RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Keputusan RUPS Pertamina tahun lalu yang menambah satu posisi baru yaitu Wakil Dirut di dalam komposisi jajaran Direksi Pertamina tidak bisa disebut sebagai adanya matahari kembar di tubuh Pertamina
Apa lagi tuduhan yang tidak mendasar dari sejumlah pengamat dan LSM yang mengatakan kalau Pertamina di dalam kekuasaan Genk Arie Sumarno yang mantan Dirut Pertamina itu adalah tidak benar dan meyesatkan.
Kalau hari ini para petinggi Pertamina yang berasal dari legacy Pertamina seperti Ahmad Bambang Wakil Dirut dan Iskandar Dirut Marketing dan Tuharso serta VP dan GM yang saat ini di manajemen dikatakan sebagai Genk Arie Sumarno adalah salah besar, sebab yang benar mereka adalah para junior Arie Sumarno, di mana Arie Sumarno juga sebagai legacy Pertamina .
Jadi wajar saja mereka semua itu dekat dengan Arie Sumarno sebagai senior mereka di Pertamina. Apalagi saat Arie Sumarno memimpin Pertamina, Pertamina berkinerja sangat baik serta tingkat kesejahteraan karyawan Pertamina meningkat dan memutus aliran mafia Migas di Pertamina dengan mendirikan ISC yang berakibat Arie Sumarno dicopot oleh SBY
Tuduhan dianggap sangat konyol kalau Pertamina dikuasai genk Arie Sumarno dengan posisi Meneg BUMN yang merupakan adik kandung Arie Sumarno yang menambah posisi direksi Pertamina, padahal Direksi Pertamina itu dipilih lewat Tim Head Hunter dan Fit n Proper Test secara tranpsarant yang di bawah kendali Presiden langsung
Terpilihnya Ahmad Bambang juga karena memiliki karir yang sangat bagus di Pertamina hingga Tahun 2016 terpilih sebagai direski BUMN terbai. Ini menunjukan kalau pilihan terhadap Ahmad Bambang sudah tepat dan melalui proses yang sangat transfaran .
Sudah saatnya Pertamina yang merupakan perusahaan besar membutuhkan seoranh Chief Operation Officer seperti banyak perusahaan besar NOC di dunia – di mana Wakil Dirut Pertamina itu yang berposisi sebagai COO Pertamina .
Di kalangan bisnis di Indonesia sudah mulai banyak digunakan sebutan Chief Executive Officer (CEO) sebagai pengganti sebutan jabatan Direktur Utama (Dirut) atau Presiden Direktur. Dalam struktur organisasi perusahaan di Indonesia hampir dapat dipastikan jabatan Direktur Utama sama dengan Presiden Direktur. Sebaliknya di Barat, khususnya di Amerika Serikat (AS), seorang presiden sebuah perusahaan belum tentu seorang CEO.
Untuk perusahaan-perusahaan kecil, seorang CEO umumnya merangkap Presiden namun untuk korporasi-korporasi besar, kedua posisi ini bisa dipegang oleh orang yang berbeda. Istilah Chief Operating Officer (COO) kurang banyak dikenal untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia sedang di AS istilah President sering dipergunakan sebagai pengganti COO.
Ketika organisasi masih kecil, CEO dapat memberikan perhatian kepada semua permasalahan mulai dari isu yang sangat strategis, taktis sampai ke masalah tehnis sehari-hari. Dalam situasi seperti ini dia akan menjalankan fungsinya sebagai CEO
Ketika perusahaan telah berkembang menjadi korporasi besar, maka CEO dapat mendelegasikan masalah-masalah yang sifatnya sehari-hari (day-to-day operation), tehnis, jangka pendek kepada seorang Wakil Dirut atau COO sebagai orang kedua (second in command). Biasanya CEO lebih fokus kepada isu-isu yang bersifat strategis, eksternal dan jangka panjang. sedangkan COO menangani masalah-masalah yang bersifat taktis, internal dan jangka pendek.
Walaupun membuat batasan yang jelas antara leadership dengan management tidak mudah, namun seorang CEO lebih banyak diharapkan memainkan perannya sebagai seorang “leader” sedang COO menjalankan fungsi manajerial.
Jadi tidak benar ada matahari kembar dalam Pertamina Karena semua sudah ada Job Description masing masing.[]
Arief Poyuono
Ketua Umum
Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu
Comment