The Humanity in Palestine is Dead

Opini419 Views

 

Penulis: Khaeriyah Nasruddin | Mahasiswi Pascasarjana UIN Alaudin, Makassar

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hingga hari ini kondisi Palestina tak pernah damai karena masih menjadi sasaran embuk Zionis untuk melakukan genosida. Bagi Zionis Yahudi bayi-bayi Palestina terlihat seperti monster yang harus dibunuh, alasannya karena bayi-bayi itu telah berdosa sejak dilahirkan karena lahir dari keturunan muslim Palestina. Sejatinya memang Zionis Yahudi tak pernah tenang selama tanah Palestina belum menjadi miliknya.

Kabar terakhir, Zionis Yahudi melakukan penutupan pusat distribusi, sebagaimana yang disampaikan oleh juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan di platform X bahwa penutupan pusat distribusi dilakukan untuk keperluan renovasi, reorganisasi dan peningkatan efisiensi.

Penutupan ini terjadi sehari setelah militer Israel dilaporkan menyerang sekelompok warga Palestina yang tengah menunggu bantuan di bundaran Al Alam, Rafah, Selatan Gaza.

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 27 orang. Lebih jauh, kantor media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa sejak 27 Mei lalu, serangan-serangan Israel di sekitar pusat distribusi yang dikelola GHF dan didukung oleh Israel dan Amerika Serikat telah menyebabkan 102 kematian dan mencederai 490 warga lainnya seperti diungkap Berita Satu (4/6/25)

Bahkan bertepatan hari kedua perayaan Idul Adha, serangan udara dan tembakan terus dilakukan Israel, terutama di daerah Khan Younis dan Rafah.

Data yang dihimpun oleh kantor Anadolu dari berbagai sumber lokal menunjukkan bahwa sejak 27 Mei 2025, total korban tewas akibat tembakan tentara Israel saat warga berusaha mengakses bantuan kemanusiaan telah mencapai 115 orang. Sementara itu, lebih dari 580 warga Gaza tercatat mengalami luka-luka dalam upaya mereka memperoleh bantuan kemanusian. (Berita Satu, 7/6/25).

Sedih, miris dan sakit rasanya melihat ini, bahkan sebatas mengakses makanan untuk kebutuhan hidup taruhannya nyawa dan lebih menyakitkan lagi ketika negara-negara besar dunia hanya diam.

Di sisi lain penguasa muslim hanya sibuk beretorika, sibuk menghadiri forum-forum perdamaian demi menunjukkan simpati tanpa melakukan aksi nyata dengan menggerakkan militer untuk mengusir Zionis Yahudi.

Padahal mereka punya kekuatan besar untuk melakukan itu, tapi kekuatan militer itu hanya sebatas boneka yang terpajang, ditunjukkan pada momen tertentu. Ketika kekuatan militer dibutuhkan untuk menghentikan kebengisan pembunuhan kekuatan itu ternyata tidak hadir, sementara Zionis Yahudi hanya mengerti bahasa perang.

Diamnya para penguasa hari ini menjadi bukti rasa kemanusiaan telah mati, padahal rasa kemanusiaan itu adalah fitrah bagi manusia untuk menolong sesama. Matinya rasa kemanusiaan ini menunjukkan matinya sifat dasar manusia.

Ini merupakan dampak buruk kapitalisme yang mengagungkan nilai materi dan rasa superior disertai dengan kebencian atas nama manusia lainnya. Kekejaman yang tak berprikemanusiaan itu sama sekali tak mengusik nurani mereka sebagai pemimpin sementara sekat nasionalisme telah menjadi pagar tinggi yang menghalang-halangi untuk bersikap adil pada muslim di Palestina.

Lihat saja, sudah beberapa kali umat bahkan ulama dunia menyerukan jihad tapi tak ada pergerakan mereka malah bergandengan tangan dengan penjajah Yahudi. Demi kepentingan politik, penguasa kaum muslim bermanis muka dan rela menjadi kawan musuh.

Saat ini seruan-seruan jihad bagai angin lalu.  Seruan ini hanya didengar saat Islam masih memiliki power di bawah satu pemerintahan Islam global. Hanya dengan kekuatan dan persatuan di bawah sistem pemerintahan Islam global yang mampu dan berani menantang dan mengusir Zionis Yahudi.

Ketika para penguasa hari ini ditulikan dengan kepentingan, lupa pada tanggung jawabnya pada umat maka kholifah hadir dan menjadi garda terdepan membela kemuliaan kaum muslimin.

Oleh karena itu, umat sudah seharusnya bangun dan bangkit untuk berjuang menegakkan persatuan Islam global. Hal ini tidak akan terjadi di bawah payung ideologi kapitalisme sekuler. Upaya menegakkan pemerintahan Islam global ini membutuhkan kepemimpinan jamaah dakwah yang konsisten.

Jamaah ini akan membangun kesadaran umat dan menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat. Untuk itu demi menyambut seruan jamaah dakwah ini saatnya umat bergerak dan berjuang bersama menjemput nashrullah.[]

Comment