Pentingnya Program Budaya Baca dalam Pelatihan USAID PRIORTAS

Berita431 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, MALANG – Program Budaya Baca menjadi salah satu materi pelatihan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. Mengapa Program Budaya Baca dianggap penting? Ketrampilan membaca sangat penting untuk kesuksesan pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang membacanya baik atau hobi membaca, biasanya akan mencapai hasil yang baik dalam mata pelajaran. Pengetahuan dan kemampuannya juga akan lebih luas dan terbuka dibandingkan dengan siswa lain yang kurang gemar membaca. Sekolah dapat membantu anak-anak untuk belajar menyukai buku dengan menerapkan “Program Membaca” dan menciptakan “Budaya Baca.”
Peningkatan pemanfaatan perpustakaan sekolah dan sudut baca merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan keterampilan mencari informasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa fungsi perpustakaan sekolah (informatif, edukatif, bersifat riset, dan rekreatif) banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Cara lain untuk menciptakan ‘budaya baca’ adalah pembiasaan membaca, pembiasaan membaca di rumah, pameran buku di sekolah, membuat lingkungan sekolah yang kaya bacaan dan menjalankan program-program khusus untuk siswa yang lambat membaca.

Untuk mendukung program pemerintah tentang peningkatan budaya baca, USAID PRIORITAS dalam pelatihan Manajemen Sekolah memasukkan materi “Program Budaya Baca” sebagai salah satu materi “Pelatihan untuk Pelatih tingkat Provinsi Jawa Timur: Praktik yang Baik dalam Manajemen Sekolah di SD dan MI Modul II Kohor 3”. Kegiatan ini diikuti oleh fasilitator daerah dari Kota Batu, Kab Banyuwangi, Kab Lamongan, dan Kab Jombang.

Silvana Erlina selaku Koordinator USAID PRIORITAS Jatim mengungkapkan, ada banyak hal menarik yang dilatihkan dalam pelatihan ini. Salah satunya adalah bagaimana sekolah menciptakan Program Membaca di lingkungan sekolahnya.

Sebagai contoh salah satu mitra USAID PRIORITAS Jatim, SDN Mojokarang telah menerapkan budaya baca di sekolah dan hasilnya, minat siswa dalam membaca buku meningkat.

Membaca Senyap / Uninterrupted Sustained Silent Reading (USSR) merupakan materi yang dikembangkan dalam pelatihan USAID PRIORITAS. Kegiatan ini pada dasarnya adalah memberikan waktu membaca di sekolah kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menikmati kesenangan membaca. Dalam membaca senyap, siswa diberi periode waktu tertentu, misalnya 10 atau 30 menit atau lebih (tergantung usia siswa dan kondisi sekolah), untuk menikmati bacaan bermutu tanpa ada interupsi yang mengganggu.

Tujuan program ini adalah untuk melatihkan perilaku membaca, membangun kebiasaan membaca (misalnya: berkonsentrasi), dan membangun kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan yang terprogram.

Program ini dilaksanakan setiap hari di banyak negara seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Singapura, Malaysia, dan Brunei. Di Jatim, sekolah mitra USAID PRIORITAS yang telah mengembangkan program budaya baca dan membaca senyap adalah SDN Mojokarang Kab Mojokerto.
Program budaya baca di SDN Mojokarang diawali dengan membaca buku selama 45 menit setelah senam pagi atau sebelum pelajaran dimulai atau disebut program Time for Reading. Semua siswa wajib melakukannya. Program ini berlangsung pada pagi hari setiap Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat.
“Sebelumnya hanya 15 menit, tetapi saya amati anak-anak ini bergurau dulu dengan teman-temannya begitu membuka buku. Waktu untuk membaca menjadi berkurang, maka saya tambah alokasi waktunya,” papar Watiyah, S.Pd, Kepala SDN Mojokarang yang menjadi narasumber dalam kegiatan pelatihan ini.
Saat masuk kelas, siswa kelas tinggi yaitu kelas 4 hingga 6 diminta untuk menceritakan hasil bacaan dalam bentuk laporan tertulis atau rangkuman tentang apa saja yang dibacanya. Laporan siswa akan dipajang di papan jurnal membaca kelas. Time for Reading memanfaatkan buku-buku yang ada di sudut baca masing-masing kelas atau buku bacaan yang dibawa siswa. Keesokan hari, laporan membaca siswa itu akan disimpan guru kelas dalam buku jurnal membaca. Jurnal membaca ini dibuat guru kelas yang bersangkutan. Meski demikian, masih ada siswa yang kesulitan membaca. “Ada beberapa dari kelas 2 dan 3. Sekitar delapan anak,” ujar Watiyah.
Keadaan ini diketahui melalui supervisi membaca oleh kepala sekolah berdasarkan buku jurnal membaca yang dibuat guru kelas. Mereka yang kelas 3 diberi buku bacaan yang biasa dipakai siswa kelas 1. Biasanya buku bacaan berjenjang dari USAID PRIORITAS karena ukuran hurufnya besar dan masih terdiri dari beberapa kata saja dalam satu kalimat. Nah, mereka ini diberi penanganan khusus oleh Watiyah dan guru di sekolah. Mereka diajak membaca melalui permainan. Sebelum memperoleh alat peraga dari pemerintah, wali murid menyumbang kartu huruf. Namun, setelah alat peraga dari pemerintah datang, papan dengan gambar-gambar itu digunakan setiap hari bersama kartu huruf.
Menurut Dyah Haryati Puspitasari selaku Whole Schole Development USAID PRIORITAS Jatim, dengan melaksanakan budaya baca di sekolah mitra terbukti mampu meningkatkan minat baca siswa dan sekolah mitra menjadi pelopor Program Budaya Baca di kabupaten masing-masing dalam meningkatkan minat guru, siswa, dan orangtua untuk gemar membaca. Ditambahkan Dyah, kegiatan gemar membaca dapat mendukung peningkatan ketrampilan literasi siswa di dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran literasi, diharapkan para siswa memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir yang tinggi sejak dini sehingga mampu mencerna setiap kegiatan pembelajaran dengan lebih baik. (TDK)

Comment

Rekomendasi Berita