Tak Terima Mahasiswa UNJ “Di-DO”, Ini Surat Terbuka Fahri Hamzah

Berita521 Views
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.[Gofur/radarindonesianews.com]

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tidak terima seorang mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ronny Setiawan dipecat karena dianggap
kritis dengan kebijakan kampus. Dia pun menyebar surat terbuka.

 

Surat terbuka itu dia sebar ke milis-milis terbatas, termasuk ke
suara.com, Rabu (6/1/2016). Fahri juga menggalang dukungan lewat akun
Twitternya @Fahrihamzah dengan menggunakan tagar #SaveRonny.



Ronny Setiawan adalah mahasiswa Fakultas Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA) UNJ yang dipaksa mundur sebagai mahasiswa. Dia
di-drop out (DO) karena mengkritik kebijakan kampusnya.



Ronny yang juga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UNJ itu di-DO
atasnama Rektor UNJ melalui surat keputusan rektor bernomor 01/SP/2016
tentang Pemberhentian sebagai Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
dibacakan oleh Dekan Fakultas MIPA. 

Dia diberhentikan atas tuduhan
tindak kejahatan berbasis teknologi dan aktivitas penghasutan.


Ronny tidak terima dengan sikap rektornya. Menurutnya alasan
pemberhentiannya subjektif dan sulit di pertanggungjawabkan.
Pemberhentian Ronny itu dilatarbelakangi oleh kasus penggusuran Kampus
Fakultas MIPA. Demo itu dikoordinatori Ronny sendiri sebagai pimpinan
BEM UNJ.

Berikut isi lengkap surat terbuka Fahri Hamzah yang ditujukan langsung ke Rektor UNJ, Djaali:

Kepada:

Rektor UNJ yang terhormat,

Anda harus bangga punya mahasiswa yang kritis, karena itu pertanda
nurani bangsa kita masih hidup. Mungkin Pak Rektor tidak pernah jadi
aktivis sehingga nurani tidak pernah diasah krisis. Atau Pak rektor
tidak pernah keluar dari dalam laboratorium atau perpustakaan kepada
dunia nyata yang dinamis.

Menyesallah Pak rektor karena Anda tidak pernah menjadi demonstran
seperti mahasiswa yang Anda pecat. Menyesallah Pak rektor karena Anda
bercokol lebih sebagai pejabat daripada penjaga kebebasan akademis.

Tahukah Anda arti kebebasan akademik wahai Pak rektor? Dunia akademik
yang Anda pimpin harus dibebaskan dari tekanan apapun selain ilmu
pengetahuan. Sehingga dalam kampus, tempat kebebasan berpikir kita
semai, tidak boleh ada simbol kekuasaan. Dan kalau Rektor telah berubah
menjadi simbol kekuasaan maka Rektor pun layak ditumbangkan!

Tapi Pak Rektor yang terhormat,

Pagi ini, seperti pagi di setiap musim hujan ketika Jakarta dan
sebagian kota terancam banjir, Anda telah membantu para aktivis
mahasiswa bersemi bersama bunga, pertanda awal musim kita.

Terima kasih Pak Rektor, Anda mengingatkan mereka ketika politik atau
kekuasaan telah bersenyawa dengan para Ilmuan. Ketika kebenaran telah
dirampas dari ilmu pengetahuan. Dan ketika semua menjadi kelam, karena
kebenaran tenggelam bersama dominasi kekuasaan.

Mungkin ini pertanda yang berulang dalam setiap perubahan besar.
Bahwa kebenaran mesti diperjuangkan oleh keberanian! Dan ketika semua
telah menjadi mapan, kita hanya punya satu pilihan yaitu hidup bersama
dengan orang-orang yang dalam hatinya penuh keberanian.

Dalam sejarah Indonesia, inilah yang muncul dalam setiap reformasi
dan kemerdekaan. Dan keberanian itu telah muncul bersama pemuda dan
mahasiswa. Sumpah Pemuda 1928 adalah sumpah keberanian. Proklamasi 1945
diwarnai penculikan dan reformasi 1998 adalah demonstrasi keberanian.

Maka, seperti hari ini dan hari-hari mendatang. Adalah hari-hari perjuangan! Selamat berjuang teman2 mahasiswa. Tiada kata jera dalam perjuangan!

Allahu akbar, Merdeka!

Jakarta, 6 Januari 2016.

Fahri Hamzah

Eksponen ’98.

Comment