![]() |
Milad 71 GPII.[Nicholas/radarindonesianews.com] |
Karman, pada puncak milad GPII ke-71 ini, mengajak khususnya kader GPII dan siapapun yang bersumbangsih untuk GPII dan seluruh komponen masyarakat, agar dapat menangkap setitik hikmah untuk direnungkan sepenuh hati. Jejak perjuangan para pendahulu adalah sebuah keharusan untuk dilanjutkan dan pertahankan.
GPII merupakan organisasi kepemudaan Islam yang didirikan oleh beberapa tokoh Islam dan tokoh bangsa di antaranya yaitu; M. Natsir, Anwar Tjokroaminoto dan K.H. Wahid Hasjim pada 2 oktober 1945, dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI.
Karman menambahkan, krisis nilai keislaman dan nilai kebangsaan di kalangan pemuda sebagai tampuk pimpinan umat dan bangsa kini kian menipis seiring dengan globalisasi dan terjadinya revolusi ICT, yang telah menghancurkan batas kewilayahan satu negara.
“Tidak hanya itu, karena dapat menghancurkan batas-batasan ideologi suatu bangsa,” jelasnya.
Sebagai kader ummat, yang pertama dilakukan adalah memperkokoh bangunan organisasi, konsolidasi internal, perkuat pemahaman nilai-nilai keislaman dan perkuat jaringan, solidaritas sesama anak bangsa lainnya, solidaritas sosial patut ditingkatkan.
“Kalau tidak demikian, maka GPII hanya tinggal nama dan NKRI kita hancur lebur. Naudzubillah,” ungkapnya khawatir.
Di tempat yang sama, Kombes Pol.Solihin menyinggung persoalan intoleransi yang kerap terjadi. Masalah agama, suku, golongan dan ras lanjutnya, sangat mudah menimbulkan konflik sosial.
Memang secara hakiki lanjut Thaha, sudah merdeka namun coba lihat dan rasakan apa yang dihadapi saat ini adalah mafia china di mana kelompok kecil, tapi duitnya luas. Bahkan hingga oknum TNI, Polisi bisa dibeli dan itu mungkin saja terjadi.
“Mohon maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud yang namanya rasialis. Namun maaf kalau yang namanya ‘china’ bila melakukan kesalahan, bisa menjadi tidak ada salah. Namun bila pribumi salah, langsung salah,” tukasnya kecewa.
Memang tambahnya, posisi TNI, Polri sangat sulit karena taat perintah. Karena lihat saja suatu waktu ada gerakan sesaat yang menganggap Pemerintah tidak sanggup menjalankan amanah.
“Kita tahu berserikat, bahkan menyampaikan pendapat secara lisan, bahwa tiap warga negara memiliki hak untuk diperhatikan, itu sesuai perintah Undang-undang,” paparnya.
Kita harus memperjuangan hak yang sudah dirampok. Lihat saja 80% tanah dikuasai mereka (china). Dulu mereka berkuasa di narkoba, judi, pelacuran. Namun sekarang dalam kehidupan berbangsa bahkan dalam sendi negara.
Bangsa ini ingin aman dan damai dengan kondisi yang kritis dan krisis di mana hutang RI terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok) sebesar seribu triliun rupiah. Itu bukan ‘by economi’ namun suatu saat bisa saja ditelan. itu Asing, Aseng dan ditengah-tengahnya itu Asong,” pungkasnya.[Nicholas]
Comment