Penulis: Fauziah, S. Pd | Pendidik dan Aktivis Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Otoritas militer Israel mengeluarkan larangan bagi warga Palestina di Jalur Gaza untuk mendekati pusat-pusat distribusi bantuan.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan di platform X, menyampaikan bahwa penutupan pusat distribusi dilakukan untuk keperluan renovasi, reorganisasi, dan peningkatan efisiensi. Demikian dilansir dari beritasatu.com (4/6/2025).
Sedikitnya 17 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia pada Sabtu (7/6/2025) dini hari waktu setempat, bertepatan dengan hari kedua perayaan Iduladha, imbas serangan udara dan tembakan militer Israel di wilayah selatan Jalur Gaza, terutama di daerah Khan Younis dan Rafah sebagaimana ditulis beritasatu.com (7/6/2025).
Menurut keterangan dari sejumlah sumber Palestina, sebanyak 12 orang, termasuk empat anggota dari satu keluarga yang meninggal dunia dan lebih dari 40 orang lainnya mengalami luka-luka setelah pasukan Israel menyerang tenda-tenda pengungsi yang berada di wilayah barat Khan Younis.
Hal ini menunjukkan bahwa Zionis Yahudi masih saja menyerang Palestina. Bahkan lebih keji dari menyerang, mereka tampak memang sengaja melakukan rencana genosida untuk membumihanguskan Palestina. Benar-benar menyayat hati.
Tak ada lagi rasa kemanusiaan bagi mereka. Tak ada bantuan militer yang membantu Palestina. Negeri-negeri muslim hanya memberikan kecaman dan bantuan finansial saja.
Maka kabarkanlah kepada dunia hingga hari ini Palestina masih menjadi sasaran genosida penjajah Zionis Yahudi, bahkan bayi-bayi yang masih merah yang tak memiliki dosa. Bagi Zionis, dosa mereka adalah karena mereka bayi Muslim keturunan Palestina.
Zionis juga menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk membunuh secara pelan generasi Palestina. Bahkan di hari raya serangan pun tak berkurang.
Mirisnya, negara-negara besar dunia diam. Bahkan Penguasa muslim juga hanya sibuk retorika tanpa tindakan nyata dengan mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah. Mereka diam meski rasa kemanusiaan terkoyak.
Padahal rasa itu adalah rasa fitrah bagi manusia, untuk menolong sesamanya, apalagi bayi yang lemah tak berdaya.
Umat Islam harus menyadari bahwa genosida di Palestina adalah urusan umat Islam, bukan hanya urusan kaum muslim di sana. Rasulullah saw. bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Matinya rasa kemanusiaan sesungguhnya menunjukkan matinya sifat dasar manusia. Hal ini adalah fampak kapitalisme yang mengagungkan materi dan rasa superior disertai dengan kebencian atas manusia lainnya.
Kekejaman yang begitu rupa tak mengusik nurani para pemimpin muslim. Nasionalisme yang lahir dari Barat menghalangi umat islam untuk bersikap adil dan membantu muslim Palestina.
Tak ada seorang penguasa negeri muslim pun yang membebaskannya dengan kekuatan senjata, meski umat sudah menyerukan jihad.
Jihad tak mungkin terwujud tanpa adanya seruan negara. Model negara hari ini tak mungkin menyerukan jihad, apalagi mereka justru bergandengan tangan dengan penjajah Yahudi.
Seruan jihad hanya mungkin dikumandangkan saat berdirinya pemerintahan Islam global. Oleh karena itu, umat harus berjuang menegakkan persatuan di bawah satu pemerintahan Islam global. Tegaknya pemerintahan Islam global tak mungkin terwujud ketika umat masih hidup dalam naungan kapitalisme sekulerisme.
Seorang kholifah dalam islam akan melakukan aksi nyata membebaskan Palestina dengan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk menghancurkan entitas Israel hingga ke akarnya. Kholifah juga akan berjihad menghadapi negara lain seperti AS yang membela Israel.
Dengan demikian, pembebasan Palestina sangat erat kaitannya dengan tegaknya Khilafah. Sejarah Palestina menunjukkan bahwa pendudukan Yahudi ini tidak akan terjadi ketika persatuan dan pemerintahan islam global eksis dan melindungi negeri-negeri muslim.
Terbukti pasca runtuhnya Turki Usmani, racun nasionalisme berhembus di tubuh umat Islam, sehingga mulailah para pemimpin Arab dan negeri muslim lainnya bungkam atas pencaplokan entitas Yahudi di Palestina.
Upaya menegakkan pemerintahan islam global membutuhkan kepemimpinan jamaah dakwah yang konsisten.
Jamaah ini akan membangun kesadaran umat, dan menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat. Umat sudah seharusnya menjawab seruan jamaah dakwah ini dan berjuang bersama menjemput nashrullah. Wallahu A’lam Bisshowab.[]
Comment