Apa Solusi Sampah Yang Kian Menggunung?

Opini885 Views

 

 

Oleh: Ummu Zahra, Ibu Rumah Tangga

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tersiar kabar baik tentang adanya persetujuan pembangunan sebuah pabrik untuk pengolahan sampah dan co-firing sebagai bahan bakar energi baru terbarukan. Kerjasama ini dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dengan PT Kusuma Jaya Argo yang telah ditandatangani oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dan Direktur PT Kusuma Jaya Argo Raden Hidayatullah Kusuma Dilaga. Kerjasama ini dilatarbelakangi oleh kesulitannya dalam menangani permasalahan sampah yang terus membludak di Kota Pontianak hingga mencapai 400 ton perhari. Kerjasama ini diyakini akan membantu mengatasi persoalan sampah di Pontianak. (kalbar.genpi.co, 28/04/2022)

Bukan hanya di Kota Pontianak permasalahan sampah terus menjadi persoalan yang tak kunjung usia dalam penanganannya. Sama halnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang menjadi kota penyumbang sampah terbesar di Indonesia yaitu sekitar 6950.32 (m3). Namun, pengolahan sampah yang hanya berkisar pada Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA yaitu tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, yang didalamnya terjadi proses pembuatan kompos, pembakaran, pemilihan, dan daur ulang meskipun tidak banyak yang digunakan.

Bahkan adanya bank-bank sampah yang sudah beroperasi sebagai penanggulangan sampah pun nyatanya masih belum cukup efektif untuk menyelesaikan permasalahan sampah, dikarenakan sedikit masyarakat yang melakukannya dan tidak berjalannya bank-bank sampah secara serentak disetiap lingkungan RT maupun RW. Kita ketahui bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah rumah tangga yang menerapkan sistem konversi dari sampah menjadi uang, dengan memilah dan mendaur ulang sampah diyakini dapat meningkatkan partisipasi warga dalam pengelolaan sampah sebari menjadikannya sebagai sumber pemasukan lain.

Namun, keberadaan TPA dan bank-bank sampah yang sudah ada, tetap saja belum efektif dalam menangani sampah-sampah yang terus menggunung dikarenakan jumlahnya jauh lebih sedikit dari jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat setiap harinya, sehingga dalam penanganannya pun terjadi kesulitan bahkan pengabaian terhadap sampah lainnya yang tidak diperhatikan oleh masyarakat dan negara. Kesadaran masyarakat akan pengurangan penggunaan sampah berupa plastik pun sangat minim, sehingga rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64juta ton pada tahun 2020. Jumlah yang sangat besar dan bukan jumlah yang membanggakan karena 37.3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga.

Sadarkah kita, bahwa memang kegiatan kita sehari-hari tak bisa jauh dari menghasilkan sampah, terutama sampah plastik yang merupakan jenis sampah yang sulit terurai oleh tanah dan membutuhkan waktu 50-100 tahun agar terurai oleh alam. Bayangkan jika kegiatan kita seperti pergi ke pasar, belanja ke mall, jajan dipinggir jalan dan semua hal termasuk membawa barang bawaan, kesemuanya itu menggunakan kantong plastik dan dibuang begitu saja tanpa memilahnya atau menggunakannya kembali, tentu akan mencemari lingkungan yang akan membahayakan bagi diri kita dan makhluk hidup disekitar kita seperti tumbuhan dan hewan.

Jika kita menggunakan goodie bag atau tote bag sebagai pengganti kantong palstik besar, dan menggunakan container food atau kotak makan saat berbelanja dipasar sebagai pengganti kantong plastik, pastilah sampah plastik akan berkurang penggunaannya dan dampaknya. Namun, jika satu atau dua orang saja yang melakukannya tentu tidak akan membawa perubahan besar dalam permasalahan sampah. Butuh peran negara yang secara tegas mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan sampah plastik atau menyeru kepada produsen makanan dan minuman, agar dalam pengemasannya menggunakan plastik yang ramah lingkungan yang dibuat dari bahan-bahan alami yang dapat terurai oleh alam dengan cepat.

Plastik memang tak bisa dijauhkan dari kegiatan kita yang penggunaannya begitu luas, sesuatu yang ingin kita bawa pastilah menggunakan plastik agar barang-barang kita tetap aman dari air ataupun debu. Tapi alangkah lebih baiknya jika memang ada produsen pembuat plastik dari bahan alami seperti kulit singkong, pati jagung, jamur dan lain sebagainya perlu didukung dan disebarluaskan agar semua lapisan masyarakat dapat menggunakannya secara menyeluruh, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang kian akut berada di setiap tempat, seperti dipinggiran jalan, sungai, pantai, gunung, tempat wisata, disekitaran pasar pun dijumpai sampah plastik yang menumpuk dan berbau.

Kalau bukan kita yang memelihara bumi, lalu siapa lagi? Apakah kita akan membuat bumi ini penuh dengan sampah? Melihatkan kepada anak dan cucu kita alam yang sudah rusak? Tentu saja tidak! sekali lagi, perlu kerjasama antara pemerintahan dan masyarakat agar terwujud bumi Allah yang bersih dan indah. Sebagaimana Allah telah menjadikan kita sebagai pengurus bumi bukan perusak bumi. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ” Aku hendak menjadikan khalifah dibumi.” Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Wallahualam Bishshawab

Comment