![]() |
Foto: copyright stocksnap.com |
akan berikan cincin saya senilai Rp. 200 juta kepada siapapun. Asal dia
mau memakainya dengan segala konsekuensinya. Dan saya akan menjamin
kehidupanmu setelah itu. Adakah?”
Terdengar bak sebuah lamaran
seorang laki – laki. Namun sebenarnya ditujukan kepada semua, baik
perempuan maupun laki – laki, yang mau menerima.’Lamaran’ ini adalah
bukan untuk sebuah ikatan perkawinan antara laki – laki dan perempuan.
Bukan layaknya pertunangan ataupun pernikahan. Ini penawaran yang muncul
dalam ketidakberdayaan akan hidup yang harus dijalani dengan ‘cincin’
yang harus dipakainya. Cincin yang membawa resiko dan konsekuensi bagi
pemiliknya atau pemakainya sejak detik pertama cincin dipakainya.
Tak
seorangpun mau menerima tawaran ini. Tak seorangpun menginginkan untuk
memakainya, tak juga seorang yang papa yang tak memiliki apa – apa dan
200 juta Rupiah adalah nilai yang belum pernah dimilikinya sepanjang
hidupnya.
Cerita di atas bukanlah cerita versi baru dari Frodo
Baggins Si Hobbit, pembawa Cincin Kutukan pada film The Lord of The
Ring. Atau cerita rekaan tentang seorang laki – laki yang hampir putus
asa dalam mendapatkan pasangan hidup hingga mengajukan penawaran kepada
baik laki – laki atau perempuan agar mau menerima ‘pinangan’ tukar
cincin. Cerita di atas terinspirasi dari sebuah kisah yang sebenarnya,
dari seorang tetangga. Laki – laki yang di penghujung masa mudanya
menuju tua, harus menggunakan cincin di jantungnya. Cincin yang
ditanamkan di jantungnya agar darah mengalir dengan lancar ke dan dari
jantungnya. Cincin yang membuatnya agar tetap hidup keterbatasan dan
ketergantungan yang tak akan lagi bisa dipisahkan darinya dan
kehidupannya.
Tak heran, siapapun tak akan mau menerima
‘tawaran’nya. Tak juga saya. Saat sore tadi bersua dan bercakap – cakap
dengannya lalu mendengarkan kalimat – kalimat yang diucapkan dalam
kondisi dan penampilannya yang pucat, lemah dan membuatnya menua. Lebih
tua daripada usia yang sebenarnya. Sore yang bertepatan dengan seminggu
setelah cincin disematkan di jantungnya. Mengingatkan pada satu ujaran
bijak tentang badan manusia dan nilai sebenarnya, bahwa:
karena apa yang dirasakan dan penderitaan yang harus ditanggungnya
tadi, membuatnya meracau dan kehilangan akal sehatnya lalu
berhalusinasi. Mengandaikan sebuah kemustahilan yang bisa terjadi dalam
bentuk ‘tukar cincin’ kepada orang yang mau menerima dan menggantikan
posisinya. Mengandaikan jika saja cincin itu tak bersemayam di
jantungnya, dan mengandaikan agar waktu bisa berputar balik, sehingga
dia bisa merawat tubuh dan menjaga kesehatannya.
Mari, jika anda
tidak ingin kehilangan akal sehat karena tubuh tak sehat. Rawat, sayangi
tubuh dan jagalah kesehatan sebagai wujud terima kasih kepadanya dan
kepada penciptanya. Rawat dan jagalah sebelum jantung anda meminta
cincin yang bernilai ratusan juta dan mengikat anda dalam satu simpul
yang melekat dan abadi.[vem]
Comment