Politisi PDIP, Arteria Dahlan Minta Ahok Jangan Arogan

Berita469 Views
Arteria Dahlan
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Politisi muda PDI P Arteria Dahlan
mengkritik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Dia
minta agar bekas Bupati Belitung Timur itu tahu diri dan tidak arogan
dalam menyampaikan ucapan apalagi dalam forum resmi. Sebagai kepala
daerah, Ahok harus menjaga tutur katanya dan tidak sembarangan
berbicara.

“Lagi pula menurut saya  Ahok juga nggak  pintar-pintar amat kok.
Malah jangan-jangan sikap reaksionernya yang sering disebut orang
dengan istilah berani dan blak-blakan justru dikarenakan ingin menutupi
kekurangannya,” kata Arteria prihatin seperti disampaikan lewat pesan ke
Beritabuana.co, Minggu (12/6).



Ucapan Ahoksaat acara sosialisasi KLHS di Balai Kota DKI Jakarta
baru-baru ini membuat Arteria Dahlan marah. Kata “orang bodoh nurut saja
sama orang pintar” dan kata “brengsek” dinilai tidak pantas disampaikan
diforum resmi yang dihadiri warga korban dampak reklamasi Teluk
Jakarta, perwakilan Kementerian KLH dan Kehutanan, Kementerian perikanan
dan Kelautan serta pejabat dari Kementerian Koordinator Kemaritiman.



“Pejabat yang hadir pada acara itu merupakan representasi dari
lembaga negara yang harus dijaga kehormatan mereka dan perasaan warga
tersebut,” kata Arteria.



Anggota Komisi II DPR ini menyatakan, sebagai forum diskusi
resmi, Gubernur Ahok perlu tahu diri dan tidak boleh arogan. Orang lain
mau berdiskusi tetapi sambutannya sudah terkesan “mewarning” peserta
diskusi dengan menyatakan “kalau lebih pintar, ajari saya secara fair
supaya tidak terjadi perdebatan konyol”.



“Kan lucu, terkesan tidak percaya diri dan terkesan paranoid,
harusnya Ahok lebih membuka diri dari segala macam kritik dan masukan.
Apalagi ini forumnya sangat bermartabat, resmi dan konstruktif yang
melibatkan kementrian dan lembaga terkait,” pintanya.



Ditambahkan, Ahok tidak boleh langsung apriori, sebab tidak ada
perdebatan konyol. Dalam suatu diskusi perdebatan adalah hal yang bias.
Dia mencurigai, sikap Ahok demikian justru dikarenakan ingin menutupi
kekurangannya.



Lebih lucu lagi kata Arteria, dalam pertemuan itu Ahok menuntut
solusi dan minta diajari bagaimana menyelesaikan masalah. Hal ini tidak
tepat karena sejatinya Pemprov DKI dan Ahok lah yang wajib menyelesaikan
masalah dan menghadirkan solusi yang aplikatif.



Tugas dia mencari solusi dan jangan beban  diberikan k
rakyat. Kemudian, Ahok harus berjiwa besar apabila solusi yang dibuatnya
dikritisi. Bila perlu di bahas, di uji publik. “Ahok harusnya berterima
kasih untuk itu, karena rakyat DKI  peduli dan jangan sampai anti
rakyat jadi apatis,” ujar Arteria.



Ahok harus ingat, di dalam diskusi tidak mutlak harus menghadirkan
solusi. Sebab, kesepahaman atas fakta maupun kesepahaman atas perbedaan
pun sudah tepat untuk dihadikan tujuan dalam berdiskusi.



Lebih penting lagi kata Arteria menyarankan, Ahok tidak
perlu memunculkan polarisasi bodoh dan pintar. Halal hukumnya rakyat
yang bodoh itu bersuara dan bahkan juga menyatakan alternatif solusi,
walaupun suara rakyat itu usulannya tidak masuk akal atau tidak pas.



“Itu lah sejatinya rakyat yang tidak terlepas dari  segala
kekurangannya. Kalau rakyat itu pendapatnya smart, cerdas, terstruktur
dan solutif itu bukan pendapat rakyat tapi pendapat ahli,” kata politisi
PDI P ini.



Seharusnya, tambah dia, Ahok lebih membumi lah dan jadilah
pemimpin yang tidak hanya bervisi kerakyatan tapi juga dekat
dengan rakyat. Karena itu Arteria meminta lagi bagaimanapun Ahok jangan
alergi dengan masukan visi dan opsi skenario pembangunan sebagai
rekomendasi kebijakan reklamasi Pantai Jakarta.



“Diterima saja sebagai masukan, menambah bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan. Toh, Ahok juga yang memutuskan, apalagi adalah
suatu fakta bahwa kebijakan reklamasi Teluk Jakarta terbukti bermasalah
atau setidaknya telah meresahkan.



Arteria menghimbau Ahok supaya lebih berdisiplin dalam bersikap,
berperilaku dan bertutur kata. Sebagai gubernur, wajib hukumnya untuk
menjaga tata krama, sopan santun dan etika sesuai dengan sumpah jabatan
dan kewajibannya sebagaimana diatur dalam UU Pemda.



Berani itu kata Arteria bukan berarti tidak takut berbuat apa
saja. Lagi pula Ahok tidak berani dan bukan berjiwa pendekar, tetapi dia
berani ngomong macam-macam karena dia melekat dengan jabatannya beserta
hak protokolernya.



“Di Jakarta banyak jagoan dan pendekar, tapi mereka semua
santun. Harussnya bisa menjadi pembelajaran. Apalagi menjadi gubernur 
Jakarta yang merupakan etalasenya Indonesia,” pintanya. (Ansim/bb)

Comment