Penulis: Dwi Ratna Firmani, A.Md | Pengusaha Muslimah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Bagaimana mungkin, Sritex, raksasa tekstil terbesar di Indonesia kini tumbang? Tepat pada 1 Maret 2025, di awal bulan suci Ramadhan, ribuan karyawan Sritex berhenti bekerja. Dengan hutang mencapai 26 Triliun, perusahaan ini merasa tidak mampu lagi untuk terus bertahan.
Sepanjang berdiri selama 59 tahun, Sritex diketahui telah melewati berbagai macam lika-liku yang membawanya hingga meraih kejayaan dengan dikenal sebagai raksasa tekstil. Namun, zaman terus berubah. Sritex harus menerima kenyataan tumbang, imbas persaingan pasar global.
PHK massal Sritex, imbas penerapan sistem
Dikutip dari CNBC Indonesia, penutupan Sritex disebabkan karena perusahaan mengalami kepailitan akibat dari imbas badai covid-19.
Hal ini disebabkan anjloknya produksi masker massal dan Alat Perlindungan Diri (APD) di tahun 2021 hingga mengalami kerugian senilai 15,4 triliun rupiah hingga membengkak menjadi 26,2 triliun rupiah.
Belum lagi dampak dari pasar bebas, dan kebijakan pemerintah yang membuka kran impor textile sebesar besarnya dari luar negeri. Kebijakan ini semakin memperparah kondisi keuangan dari pabrik pabrik dalam negeri.
Akibat cengkeraman Kapitalisme
Dalam sistem sekuler kapitalis, pejabat tidak lagi amanah dalam mengurusi rakyat. Hal yang diutamakan adalah bagaimana bisa mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya.
Sistem sekuler membuat orang bebas melakukan apa saja demi mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok, tanpa memperdulikan aturan yang berlaku. Halal, haram tidak lagi menjadi standar dalam kehidupan.
Terkait PHK massal Sritex, negara kurang melindungi rakyatnya. Produksi tekstil dibiarkan pailit, sementara impor tekstil dari Cina terus meningkat. Wajar jika industri dalam negeri tumbang.
Inilah sistem kapitalisme yang meniscayakan pasar bebas. Siapa yang punya modal, bebas memasarkan produknya tanpa ada proteksi terhadap produk dalam negeri. Sritex adalah korban cengkeraman Kapitalisme. Jika Sang Raksasa tekstil saja tumbang, bagaimana lagi yang kecil-kecil?
Dan tidak hanya Sritex. Perusahaan-perusahaan besar lain pun juga bisa mengalami nasib sama jika sistem kapitalisme sekuler ini terus mencengkeram kuat.
Islam mewujudkan kesejahteraan rakyat
Islam adalah agama sempurna, yang diturunkan Allah sebagai solusi atas segala persoalan kehidupan.
Dalam kitab “Peraturan Hidup dalam Islam” ( karya Syekh Taqiyuddin An Nabhani) sistem ekonomi dalam Islam mengatur seluruh kebutuhan pokok setiap individu secara sempurna. Sehingga masyarakat akan terjamin kesejahteraannya, karena kebutuhan dasar mereka sudah ditanggung oleh negara.
Dalam Islam, negara akan berusaha melindungi produksi dalam negeri. Selama negara masih mampu memproduksi sendiri, negara tidak akan melakukan impor. Karena prinsip dalam Islam, negara harus memiliki kedaulatan. Sehingga tidak akan tergantung pada negara lain.
Seperti kasus Sritex, jika terjadi kepailitan dalam sebuah perusahaan besar, negara akan memberikan bantuan. Tidak mudah untuk memberikan jalan bagi perusahaan/negara asing untuk mengambil alih. Karena tugas negara (pemimpin) dalam Islam adalah sebagai perisai untuk melindungi rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR Muslim).
Dengan kejadian PHK massal ini, menunjukkan kegagalan sistem kapitalis sekuler dalam memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi umat manusia.
Sudah saatnya kita membuang jauh-jauh sistem yang menyengsarakan ini. Kita harus kembali pada sistem yang telah terbukti mampu mengantarkan manusia pada puncak peradaban dan diridhoi Allah SWT. Waallahu A’lam bisshowab.[]
Comment