Penulis: Nikmah Ridha Batubara, M.Si | Aktivis Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Puluhan anak dan remaja berlenggak lenggok di atas panggung menunjukkan bakatnya sebagai peraga busana dengan nuansa etnik daerah. Hal ini sering kita temui di ajang pencarian bakat dan atau audisi sebuah peran.
Acara pencarian bakat dengan berbagai macam kemasan sudah menjamur di negara ini. Dari dunia tarik suara, fashion, memasak, modeling, putri Indonesia dan lain sebagainya.
Nampaknya orang-orang sudah bingung dengan jati diri dan tujuan hidupnya. Di kehidupan yang kita saksikan hari ini, orang berbondong-bondong mengejar materi, popularitas, kemewahan, uang uang dan uang.
Tidak perduli dengan nilai-nilai agama, bahkan mungkin sudah tidak mengerti dengan aturan agama. Semua ditabrak demi memuaskan nafsunya. Walaupun tak jarang kita temukan di antara orang-orang yang mengikuti ajang pencarian bakat karena didorong oleh faktor ekonomi yang terus menghimpit kehidupannya. Namun, apakah dengan jalan mengabaikan syariat, hal ini dapat dibenarkan?
Kehidupan yang diatur dengan sistem sekuler-kapitalis akan melahirkan orang-orang yang berbuat dengan standar kemanfaatan. Segala hal yang dilakukan harus memberikan keuntungan bagi dirinya. Tidak ada istilah halal-haram.
Selagi memberikan keuntungan maka hal itu akan dilakukannya, sekalipun harus mengorbankan kesuciannya sebagai seorang muslimah.
Mengumbar aurat sudah menjadi hal yang biasa terjadi di masyarakat kita. Bahkan ketika ada seseorang yang menutup aurat dengan sempurna seolah menjadi makhluk asing dan swrta merta menjadi bahan pembicaraan di antara mereka.
Pemisahaan agama dalam kehidupan menyebabkan orang-orang beranggapan bahwa agama itu hanya mengatur urusan ibadah dengan Tuhan saja. Tidak ada urusan dengan pekerjaan dan bagaimana cara menjalani kehidupan di dunia ini.
Slogan ‘my body is my authority’ menjadi tameng yang ampuh untuk membenarkan pamer aurat yang dilakukannya. Bahwa tubuhku adalah otoritasku, diartikan sebagai kebebasan mengumbar aurat sesuka hati tanpa ada yang boleh melarangnya. Sungguh suatu pemahaman yang sangat jauh menyimpang. Sebuah pemikiran dangkal, yang hanya melihat dan memahami sesuatu dari kulit saja.
Islam sangat menjaga kemuliaan seorang wanita. Kemuliaan itu salah satunya ditunjukkan dengan kewajiban menutup aurat dan menjaga dirinya dari pandangan liar orang-orang tidak berhak melihat kecantikannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 :
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٥٩
Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang._
Muslimah yang beradab pastinya tidak akan mau berlenggak lenggok di hadapan khalayak ramai dengan pakaian terbuka yang menjadikannya pusat perhatian. Seorang muslimah yang berilmu pastinya menyadari bahwa keindahan dirinya yang dikaruniakan Allah SWT bukanlah untuk konsumsi umum.
Ilmu yang diraih digunakannya untuk menelaah apa yang diperintahkan Allah SWT dan apa pula yang dilarangNya. Sehingga dalam melakukan suatu hal, standar yang digunakannya adalah standar halal-haram, bukan sekedar mencari manfaat.
Aspek yang lain dari sisi pendidikan. Dengan dasar pendidikan yang berpola fikir dan sikap Islami maka akan lahir adalah manusia-manusia mulia. Dengan ketinggian ilmu dunia dan ilmu akh tidak akan didapati orang-orang yang merendahkan dirinya dengan cara mengambil budaya barat.
Bukan berarti penggunaan ornamen-ornamen seperti kain khas daerah menjadi tidak boleh digunakan. Tentu saja hal itu diperbolehkan dalam Islam sebagai kekayaan khazanah Islam dan menunjukkan identitas suatu daerah atau bangsa.
Hanya saja cara penggunaannya haruslah disesuaikan dengan aturan yang Allah SWT sudah tetapkan. Bukan aturan Allah SWT yang mengikuti budaya, namun budayalah yang menyesuaikan dengan aturan Allah SWT.
Sebagaimana baju-baju syar’i di zaman kejayaan Islam, kalau kita perhatikan fashion di dunia barat di abad pertengahan, maka pakaian ratu-ratu kerajaan mereka berupa jubah dan mantel sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Bahkan semakin tertutup, maka semakin menunjukkan tingginya status sosial dan kekuasaannya.
Hal ini menunjukkan pengaruh Islam cukup kuat dalam kehidupan mereka. Sebaiknya kita mempelajari sejarah lebih dalam agar kita bisa memahami bahwa ternyata Islam telah menghadirkan peradaban terindah sepanjang sejarah dengan berbagai macam gebrakannya.
Hal yang harus kita sadari bahwa Islam pernah menjadi trendsetter dan role model fashion yang diikuti oleh negara-negara di Eropa dan wilayah lainnya di dunia. Menutup aurat sesuai syariat tak akan mematikan gaya justru menjadikan kita semakin berkarya karena aturan Allah SWT jadi tolak ukurnya. Wallahu a’lam bisshowab.[]
Comment