memiliki selingkuhan, dan lain sebagainya. Bahkan sempat bergulir isu pembubaran FPI.
Semua tuduhan politis terhadap Habieb Rizieq tidak terbukti dan dapat dipatahkan. Semua cara dipakai untuk menjatuhkan Habib Rizieq tetapi berakhir mentah tanpa hasil yang signifikan. Bahkan pembelaan terhadap Habib semakin menguat ke akar grassroot. Habib Rizieq semakin sulit digoyahkan.
Setelah tanpa hasil dengan fitnah politis, cara barupun ditempuh untuk menjatuhan Sang Habib. Mereka yang tidak suka dan antipati dengan Habib Rizieq Shihab mencari methode paling efektif untuk menyerang dan menjatuhkan Habib. Personalitas Habib kembali diserang dengan fitnah yang sangat keji. Habib Rizieq Shihab dibenturkan dengan fitnah Phone Sex dengan Firza Husein yang sebelumnya juga difitnah sebagai pendana kegiatan makar.
Dalam sistem demokrasi, perbedaan merupakan hal yang wajar. Namun dalam persoalan penistaan agama, Habib Rizieq tidak bisa mentolerir siapapun pelakunya. Pelaku penista agama harus dihukum agar tidak merusak hubungan baik yang selama ini telah terbangun di Indonesia. Habib memandang penista agama dapat mematik kehidupan dan kerukunan antar umat beragama.
Bila kita tengok ke belakang, saat perjuangan awal gerakan Islam di Mekah yang dikumandangkan Nabi Muhammad, fitnah pun sering berkembang. Bahkan beliau diberi gelar “Majnun” yang berarti “Gila”. Namun Muhammad sebagai Nabi, tetap berjuang, tetap merancang dakwah dan tetap komitment di dalam misinya “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” itu. Tidak lemah dengan fitnah -fitnah yang sengaja dibuat lawan politiknya. Muhammad tetap tegar dengan semua itu.
Lawan politik Muhammad saat itu terpecah menjadi dua, ada yang tetap memerangi namun ada yang diam-diam membela. Musuh yang secara diam-diam membela itu sadar betul bahwa Muhammad yang difitnah itu adalah orang yang baik dan mereka sepakat dengan gelar Al-Amin (orang yang dapat dipercaya) terhadap Muhammad. 
Mereka yang bermental kalah itu juga sadar bahwa fitnah yang mereka lakukan tidak lebih sebagai upaya mempertahankan sebuah statusquo. Mereka sadar bahwa cara ini efektif namun tidak bermoral. Mereka sadar, tuduhan dan fitnah semacam ini hanya dipakai oleh mereka yang tidak mampu menggunakan nalar dan akal sehat.
Sehingga, meski diterjang dengan beragam fitnah, Muhammad SAW tetap dipercaya dan memang dapat dipercaya oleh lawan sekalipun.[GF]

Comment