 |
| Mahfud MD |
RADARINDONESIANES.COM, JAKARTA – Ketua Ikatan Alumni Universitas Islam
Indonesia (IKA UII), Mahfud MD menyatakan bahwa ancaman perang proksi
(proxy war) atau perang terselubung yang melibatkan kekuatan pihak
ketiga, semakin nyata.
Indonesia (IKA UII), Mahfud MD menyatakan bahwa ancaman perang proksi
(proxy war) atau perang terselubung yang melibatkan kekuatan pihak
ketiga, semakin nyata.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menjelaskan, berbagai isu
yang muncul belakangan, termasuk komunisme, merupakan bagian dari perang
proksi tersebut.
yang muncul belakangan, termasuk komunisme, merupakan bagian dari perang
proksi tersebut.
Selain itu, katanya, ketidakkompakan pemerintah dalam merespons isu komunisme semakin memperlihatkan adanya perang proksi itu.
“Perang proksi kerap menggunakan isu-isu primordial seperti agama,
suku, atau ideologi politik. Yang muncul belakangan ini, termasuk
komunisme, merupakan bagian dari itu,” kata Mahfud saat membuka Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) IKA UII, di Jakarta, Minggu (22/5).
suku, atau ideologi politik. Yang muncul belakangan ini, termasuk
komunisme, merupakan bagian dari itu,” kata Mahfud saat membuka Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) IKA UII, di Jakarta, Minggu (22/5).
Mahfud pun menyinggung mengenai perlunya meningkatkan anggaran
penegakan hukum, melihat permasalahan hukum yang semakin kompleks.
penegakan hukum, melihat permasalahan hukum yang semakin kompleks.
“Kita tidak lagi menghadapi ancaman perang nyata. Karenanya tidak pas
jika anggaran pertahanan kita naik. Justru perlu peningkatan anggaran
penegakan hukum,” papar Mahfud.
jika anggaran pertahanan kita naik. Justru perlu peningkatan anggaran
penegakan hukum,” papar Mahfud.
Terkait, permintaan maaf kepada keluarga Partai Komunis Indonesia
(PKI), Mahfud menganggap itu tidak relevan. “Karena kita tidak bisa
berdamai dengan sejarah. Bisa jadi yang kita maafkan justru yang saat
itu bersalah,” ujarnya. (Ardiansah/bb)
(PKI), Mahfud menganggap itu tidak relevan. “Karena kita tidak bisa
berdamai dengan sejarah. Bisa jadi yang kita maafkan justru yang saat
itu bersalah,” ujarnya. (Ardiansah/bb)
Comment