Fenomena BTS Meal, Antara Generasi Milenial Dan Kapitalisme

Opini594 Views

 

 

Oleh: Rima Septiani, S. Pd, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Fenomena BTS-Meal yang telah merasuki generasi muda baru-baru ini menuai kontroversi di ranah publik. Mulai dari kisaran harga produk yang tak masuk akal hingga pelanggaran protokol kesehatan akibat kerumunan.

Pada Rabu, (9/6/2021), seperti dilansir republika.co.id, salah satu gerai makanan cepat saji meluncurkan BTS Meal. Akibatnya, gerai tersebut diserbu oleh para ojek online dan para penggemar grup K-Pop, BTS.

Demikian juga yang diberitakan liputan6.com, dalam unggahan itu tampak ada item yang dijual, seperti kertas pembungkus warna cokelat, tempat minuman, boks nugget, dan dua tempat saus (saus tomat dan saus sambal).

Harga untuk empat item itu cukup mahal, yakni mencapai 150 ribu dengan embel-embel bebas ongkos kirim. Bahkan, ada juga yang menjualnya seharga Rp599.000,-. Sungguh miris.

Sangat disayangkan, di tengah pandemi yang belum mereda, keberadaan korean wave (Hallyu) di tanah air semakin menggila. Hal ini dibuktikan dengan fenomena BTS Meal yang membuat generasi muda benar-benar teracuni oleh virus ini.

Serangan pemikiran yang disebarkan melalui korean wave menjadikan generasi muda tenggelam dalam budaya liberal.

Kehidupan hedonis dan materialistik pun kini menjangkiti kepribadian para generasi muda. Mereka mengambil role model dari budaya luar hingga kehilangan identitas sebagai muslim sejati.

Film dan drama korea yang menawarkan kehidupan materialistik ini suskes membuat penonton berhalusinasi. Tak jarang para penikmat hallyu bermutasi menuju korean style yang hedon dan materialistis. Sehingga tak heran, fenomena bunuh diri di Korea Selatan melambung tinggi, akibat ekspektasi kehidupan mewah yang tak bisa diraih.

Karena itu, semenjak korean wave menyerang berbagai negeri melalui musik, film, drama, fashion, hingga food rupanya generasi di Indonesia pun ikut “mabuk” terbawa demam korean wave.

Saat ini pun anak muda di berbagi pelosok Indonesia mulai mengenal artis K-pop. Tak heran, jika popularitas korean wave kini menjamur hampir semua lini kehidupan generasi muda. Hal inilah yang kemudian menjadi faktor rusaknya generasi penerus bangsa.

Indonesia yang dihuni oleh mayoritas muslim justru memilih kiblat dan menggandrungi budaya modernitas yang jauh dari identitas dan akidah seorang muslim.

Inilah sekularisme, sistem yang membelokan tujuan hidup generasi muslim. Konsep paham ini pun menihilkan peran agama dalam mengatur aktivitas dan kepribadian generasi muda. Akibatnya, banyak dari mereka yang tersesat dalam memandang kehidupan.

Wajar, kehidupan hedonis adalah kehidupan yang diagungkan generasi saat ini. Orientasinya hanya berupaya meraih nilai materi dan pujian dari orang sekitar. Tanpa mempedulikan aturan agama, mereka rela menabrak rambu-rambu syariat hanya demi memenuhi keinginan sesaat yang jauh dari ridha Allah Swt.

Generasi muda kerap dijadikan lahan bagi para kapitalis untuk meraup untung sebesar-besarnya. Antusiasme dan pengidolaan luar biasa dari para penggemar BTS segera dimanfaatkan dengan meluncurkan berbagai produk yang dikaitkan dengan grup K-Pop tersebut.

Alhasil, banyak kaum muda terperangkap dalam jeratan kapitalis. Sadar tidak sadar mereka dijadikan target bagi keuntungan para kapitalis.

Antusiasme kaum muda yang rela mengantri produk berlogo BTS yang dijual di gerai makanan cepat saji tersebut. Tanpa pikir pengeluaran dan kondisi terik, mereka pun tetap mengejar makanan tersebut. Parahnya, mereka pun tak memperhatikan dampak negatif ke depan yang diakibatkan oleh paparan Covid-19 karena kerumunan. Miris!

Inilah fenomena sebuah dampak penerapan sistem kapitalis-sekular. Melahirkan generasi yang jauh dari kebermanfaatan. Menjauhkan para pemuda dari tujuan hidup yang jelas. Mereka tak ubahnya generasi rapuh yang menjalani peradaban lapuk.

Hal tersebut tentu jauh berbeda dengan generasi muda yang dilahirkan oleh penerapan sistem Islam secara sempurna, karena Islam menempatkan posisi kaum muda sebagai pembangun peradaban yang gemilang.

Oleh karena itu, Islam dengan basis pendidikan terbaik, mendidik generasinya menjadi para pemuda yang mengerti arti dan tujuan hidup.

Generasi Islam tidakbdibiarkan membebek pada sebuah nilai peradaban  rusak dan rapuh seperti sekulerisme yang jelas-jelas kebobrokannya. Peradaban seperti ini tak akan berkembang di negeri muslim, juga tak akan mempengaruhi akidah serta pandangan hidup generasi muda.

Sebab, Islam senantiasa memelihara akidah dari pengaruh budaya dan pemikiran asing yang datang dari setiap peradaban. Konsep hedonis dan materialistik dibuang jauh-jauh dari kehidupan masyarakat Islam.

Sungguh, inilah peradaban yang sangat dirindukan kedatangannya. Sistem ini pula yang akan menyelamatkan generasi muda dari jeratan sekularisme. Sebab, Islam menjadikan akidah sebagai pengatur kehidupan.

Oleh karena itu, memperjuangkan kehidupan Islam adalah kewajiban bagi umat muslim. Terlebih pada generasi muda yang merupakan estafet kebangkitan Islam. Wallahu a’lam bi ash- shawwab.[]

Comment