Prof. Aysen Gurcan : Al-Aqsha Tak Ternilai Harganya

Berita446 Views
Mensos Turki, Aysen Gurcan
RADARINDONESIANEWS.COM, ISTAMBUL – Mantan Menteri Sosial dan
Kebijakan Keluarga Turki, Prof Aysen Gürcan mengatakan dalam penutupan
Konferensi Nisaa’ul Aqsha di Istanbul, Turki, Sabtu (30/4), bahwa Masjid
Al-Aqsha merupakan hak umat Islam yang tak ternilai harganya.
 
Aysen Gürcan  di depan sekitar 350 peserta dari berbagai negara dalam
pertemuan bertema “Kaum Muslimah Penjaga Al-Aqsha Demi Kehormatan Umat”
mengatakan pernah berkunjung ke Masjid Al-Aqsha dan merasakan betapa
berharganya tempat itu bagi umat Islam.
“Ketika saya berkunjung dan melihat langsung ke dalam Masjid Al-Aqsa,
saya merasa bahwa ayat-ayat al-Qur’an sedang turun di antara
pohon-pohon zaitun, dan tidak mungkin bagi siapapun untuk mengetahui
betapa berharganya nilai tempat itu, kecuali jika ia melihatnya langsung
dengan mata kepala sendiri,” ujarnya, Abarah Press melaporkan.
Dia menambahkan bahwa Al-Aqsa adalah tempat di mana ia memanggil 
seluruh kaum Muslimin, termasuk Muslimat, ada nuansa semangat saat di
sana, tempat yang sebenarnya mempertemukan semua agama.
Salah seorang panitia konperensi, Mohammed Arif, mengatakan, semua
peserta konferensi memberikan berkontribusi yang besar dalam mencapai
dukungan terhadap pembebasan Masjid Al-Aqsha.
Dia menambahkan, “Masjid Al-Aqsha tidak seperti tempat lainnya,
tempatnya penuh debu, dan untuk itu diperlukan perhatian mendalam dari
para pemimpin umat Islam, seperti dicontohkan Sultan Turki Utsmaniyah,
Abdul Hamid II, ketika mempertahankan Palestina dari tawaran Zionis”.
Perhatian serupa juga mesti ditujukan pada Jalur Gaza hingga terbukanya blockade dari Zionis Israel, paparnya.
Nisaa’ul Aqsha dirintis sejak tahun 2013, dan tahun ini merupakan
pertemuan internasional kedua, bertujuan untuk memajukan peran kaum
Muslimah dalam menjaga identitas Islam di kawasan Al-Aqsha.
Para peserta utusan dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya
Masyarakat, datang dari berbagai negeri Muslim, seperti: dari Aljazair,
Arab Saudi, Bahrain, Indonesia, Kuwait, Malaysia, Mesir, Palestina,
Qatar, Sudan, Suriah, Thailand, Tunisia, Turki, Yordania, dan Yaman.
Utusan Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
Salahsatu peserta konferensi “Nisaa’ul Aqsha” adalah Ustadzah
Maghfirah, delegasi dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan
umat Islam, yang berpusat di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor,
Jawa Barat.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) aktif menggalang solidaritas dan
kekuatan dunia Islam dalam pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan
Palestina, terutama sejak peluncuran Ghazwah Fath Al-Aqsha (Perang
Pembebasan Al-Aqsha) tahun 2006.
Maghfirah, seperti dilaporkan suaminya, Wahyudi KS, yang
mendampinginya selama di Turki, pada kesempatan konferensi menyerahkan
dan membagi-bagikan makalah Kesatuan Umat Islam yang Rahmatan Lil
‘Alamin.
Pada sessi shalat Shubuh berjama’ah, Wahyudi asal Indonesia,
berkesempatan menjadi muadzin, sedangkan Imam shalat Syaikh Salah Eid
Shobair, Konsultan Yayasan Islam Internasional untuk Pendidikan,
berdomisili di Mekkah, Arab Saudi.
Seusai shalat Wahyudi juga menyampaikan makalah Kesatuan Umat yang
disusun oleh Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, yang pada waktu yang
sama sedang berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi.
Syaikh Salah mempertanyakan Hizbullah, kaitannya dengan Hizbullah
syi’ah Lebanon. Namun kemudian dijawab itu adalah Hizbullah yang Sunnah.
“Na’am Kulluna Hizbullah (Ya, semua kita adalah Hizbullah),” komentar
Syaikh Salah. (Mina)

Comment