Penulis : Nanih Nurjanah | Komunitas Muslimah Coblong
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dewan Persusuan Nasional (DPN) mengaku prihatin atas nasib para peternak susu sapi perah rakyat di sejumlah daerah, yang terpaksa melakukan aksi membuang susu segar. Menurut catatan DPN, ada lebih dari 200 ton susu segar per hari yang terpaksa harus dibuang oleh para peternak.
Ketua DPN Teguh Boediyana mengatakan, kasus pembuangan susu segar yang dihasilkan para peternak susu karena tidak diserap atau dibeli oleh industri pengolah susu (IPS). Kondisi itu dinilai sangat memprihatinkan.
Akibatnya sejumlah peternak dan pengepul susu bahkan membagi-bagikan susu secara gratis kepada warga di kawasan Simpang Lima Boyolali Kota. Hanya dalam waktu sekitar 15 menit, sebanyak 500 liter susu ludes diberikan kepada warga sekitar lokasi.
Lalu pada sekitar pukul 09.00 WIB, sekitar 30 peternak dan pengepul susu dari berbagai kecamatan di Kabupaten Boyolali mendatangi Kantor Dinas Peternakan wilayah itu untuk mengadukan permasalahan yang sedang mereka alami. Mereka juga meminta izin untuk membuang stok susu yang tidak bisa dikirimkan ke pabrik atau IPS.
Sugianto mengungkapkan pembatasan kuota sebenarnya sudah dilakukan sejak sekitar September 2024 lalu. Berdasarkan informasi dari pihak pabrik atau IPS, membatasi kuota penerimaan pasokan susu dari kalangan peternak lokal itu karena alasan pemeliharaan mesin.
Di duga pembatasan penerimaan pasokan susu oleh pabrik atau IPS itu lantaran ada kebijakan impor susu yang diambil oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan.
“Indikasi yang terjadi di lapangan sekarang ini adalah karena keran impornya dibuka oleh Menteri Perdagangan,”
Seharusnya pemerintah bisa menjamin proteksi peternak sapi perah lokal agar tidak kalah saing dengan susu impor,sehingga perekonomian para petani bisa terus berlangsung, karena akibat impor susu tersebut diperkirakan para peternak lokal rugi hingga ratusan juta rupiah.
Sebaiknya pengelolaan peternakan, sumber daya, produktivitas, dan ketersediaan pangan melalui sektor peternakan, mungkin bisa lebih diperhatikan lagi. Sehingga, kemaslahatan para peternak sapi perah dapat tercapai. Kalaupun ada susu impor, mungkin seharusnya dapat dipastikan bahwa tidak berdampak pada susu lokal.
Miris! Banyak peternak susu sapi yang terpaksa membuang susu sapinya karena minimnya penyerapan dari industri, alih alih karena daya beli masyarakat terhadap susu kurang, ternyata kuota impor lah yang diperbesar.
Hal ini adalah sebuah keniscayaan dalam sistem kapitalis, di mana keuntunganlah yang dikejar, sementara rakyat tak dihiraukan. Apakah mereka memikirkan nasib para peternak dan keluarganya? Solusi impor memberikan angin segar bagi para kapitalis agar bisa meraup untung besar.
Berbeda jika sistem Islam diterapkan, pemerintah tdk akan membuka keran impor dengan mudah, terutama jika pasokan dalam negeri sudah mencukupi. Pemerintah dengan tugasnya yaitu mengatur urusan masyarakat, akan memastikan rakyatnya hidup sejahtera. Sumber penghidupan mereka terjaga, karena benar-benar dijamin oleh negara.
Sebaiknya pemerintah lebih memikirkan nasib para peternak dan produsen susu lokal atau dalam negeri ketimbang melakukan impor. Sekiranya kebutuhan masyarakat masih bisa dipenuhi oleh para peternak lokal dan jika dianggap ada kekurangan – lebih baik impor hanya untuk memenuhi kekurangan tersebut. Jadi tidak akan menimbulkan kerugian bagi para peternak susu lokal.[]
Referensi: republika online
Comment