![]() |
Ahok, terpidana penista agama saat tiba di Lapas Cipinang.[rol] |
Selang tak lama kemudian di depan areal LP Cipinang didatangi para pendukung dan pecinta Ahok. Mereka melakukan aksi dan orasi meminta dipertemukannya mereka dengan sang idolanya dan yang lebih ekstrim lagi mereka tak segan-segan (tanpa malu) berteriak meminta dibebaskannya idola mereka itu.
Aksi berlanjut hingga melewati batas waktu yang ditentukan oleh undang-undang. Lazimnya, aparat akan bertindak tegas dan keras kepada para pendemo yang telah melewati batas waktu yang ditetapkan namun lain hal dengan perlakuan dan penanganan terhadap yang satu ini. Aparat tidak menggubris dan menjadikan persoalan.
Dengan alasan kemanusiaan dan (konon katanya) karena sebagian besar pesertanya Ibu-Ibu, pendukung Ahok ini mendapatkan semacam privilege/keistimewaan, dibiarkan dan tanpa pembubaran paksa oleh aparat.
Aksi berlanjut mengarah kepada anarkis dan menjadi aneh kemudian, jika benar peserta aksi itu sebagian besar adalah Ibu-Ibu, apakah bisa merobohkan pintu gerbang LP Cipinang? Sekuat dan seberingas apa ibu-ibu pendukung Ahok itu ? Para wonder women kah ?
Selang beberapa saat kemudian tersiar berita, bahwa terpidana penista agama dipindahkan dari LP Cipinang ke Mako Brimob dengan alasan keamanan (karena ada yang melakukan aksi).
Kembali kita bertanya, alasan demi keamanan siapa? Apakah Ahok merasa terganggu dan terancam? Bukankah mereka yang melakukan aksi di depan LP Cipinang itu adalah Pendukung dan Pecinta Ahok ? Bukankah mereka (seperti yang dikatakan aparat) itu hanyalah sebagian besar Ibu-Ibu. Bagaimana mungkin Ahok merasa terancam oleh para pendukungnya, Ibu-Ibu pula.
Sejak kapan ada terpidana dipindahkan alih-alih demi keamanan dari Lembaga Pemasyarakatan ke Markas Brimob? Demi keamanan ataukah demi kenyamanan? [Rezrasya Ibnu Hazard]
Comment