Penyimpangan Dilegalkan, Apa Jadinya?

Opini806 Views

 

Oleh: Dinar Khair, Novelis

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Akhir zaman sudah semakin gila, ungkapan ini ada benarnya. Hubungan sesama jenis yang melanggar norma dan agama mulai dianggap lazim oleh sebagian orang. Kampanye yang masif dan terstruktur menjadikan opini tentang kelaziman hubungan sejenis ini semakin meluas.

Terlebih dengan narasi-narasi Hak Asasi Manusia dan kebebasan berekspresi yang menjadi napas demokrasi, membuat masyarakat lupa tentang pakem-pakem agama yang selama ini sudah berjalan sesuai norma.

Tak bisa dipungkiri, bahwa bibit-bibit penerimaan terhadap LGB7 ini juga terlihat dari maraknya adegan-adegan terlarang itu di dalam drama korea yang saat ini sedang digandrungi jutaan masyarakat. Bukan hanya K-Drama, tetapi K-Pop pun ikut mengampanyekan hal yang sama: normalisasi penyuka sesama jenis, transgender, dan queer. Mereka dengan lantang menyuarakan bahwa orang-orang dengan penyimpangan seksual ini adalah orang yang normal dan berhak untuk mendapatkan hidup yang sama seperti yang lain.

Dimulai dari konten-konten LGB7Q yang pesannya sangat halus sekaligus menarik simpati, masyarakat pun mulai terbuka dengan pemahaman ini.

Maka tidak heran, bila legalisasi dari berbagai negara mulai dibuka. Dilansir oleh Republika.com–Sebagian negara yang masuk dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersiap melegalkan hubungan sesama jenis. Singapura, misalnya, kini bersiap melegalkan hubungan sesama jenis. Jika terwujud, mereka bakal menyusul Thailand dan Vietnam yang sudah sudah resmi melegalkan pernikahan sesama jenis.

Dikhawatirkan, Indonesia akan menyusul negara-negara lain yang sudah terang-terangan melegalkan penyimpangan tersebut.

Siapa Biang Keladi?

Tak ada asap bila tak ada api. Dari hal ini patut kita pelajari siapa dalang di balik ini semua.

Asas demokrasi yang bernapaskan kebebasan dalam berpendapat, beragama, dan berekspresi, menjadikan manusia merasa bebas untuk menentukan hidupnya sendiri. Padahal, telah tampak secara nyata bahwa manusia dibekali hawa nafsu oleh Allah subhanahu wata’ala. Nafsu tersebut tentu saja harus diikat oleh sebuah aturan agar tetap berada dalam koridor norma kehidupan yang benar.

Kapitalisme sendiri telah menjadi wadah paling nyaman bagi mudahnya bibit-bibit L9B7Q ini meluas. Manusia-manusia yang menentang ini semua, dianggap mencampuri pilihan hidup orang lain. Hal tersebut termasuk dalam ‘kejahatan’ bagi pemahaman kapitalis-demokrasi.

Padahal, ancaman terhadap kaum menyimpang ini sudah ada sejak Nabi Luth diutus sebagai Rasul. Azab yang diturunkannya pun nyata, bukan sekadar dongeng belaka.

Di dalam Q. S. At-Taubah ayat 70:

اَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَاُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوْحٍ وَّعَادٍ وَّثَمُوْدَ ەۙ وَقَوْمِ اِبْرٰهِيْمَ وَاَصْحٰبِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكٰتِۗ اَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِۚ فَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

Apakah tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Samud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (kaum Lut) yang kota-kotanya dijungkirbalikkan? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Allah tidak akan pernah menzalimi mereka, tetapi merekalah yang selalu menzalimi diri sendiri.

Islam adalah Solusi

Sejak dahulu kala, para Nabi dan Rasul, Allah utus untuk meluruskan ketauhidan manusia, juga memberi peringatan pada kaum-kaum yang melampaui batas.

Apa yang Allah perintahkan telah purna pada Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwassalam melalui Islam. Seluruh aturan bagi manusia telah disempurnakan sebagaimana Allah katakan pada Q.S. Al-Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”

Termasuk larangan untuk berhubungan badan sesama jenis, menyerupai lawan jenis, dan sebagainya adalah bentuk kasih sayang Allah terhadap manusia. Dan tentu saja, telah kita ketahui seluruh akibat yang ditimbulkan dari aktivitas terlarang tersebut. Penyakit berbahaya yang akan didapat bahkan bisa mengenai orang yang tidak berdosa. Kerusakan yang terjadi atas perilaku menyimpang ini tidak hanya ditanggung per orang saja.

Maka sudah sepatutnya kita mengembalikan Islam pada tempatnya, di mana Allah-lah yang berhak untuk mengatur ciptaan-Nya. Sungguh, Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya.

Wallahualam bishowab.

Comment