Oleh : Jumaisah, Aktivis Dakwah
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Fenomena Bullying masih menjadi problematika besar tiap negara. Kita sering mendengar kasus bullying banyak terjadi di negara negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, China dll. Namun beberapa dinegara berkembang juga tidak luput dari kasus bullying termasuk Indonesia.
Belum hilang dari ingatan terkait kematian siswa SD di Tasikmalaya yang menjadi korban perundungan, di mana dia dipaksa bersetubuh dengan kucing oleh teman-temannya sembari direkam yang pada akhirnya depresi yang menyebabkan anak tersebut meninggal dunia.
Baru-baru ini kejadian serupa terjadi di Sukabumi dilansir dari Kompas.com, MHD (9) bocah kelas 2 dosalah satu sekolah negeri (SDN) di kec. Sukaraja Kab. Sukabumi, Jawa barat (Jabar) meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada senin (15/5/2023).
Seperti tak ada habisnya kasus bully setiap tahunnya mengalami peningkatan berdasarkan data yang diperoleh dari laman resmi KPAI menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak baik dalam psikis maupun fisik mengalami peningkatan sebanyak kurang lebih 76 anak dilaporkan menjadi korban kekerasan atau perundungan di sekolah selama Tahun 2020.
Kemudian di tahun 2022 KPAI melaporkan kasus bullying dengan kekerasan fisik dan mental yang terjadi dilingkungan sekolah sebanyak 226 kasus termasuk 18 kasus bullying didunia maya. Data tersebut hanya sebagian yang nampak dipermukaan, bahkan indonesia menduduki peringkat 5 kasus perundungan di Asia.
Telaah Dampak Bully
Bullying dapat memberikan dampak buruk bagi korban berupa gangguan mental belajar dan bahkan gangguan sosial. Bahkan tidak sedikit sampai pada gangguan fisik hingga menyebabkan kematian. Pada tahun 2015 WHO melalui global School Based Student Healt (GSHS) melakukan survey. Survey tersebut menggambarkan bahwa dampak dari bullying menyebabkan 1 dari 20 remaja di Indonesia memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Perilaku bully ini telah menjadi ancaman bagi generasi kita, Kedepannya mungkin anak-anak kita yang akan menjadi korban atau pelaku bully maka penting untuk selalu waspada. Meskipun telah diberikan upaya oleh berbagai pihak termasuk negara untuk menyelesaikan problem ini namun, hal itu tidak memberikan efek justru problem ini terus terulang. Itulah yang menjadi pertanyaan besar kita, Apa akar penyebab dari permasalahan ini?
Sekularisme, Ancaman Laten
Perilaku anak dipengaruhi oleh lingkungan. Bila lingkungan baik maka perilakunya juga ikut baik, begitupun sebaliknya. Lingkungan terdiri dari keluarga, masyarakat dan pendidikan/sekolah. Namun sayangnya lingkungan kita saat ini dipengaruhi oleh kehidupan sekuker yang menjauhkan manusia dari nilai nilai keimanan kepada Allah dan syariatnya. Akibatnya keluarga tidak lagi menjadi pendidik awal anak-anak, tidak menanamkan aturan nilai-nilai islam sejak dini.
Bahkan ketika anak melakukan perilaku buruk terhadap teman alih-alih memberikan pemahaman atau hukuman justru orangtua membela dan berusaha membenarkan perilaku si anak. Belum lagi ketika orangtua disibukkan dengan pekerjaan hingga anak-anak merasa kurang perhatian dari orang tuanya jadilah mereka mencari perhatian diluar rumah.
Semakin memperburuk keadaan dengan adanya pendidikan yang sekuler. Di sekolah, mereka hanya dididik bagaimana mendapatkan nilai akademik yang baik namun tidak disertai dengan pemahaman agama. Sehingga mereka tidak memahami mana perilaku yang baik dan mana yang buruk. Dari sinilah muncul pribadi jahat yang tidak takut dengan konsekuensi.
Kurangnya kontrol masyarakat akibat individualisme. Masyarakat seolah tidak acuh ketika menemukan perilaku buruk anak di sekitarnya. Asal tidak menimpa anaknya maka mereka tidak akan peduli. Ditambah negara yang tidak memberikan solusi tepat baik preventif maupun kuratif.
Sungguh malang nasib generasi kita, anak-anak kita terbentuk menjadi pribadi yang buruk tanpa ada yang peduli. Padahal kemajuan sebuah bangsa bergantung pada kualitas generasinya. Maka dari itu solusi apa yang tepat untuk menyelamatkan moral generasi kita saat ini?
Islam Solusi Tuntas
Islam sebagai agama yang sempurna akan mampu untuk memecahkan setiap problematika ummat. Termasuk problem bullying. Semua pihak akan bertanggung-jawab berdasarkan aturan islam.
Individu yang bertakwa
Setiap perbuatan manusia terikat dengan aturan Allah swt. Apapun yang diperintahkan oleh Allah wajib dilaksanakan dan apapun yang dilarang wajib ditinggalkan. Begitupun perilaku bullying.
Firman Allah swt : “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)” (QS Al-Hujurat : 11)
Di sisi lain, aspek keluarga sangat penting dalam pembinaan anak. Karena, keluarga dalam Islam diberikan tanggungjawab untuk mendidik dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Terutama ibu. Peran ibu sebagai (madrasatul ula’) pendidikan pertama bagi anak, menanamkan nilai-nilai islam hingga anak tumbuh dengan pemahaman islam.
Begitu pula aspek pendidikan Islam yang berlandaskan aqidah. Tidak hanya mengajar individu agar mampu memahami ilmu-ilmu terapan namun juga dibarengi dengan tsaqofah islam sehingga output pendidikan islam menghasilkan individu cerdas dan berkepribadian islam.
Terakhir, adanya peran negara yang menerapkan seluruh aturan Islam dan mencegah masuknya paham-paham sekuler ataupun indovidualis di masyarakat sehingga kontrol masyarakat dapat terjaga.
Negara juga berperan mencegah hal-hal yang memicu munculnya perilaku bully. Seperti dihilangkannya game online dan tontonan pornografi yang dapat mengalihkan dan merusak pikiran anak.
Oleh karena itu ummat membutuhkan islam agar perilaku bullying tidak terulang kembali. Wallahu a’lam.[]
Comment