![]() |
Arief Poyuono, Waketum DPP Gerindra.[Dok/radarindonesianews.com] |
Terkait ini, sambung Wakil Ketua Umum Gerindra ini, sangat jelas Joko Widodo kelihatannya mulai terpancing menjadikan BUMN Pertamina sebagai ATM Politik persiapan majunya Joko Widodo dalam pilpres 2019 menggunakan usulan para mafia migas yang mengiming-iming agar bisa mendapatkan dana persiapan pilpres.
Sangat aneh sambung Arief, dalam dua tahun terakhir dengan jatuhnya harga minyak dunia, banyak National Oil Corporation merugi hingga melakukan PHK pada karyawannya. Tapi Pertamina yang merupakan NOC Indonesia justru bisa bertahan dan menghasilkan keuntungan karena kinerja jajaran marketing dan hilir yang sangat baik
Untung saja lanjut Arief, RUPSLB minggu lalu yang kental tarik menarik kepentingan antar kelompok mafia migas ddngan kelompok Pertamina nasionalis, dan untungnya Joko Widodo tidak langsung mengangkat Dirut baru secara definitive.
“Karena diakhir Joko Widodo mendapatkan masukan dari seseorang akan adanya kelompok mafia migas era SBY akan merongrong Pertamina dengan menyodorkan calonnya,” ungkapnya.
Untunglah tambah Arief, Presiden mengangkat Plt Dirut Pertamina dari legacy Pertamina yang tadinya sebagai direktur Gas di Pertamina untuk mengambil jalan tengah. Untungnya Plt Dirut Pertamina yang diangkat juga merupakan sosok yang punya kinerja dan kemampuan yang bagus di Pertamina.
Tapi yang sangat disayangkan, ungkap Arief, kalau seorang Ahmad Bambang yang mendapatkan penghargaan dari Joko Widodo sebagai the best Direktur di BUMN tahun 2016 harus ikut dicopot padahal kinerjanya dijajaran pemasaran dan hilir sangat baik dan meyebabkan Pertamina meraih keuntungan disaat bisnis MIGaS redup di dunia.
“Oleh karena itu saya imbau agar karyawan Pertamina juga harus berani menolak usaha usaha penempatan orang orang dijajaran Direksi dan Komisaris yang akan menggerogoti Pertamina. Karena itu harus kompak dan berani untuk menolaknya,”Imbuh Arief.[Nicholas]
Comment