Namun sebenarnya hal ini bisa ditumbuhkan kembali dalam diri masyarakat,
melalui psikologis positif dalam konteks Pancasila.
“Psikologis
positif dalam konteks Pancasila ini adalah bagaimana bisa menerima
segala sesuatu dengan positif,” kata Trinirmalaningrum, Direktur Utama
Perkumpulan Skala kepada wartawan disela-sela acara Bicara Buku Bersama
Wakil Rakyat yang diselenggarakan Perpustakaan MPR di Kompleks
Parlemen,Senayan, Jakarta, Kamis (3/3/2016).
Bicara Buku Bersama
Wakil Rakyat kali ini membedah buku berjudul “Psikologis Positif dan
Manusia Indonesia dalam Konsteks Pancasila dan Kebhinekaan” karya Jojo
Rahardjo, dengan menghadirkan narasumber antara lain bekas Wakil Ketua
MPR RI Harjanto Y Tohari.
Melanjutkan pernyataannya, bahkan Rini
melihat kalau yang berkembang di masyarakat lebih mementingkan
individual. Karenanya dengan positif psikologi ini, diharapkan bisa
dikembangkan dan kembali saling menghormati, termasuk dalam menerima
perbedaan jadi jauh lebih baik.
Sedang dikaitkan dalam persoalan
politik, misalnya dalam pengambilan kebijakan positif pesikologi juga
bisa digunakan, khususnya dalam menyikapi berbagai kebijakan.
“Jadi
bukan sekedar berbeda dengan lawan politik, tetapi apakah ini memang
kebijakannya akan berguna untuk masyarakat,” imbuhnya.
Sementara
dalam buku yang ditulisnya, Jojo memaparkan bahwa positive psychology
(psikologi positif) adalah bagaimana meningkatkan kebahagiaan untuk
memaksimalkan kualitas hidup.Hal ini berbeda dari ilmu psikologi di masa
awal sebelumnya yang lebih melihat psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari apa yang salah atau sakit dalam jiwa manusia.
“Kajian
mengenai kebahagiaan ini sekarang diminati di mana-mana di seluruh
dunia. Bahkan juga telah diminati oleh banyak pelaku bisnis,” jelasnya.
Dulu
tambah Jojo, orang mengira bahwa kebahagiaan (positivity) akan
diperoleh setelah mendapatkan kesuksesan. Namun berbagai penelitian
positive psychology membuktikan yang sebaliknya yaitu: kebahagiaanlah
yang menyebabkan kesuksesan.
“Shawn Achor menegaskan itu dalam
bukunya, The Happiness Advantage. Meski Achor bukan pelopor dari science
of happiness, namun Achor dikenal sebagai konsultan bisnis dan pengajar
Happiness di Harvard University. Happiness adalah mata kuliah yang
digemari di Harvard, mengalahkan mata kuliah bisnis,” katanya. (Makruf/BB)
Comment