Oleh : Hawilawati, S.Pd, Muslimah Permata Umat
__________
RADARINDONEDIANEWS.COM, JAKARTA — Setiap amalan akan mendapatkan ganjaran walau sebesar biji zarrah-pun. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 1-8)
Allah tak akan luput dari penglihatan dan pendengarannya. Bahkan mengetahui suara hati manusia. Keyakinan atau keraguan manusia menjalankan syariatNya pun Allah Maha Tahu, Allah Al-hayyu (Yang Maha Hidup). KehidupanNya sempurna tidak pernah lupa dan tidur.
Apakah manusia mengira bahwa amalan yang dilakukan akan terlewat dengan balasannya? Apakah manusia juga mengira bahwa amalan yang sama dilakukan akan mendapatkan ganjaran yang sama? Wallahu’alam, semua adalah hak prerogatifnya Allah.
Kisah ini menjadi pembelajaran dan renungan bagi kita semua, bahwa Rasulullah Saw. mendapat sebuah mimpi terkait dengan kondisi tiga orang sahabatnya di surga yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Tholib dan Abdullah bin Rawahah. Mereka sama-sama berjihad dalam perang mu’tah
melawan pasukan kekaisaran Bizantium Romawi Timur. Hayat mereka sama-sama berakhir dengan kesyahidan yang begitu indah namun mendapatkan surga yang berbeda.
Zaid bin Haritsah mendapatkan surga dengan singgasana yang terbuat dari emas. Sementara Ja’far bin Abu Tholib mendapatkan surga yang sama seperti Zaid bin Haritsah bahkan diberikan sepasang sayap hingga dikenal Dzul Janahain, tersebab saat berjihad kedua lengannya putus tertebas pedang musuh.
Bagaimana dengan Abdullah bin Rawahah?
Rasulullah Saw terdiam sejenak hingga rona wajah orang-orang Anshar berubah dan mengira telah terjadi sesuatu yang tidak mereka sukai pada Abdullah bin Rawahah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terus melanjutkan sabdanya, “Diperlihatkan kepadaku dalam mimpi, bahwa mereka berada di surga dengan singgasana terbuat dari emas. Aku melihat singgasana Abdullah bin Rawahah miring tidak seperti singgasana dua sahabatnya.
Salah seorang sahabat bertanya, “Mengapa singgasana Abdullah bin Rawahah miring?”
Dikatakan kepadanya, “Tatkala Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib maju ke medan laga tanpa ragu, sedang Abdullah bin Rawahah sedikit ragu sebelum ia bertempur.”
Demikianlah Allah memberikan ganjaran kepada seseorang, sesuai keyakinannya, tanpa bisa diganggu gugat. Kebaikan ada sedikit keraguan saja mendapatkan nilai yang berbeda dengan keyakinan yang penuh. Bagaimana dengan diri yang tidak yakin dengan kebaikan itu sendiri?.
Saat ini negeri-negeri Islam telah mengalami kemunduran, bahkan kerusakan dan kemungkaran kian menjadi-jadi. Sekuler sebuah sistem buatan manusia yang memisahkan agama dengan kehidupan, nyata melahirkan banyak kerusakan.
Ketiadaan sistem (sistem Islam) yang mengikat manusia dalam ketaatan sehingga akan melanggengkan tipu daya setan, menjauhkan manusia dari yang fitrah dan mengajak manusia untuk terus berbuat maksiat.
Akankah kita mendapatkan ganjaran terbaik dari Allah, sementara masih tertanam keraguan dan belum ikhlas menjadikan halal haram sebagai standar perbuatan manusia, masih menghalalkan segala cara dalam memenuhi hajatul adawiyyah (kebutuhan jasmani), masih ragu terhadap sistem pergaulan Islam (nidzomul ijtima’i) dalam interaksi sesama manusia, masih ragu terhadap sistem ekonomi islam (nidzomul iqtishodiy), justru lebih condong terhadap sistem ekonomi Kapitalis dalam perekonomiannya, skeptis terhadap siyasah islam dalam perpolitikannya, dan masih ragu terhadap syariat Allah lainnya.
Melihat kondisi rusak dihadapan tentu harus diperbaiki sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tidak cukup individu dan komunitas atau masyarakat saja yang bergerak, namun negara memiliki kewajiban menjaga bangsa dengan tangan atau kekuasaannya.
Dengan apakah seharusnya segala problematika hidup ini diperbaiki ? Tentu dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah. Karena Allah telah berjanji barang siapa yang berpegang teguh dengan Al-qur’an dan As-sunnah akan selamat. Allah Swt.berfirman :
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya. – (Q.S An-Nisa: 175).
Rasulullah Saw bersabda :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan pada kalian dua perkara.Kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah RasulNya”. (HR. Malik, Baihaqy)
Tinggal manusia mau atau tidak membentengi diri dengan Aqidah Islam yang kokoh, melakukan Amar ma’ruf nahiy munkar dan menyelesaikan segala problematika manusia dengan tuntunan Syari’atNya ? masihkah ragu dengan penerapan syariat Islam kaffah ? Masihkah enggan menjadi bagian orang-orang yang berjuang di dalamnya?
Islam agama solutif, bukan hanya sekedar wacana belaka, dan terbukti mampu menciptakan negeri yang diberkahi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur selama 13 abad lamanya. Dengan penerapan syariat Allah Akan dirasakan dua keadaan yaitu jabul masholih (adanya kemaslahatan yang di dapat) dan dar’ul mafasid (adanya kerusakan yang berhasil di cegah). Inilah yang dikenal Islam sebagai Rahmatan Lil’alamiin
Semoga kita menjadi golongan orang-orang yang selalu yakin terhadap syariat Allah sebagai solusi kehidupan, yakin akan janji Allah serta bisyaroh Rasulullah Saw bahwa kemenangan akan diraih kaum muslimin, menjadi bagian orang yang terus bergerak dalam memperjuangkan kemulian Islam, sehingga ganjaran terbaik dari Allah pun pantas kita terima. Aamiin Allahumma Aamiin.[]
Comment