Herny Wulandari Pangestu, S.Mat*: New Normal Life yang Tidak Memanusiakan

Opini627 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA Pemerintah menyampaikan bahwa anggaran kesehatan untuk penanganan Covid-19 yang sebesar Rp 87,55 triliun tidak akan bertambah hingga akhir tahun walaupun kasus positif Covid-19 bertambah.

Menurut Kunta dalam kesempatan diskusi virtual, anggaran yang dialokasikan tersebut sudah mempertimbangkan perkiraan dan modeling untuk jumlah kasus hingga akhir tahun dengan jumlah orang yang positif Covid-19 hingga ratusan ribu.

Anggaran tersebut juga sudah mempertimbangkan jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit untuk penambahan kasus yang mungkin saat ini belum terdeteksi.

Faktanya dikutip dari vivanews.com pada 4 Juli 2020 jumlah kasus baru positif Covid-19 pasca diberlakukannya new normal mencapai 1.447 kasus, sehingga total kasus positif mencapai 62.142. Yang dinyatakan sembuh 28.219 dan meninggal 3.089. Angka tersebut bukanlah angka yang kecil mengingat yang dipertaruhkan adalah nyawa seorang manusia.

Menurut Achmad Yurianto, Juru Bicara Khusus Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, hal itu bisa terjadi dikarenakan masih cukup tingginya penyebaran wabah Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia akibat dari ketidakdisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan.

“Ini prasyarat utama kalau kita ingin aman dari Covid-19. Kami ingatkan penularan dari hari ke hari yang masih kita temukan adalah gambaran dari masih adanya orang yang bawa virus ini namun dia tidak mampu melindungi orang lain karena tidak menggunakan masker, tidak jaga jarak dan masih ada orang lain yang sehat yang rentan tertular karena tidak menggunakan masker, jaga jarak dan tidak cuci tangan secara sering menggunakan sabun. Ini titik lemah yang selalu terjadi dan ini yang menyebabkan dari hari ke hari kasus positif masih sering terjadi.”

Pada intinya, hal itu bisa terjadi akibat dari ketidakdisiplinan individu dalam menerapkan protokol kesehatan.

Selain itu pemerintah beranggapan naiknya kasus hanya karena tes yang semakin massif bukan karena tidak diputusnya rantai sebaran.

Hal tersebut seolah sesuatu yang wajar, bahkan prestasi yang menunjukkan bahwa pemerintah sudah melakukan tes ke lebih banyak orang. Justru penyebab penambahan kasus positif yang tinggi adalah akibat dari program PSBB yang longgar ditambah dengan kebijakan baru new normal life.

Jika kebijakan yang diambil masih sebatas perhitungan untung dan rugi, sebagai mana anggapan kapitalis, maka seluruh kebijakan saat ini akan dinilai benar.

Dan hasilnya menguntungkan pihak lain tapi merugikan masyarakat. Sebagai pemerintah yang tugasnya melayani rakyat seharusnya kebijakan yang diambil bukanlah berdasarkan untung dan rugi melainkan demi menyelamatkan nyawa masyarakat.

Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, “dahulu, tha’un adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman.

Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,” (HR. Bukhari, Nasa’i dan Ahmad). Wallahu’alam bishawab.[]

Comment