Siti Rahmah: Kebuntuan Sekulerisme Menangkal Arus Hijabers

Berita398 Views
Siti Rahmah, Penulis

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tanggal 4 September diperingati sebagai hari hijab Internasional, sebagai bentuk solidaritas untuk mengenang Marwa Al-Sharbini, seorang muslimah asal Mesir yang dibunuh oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia di ruang sidang kota Dresden, Jerman awal Juli lalu.

Abeer mengatakan, Marwa Al-Sharbini adalah seorang martir bagi perjuangan muslimah yang mempertahankan jilbabnya. “Ia menjadi korban Islamofobia, yang masih dialami banyak Muslim di Eropa. Kematian Marwa layak untuk diperingati dan dijadikan sebagai Hari Hijab Sedunia,” kata Abeer.
Acara solidaritas pada tanggal 4 September diharapkan dapat memberikan dukungan dan kekuatan kepada muslimah dalam rangka memperjuangkan hak-hak mereka. Aroma Islamophobia yang menyengat di Paris tidak akhirnya melemahkan komitmen muslimah dalam mengenakan hijabnya. Justru semakin banyak penentangan yang mereka dapati semakin besar juga dukungan masyarakat dunia.
Seperti halnya kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Tidak bisa dielakan realitas dahsyatnya perkembangan hijab di tanah air yang kian menjadi kiblat fashion dunia saat ini. Gelombang arus hijrahnya muslimah dalam berpakaian menjadikan hijab sebagai trend masa kini. Hampir mayoritas muslimah dalam berbagai jenjang dan usia mereka sudah menjadikan hijab sebagai pakaian harian mereka. Dikampus, kantor, sekolah bahkan instansi-instansi pemerintahan mayoritas mengenakan hijab. 
Mode atau fashion merupakan cara aktualisasi seseorang dalam membangun citra diri, status, dan menyatakan otoritas terhadap lingkungan sosial. Begitupun dengan fashion pakaian muslimah yang sudah bergeser seiring dengan bertambahnya pemahaman agama mereka. Sehingga pakaian bukan hanya sekedar kain yang menutupi tubuhnya tapi pakian bagi muslimah adalah citra diri dan  identitas ditengah kehidupan sosialnya. 
Industrialisasi Hijab
Pergeseran trend fashion muslimah merupakan bentuk keberhasilan dari proyek    penyadaran akan kewajiban menutup aurat. Karena bagi seorang muslimah hijab hakikatnya adalah kewajiban bukan pilihan. Tentu hal ini juga menjadi bukti kegagalan paham sekuler dalam upaya memisahkan agama dari kehidupan muslimah. Keyakinan terhadap agamanya yang menghujam menjadikan muslimah meninggalkan candu sekulerisme yang berkedok kebebasan berpakian. Padahal sesungguhnya jeratan yang menjerumuskan dalam jurang kehinaan.
Berangkat dari kesadarannya saat ini banyak muslimah yang sudah tidak tertarik lagi dengan fashion pakaian you can see it. Bahkan mereka sudah merasa jijik dengan gaya berpakaian yang hampir menyerupai binatang. Tentu hal ini menimbulkan keputusaasaan bagi pengemban paham kebebasan.  Yang akhirnya membuat mereka banyak berdalih dengan mengatakan  busana bukan sekadar alat untuk menutupi tubuh, tetapi media untuk mengekspresikan diri. 
Tentu ungkapan itu dijadikan umpan untuk memikat para muslimah supaya mengekpresikan diri dengan gaya pakaian yang mereka ciptakan. Namun sayang beribu sayang umpan itu rupanya tidak membuahkan hasil, alih-alih terpesona dengan gaya pakaian minimalis justru gelombang hijaber kian membanjiri jagat fashion muslimah. Banyak para designer yang akhirnya harus banting setir demi mengikuti pangsa pasar. Bahkan designer terkenal di Indonesiapun akhirnya ikut meramaikan dunia fashion hijabers dengan karya-karyanya yang spektakuler. Sampai akhirnya Indonesia dinobatkan sebagai kiblat fashion muslimah dunia.
Pangsa pasar yang besar dan menggiurkan membuat para pengusaha melirik bisnis pakaian muslimah ini. Mereka berlomba-lomba menampilkan karya terbaiknya dalam membuat design-designnya. Hanya saja tidak sedikit dari para pengusaha tersebut hanya sekedar mengejar benefit semata. Tanpa berbekal pemahaman atas syarat dan ketentuan pakaian tersebut dikatakan sebagai pakaian muslimah.
Hal ini tentu membawa konsekuensi tersendiri. Yang akhirnya banyak diantara muslimahpun berpakaian hanya sekedar mengejar fashion tanpa meperhatikan aturan sama sekali. Tentu ini adalah PR bagi para muslimah yang sudah paham aturan pakaian supaya terus mengopinikan dan berusaha menciptakan fashion sejalan dengan ketentuan hukum syara. Sehingga para hijabers bisa sempurna dalam menutup auratnya.
Icon Muslimah
Bagi muslimah yang sudah menyadari wajibnya menutup aurat, tentu pakaian yang iya kenakan bukan hanya sekedar mengejar fashion semata tapi lebih dari itu pakaian adalah identitasnya, bukti ketundukannya terhadapa hukum Allah. Sehingga ia akan mengenakan pakaian yang memenuhi kriteria dan ketetapan Allah. Sebagaiaman dalam Al Qur’an surat An Nur ayat 34 dijelaskan pakaian atas wanita disebut khimar dengan ketentuan menutup dada. Sedangkan pakaian bawahnya disebut jilbab atau gamid sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ahjab ayat 59. Inilah ketentuan yang harus dipenuhi bagi hijaber agar sempurna.
Hijaber juga tidak boleh hanya mencukupkan diri dengan tampilan luar. Tapi ia harus sempurnakan penampilannya dengan keimanan, pemahaman dan tsaqofah (pengetahuan) Islam. Sehingga layak baginya menyandang predikat hijaber sejati. Hijabers sejati ini akan berusaha mencerdaskan dan memahamkan kaum muslimah lainnya supaya gelombang hijrah yang melanda muslimah bukan hanya sekedar tampilan luar, yaitu pakaian tapi diiringi pemahaman.  Sehingga mereka tidak akan silau dengan gebrakan fashion yang tidak sejalan dengan tata aturan. Karena dengan pemahaman yang benar mereka akan hijrah sempurna, luar dalam.[]


Penulis adalah motivator remaja

Berita Terkait

Baca Juga

Comment