Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Ade
Djulardi menilai perguruan tinggi Indonesia membutuhkan banyak dosen
kreatif.
“Dosen kreatif ini tidak hanya kreatif untuk diri
sendiri melainkan juga aplikatif untuk banyak orang, dan saat ini
jumlahnya belum merata,” kata dia, Jumat (11/3).
Dia menyebutkan
kriteria yang dimaksud kreatif ini yakni pandai mencari sesuatu inovasi
yang bermanfaat bagi banyak orang. Inovasi itu dilakukan dalam
mengajar, melakukan riset dan pengabdian masyarakat.
Inovasi
dalam mengajar tentunya dosen dapat kreatif mencari suatu cara untuk
mencegah kebosanan mahasiswa terhadap materi. Dengan sistem siswa
sebagai pusat pembelajaran tentunya metode lama yakni hanya mengajar
sudah tidak layak dipakai, mungkin hanya dalam kondisi tertentu saja.
Dalam
hal ini dosen kreatif menemukan metode yang aktif juga reaktif bagi
mahasiswa, artinya menganggap mahasiswa bukan hanya yang diajar namun
juga tempat berbagi pemikiran. Sebab kadang kalanya mahasiswa juga
memiliki pemikiran yang lebih baik dari dosen.
“Dalam pengabdian masyarakat dosen perlu mengembangkan ide kreatifnya untuk membangun masyarakat,” ujarnya.
Disamping
itu dosen kreatif dalam pengabdian ini memiliki kemampuan memotivasi
dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan metode yang dikembangkannya.
Biasanya dosen kreatif ini memiliki metode yang ringan, murah, berbeda
dan mudah dipahami masyarakat.
“Dalam bidang penelitian jelas penemuan yang berbeda dan berinovasi menjadi kunci dosen kreatif,” tambahnya.
Selain
itu dosen kreatif tidak menyerah saat faktor pendukungnya mengalami
hambatan, selalu ada cara untuk mengembangkan penelitiannya.
“Dari perjalanan saya menelusuri berbagai perguruan tinggi di Indonesia, dosen seperti ini belumlah banyak,” kata dia.[antara]
Comment