Eny Sri Hartati, Ekonom Indef, Institute for Development of Economics and Finance.[Gofur/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – INDEF, Instiute For Develoment of Ecomic and Finance gelar diskusi Solusi Ekonomi Indef bersama Radio PasFM dengan tema “Mengakhiri Kontroversi Impor Jagung Dan Kedelai” di Carne Steak, Tebet Utara No.13 Jakarta, Senin (25/4).
Menyedihkan, silang pendapat yang tidak selaras seputar data pasokan jagung dan kedelai antara pemerintah di satu sisi dan pelaku usaha di sisi lain berujung diskursus dan polemik panjang tak berkesudahan. Hal ini tentu berdampak negatif terhadap petani dan pengusaha yang sekaligus menjadi faktor meningkatnya harga jagung dan kedelai domestik.
Eny Sri Hartati, Ekonom Indef, Institute for Development of Economics and Finance menyatakan, perbedaan data ini menjadi penyebab tingginya harga jagung dan kedelai dalam negeri. Namun lanjutnya, efek kenaikan harga jagung dan kedelai ini tidak dirasakan petani.
Enny menambahkan, usai pemerintah menutup keran impor jagung dan kedelai pada Januari 2016, keuntungan naiknya harga jagung hanya dinikmati para pedagang.
“Impor
ditutup, harga jagung di pasar kemudian naik dari Rp 3.000/Kg menjadi Rp
6.500/Kg. Ironisnya, harga jagung di level petani tetap, hanya berkisar
Rp 3.000/Kg,” kata Enny, Senin (25/4), dalam diskusi bertajuk
Mengakhiri Kontroversi Impor Jagung dan Kedelai, di Jakarta yang juga disiarkan secara onair di Radio PASFM
ditutup, harga jagung di pasar kemudian naik dari Rp 3.000/Kg menjadi Rp
6.500/Kg. Ironisnya, harga jagung di level petani tetap, hanya berkisar
Rp 3.000/Kg,” kata Enny, Senin (25/4), dalam diskusi bertajuk
Mengakhiri Kontroversi Impor Jagung dan Kedelai, di Jakarta yang juga disiarkan secara onair di Radio PASFM
Permasalahan yang terjadi di sektor pangan
khususnya Jagung, lanjut Ekonom indef itu, sudah sangat kompleks. Berdasarkan
data dari Kementerian Pertanian (Kementan), ungkapnya, produksi jagung tanah air
sudah sangat cukup, sehingga pemerintah menutup kran impor. Namun
sebaliknya, industri pakan ternak selalu mengeluhkan kurangnya pasokan
Jagung.
khususnya Jagung, lanjut Ekonom indef itu, sudah sangat kompleks. Berdasarkan
data dari Kementerian Pertanian (Kementan), ungkapnya, produksi jagung tanah air
sudah sangat cukup, sehingga pemerintah menutup kran impor. Namun
sebaliknya, industri pakan ternak selalu mengeluhkan kurangnya pasokan
Jagung.
“Jika data produksi Kementan benar, bisa jadi
permasalahannya bukan berada pada ketersediaan pasokan, tetapi pada
penyebaran areal produksi dan kualitas produksi. Namun data produksi
itu, tentunya harus melalui langkah validasi dengan benar,” Imbuh Enny.[GF]
permasalahannya bukan berada pada ketersediaan pasokan, tetapi pada
penyebaran areal produksi dan kualitas produksi. Namun data produksi
itu, tentunya harus melalui langkah validasi dengan benar,” Imbuh Enny.[GF]
Comment