Diskusi terbuka yang digelar oleh Musyawarah Rakyat Indonesia (MRI) bertajuk “Mengapa dan ada apa di balik penundaan pembacaan putusan Tuntutan Jaksa terhadap kasus Ahok,” itu dihadiri oleh sekitar duapuluhan (20)an, dan beberapa tokoh narasumber selain Muslim Arbi (GALAK), Imam Supriadi (Mantan tim audit BPK), Yudi Syamhudi Suyuti (Ketua MRI), Dahlia Zein, SH MH (pengacara).
“Lalu saat Sri Bintang, akan membawa persoalan ini ke Pengadilan Internasional. Nampak panik semua, di satu sisi penangkapan itu dasarnya apa,” tukas Muslim Arbi.
Menurutnya, partai yang notabene mengusung demokrasi terlebih perjuangan, semestinya berjuang untuk demokrasi.
“Demokrasi saat ini sedang terjun bebas, telah mati. DPR, Parpol, ini semua lektokrasi, ‘teman teman dan konco konco dewe’. Berbicara demokrasi, saling mengkritik, saling berpendapat kok malahan dituduh makar atau permufakatan jahat. Ini sekarang semuanya kemana ?,” ungkapnya.
Bahkan, kini Ketua DPR telah dicekal saja namun tetap dibiarkan.”Mungkin karena bagian dari Rezim,” ujarnya.
“Demokrasi terjun bebas, konotasi miringnya negeri ini pertanda tidak ada demokrasi,” jelasnya.
Ada pepatah,”Ada angin bertiup dibilang hantu, kucing mengeong dibilang singa” lalu di samping itu pula ‘Kebebasan Pers’, kemuka Muslim Arbi dirasa malah saat aksi tidak diberitakan, ini artinya mengandalkan medsos.’Karena indikasinya ini kan di’kunci’. Padahal ciri Demokrasi ialah kebebasan pers, bila pers menjilat penguasa, itu artinya sudah mati,” tukasnya.
Mayoritas masyarakat yang ada di Republik seraya ketakutan dalam bicara, aksi dan orasi malahan dituduh makar, padahal tidak ada apa apanya.”Ada semacam ‘design politis’ bila terus menerus bakal semakin baik atau tidak, soalnya kerusakan yang tak bisa dikontrol,” jelasnya.
“Memang forum disini kecil, akan tetapi memberikan semangat dan bangkitkan serta membawa gerakan yang terus bergulir dan akan jalan terus.” tandasnya.[Nicholas]
Comment