Ir. Novianti, M.Pd*: Mengelola Emosi untuk Mendukung Kesuksesan Anak

Opini846 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Setiap manusia dianugrahi emosi baik positif maupun negatif. Adanya emosi membuat hidup jadi bewarna dan dinamis.

Emosi ini timbul ketika ada kejadian dan peristiwa. Menurut Daniel Goleman, EQ (Emotional Quotient), kecerdasan berkaitan dengan emosi, harus diasah pada anak karena berpengaruh terhadap kesuksessan di masa depan.

Masa yang efektif untuk mengasah EQ di usia 0-12 tahun dan lingkungan memegang peranan. EQ tidak dapat diwariskan, tidak terkait faktor genetik. Pola pengasuhan orang tua berpengaruh kuat pada kematangan emosi anak.

Emosi dalam bahasa sehari-hari sering disebut perasaan. Emosi seseorang pada suatu peristiwa tergantung dari pemikirannya. Bagi seorang muslim pemahaman tentang aqidah, syariah, pengetahuan, dapat membantu mengarahkan kendali emosi dengan cara yang benar dan baik.

Sebagai contoh, seorang ibu tidak akan marah pada anak usia 3 tahun yang belum mau melalukan sholat karena paham hal tersebut bukan prioritas untuk anak seusianya.

Seorang ibu yang memahami tahapan perkembangan anak tidak akan memarahi anaknya usia 1 tahun bermain-main air malah memfasilitasinya karena paham anak berada pada tahapan sensori motor.

Seorang ayah yang memahami kewajiban menutup aurat akan bahagia tatkala anak perempuannya mau berjilbab saat sudah baligh.

Tapi sebaliknya, yang tidak memahami kewajiban menutup aurat merasa malu karena terlihat tidak bergaya seperti remaja lainnya.

Tips Mengendalikan Emosi

Mendidik anak adalah amanah yang dalam perjalanannya terkadang menguji emosi orang tua. Ada tips agar orang tua bisa lebih sabar menghadapi perilaku anak.

1. Perkuat pemahaman agama dan pengetahuan terkait dengan anak.

2. Beristighfar saat emosi sudah mulai muncul karena beristighfar bisa menambah aliran oksigen ke dalam otak dan membantu membuka jalan sistem limbik untuk berpikir rasional dan solutif.

3. Gunakan standar syariah. Jika yang dilakukan bukan perkara melanggar syariah, bersabar. Jika ada pelanggaran syariah, diniatkan sebagai jalan untuk melakukan dakwah.

4. Lihat usia dan watak anak yang dihadapi. Menghadapi anak yang mengamuk di usia 2 tahun dengan usia 8 tahun berbeda. Watak anak juga menentukan pendekatan yang harus dilakukan.

5. Bagaimana situasinya. Anak yang sedang lelah mudah tersulut emosi. Minimalkan kondisi yang bisa memicu emosi anak.

6. Apakah sudah cukup menyampaikan pengetahuan yang terkait, sudahkah kita nasehati dan dakwahi. Jika ikhtiar belum optimal, seyogyanya orang tua terus bersabar sambil berikhtiar.

7. Menyadari bahwa diri ini hanya diwajibkan ikhtiar bukan penentu hasil. Semua yang terjadi atas izin Allah sehingga tidak ada perasaan sedih, kecewa, marah jika sekirannya apa yang dilakukan belum memberikan hasil yang diharapkan.

Selain daripada diatas, jagalah kestabilan emosi dengan menjaga 4 hormon yang berpengaruh pada kebahagiaan seseorang. Orang yang bahagia akan lebih mudah mengelola emosi.

1. Hormon endorphin dengan berolahraga, bergerak agar produktif.
2. Hormon dopamine dengan mengapresiasi diri sendiri, luangkan waktu untuk me time atau dengan pasangan.

3. Hormon serotonin dengan berbagi pada orang lain. Berbagi ilmu, harta, waktu, tenaga untuk menebar manfaat.

4. Hormon oksitosin dengan memberi pelukan, tatapan, genggaman, ciuman, belaian kepada orang orang yang dicintai.

Rasulullah teladan utama dalam praktek mengelola ragam emosi seperti marah, sedih, cinta. Kisah beliau adalah insipirasi yang tak ada habis habisnya bagi manusia dalam setiap masa.

Dengan banyak mengetahui hadits Rasulullah, orang tua menjadi tahu apa saja yang beliau contohkan bagaimana mengelola emosi dalam berbagai situasi.

Orang tua yang mampu mengelola emosi bukanlah orang tua yang tidak pernah merasa kecewa, sedih atau marah. Tapi orang tua yang menjadikan emosi sebagai motivasi perbaikan diri dan orang lain. Model ini diteladani anak dan menjadi pembuka pintu kesuksessannya di masa depan.

*Pengelola TK Anak Sholeh Makassar dan Bekasi, Pengelola Sekolah Tahfizh Iqro Bekasi

Comment