![]() |
Dewi Salma |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Peristiwa mencekam akibat ulah Geng Motor yang terjadi beberapa waktu lalu di Jakarta dan Depok membuat miris banyak kalangan. Salah satunya adalah Dewi Salma, seorang mantan model yang kini terjun di bidang hukum (Corporate Lawyer) dan juga property.
Dewi, panggilan akrab Dewi Salma yang kini bermitra dengan Ramdan Law Firm di bidang hukum dan kepengacaraan yang sedang dugelutinya ini sangat khawatir dengan perilaku brutal yang dilakukan para Genk Motor di Jakarta dan Depok yang telah melukai dan menewaskan warga.
Fenomena dan perilaku brutal Genk Motor ini lanjut Dewi muncul disebabkan oleh sebuah pencarian jati diri. Ini dibenarkan oleh Taufik yang masih kerabat Muhaimin Iskandar, mantan Mentri Tenaga Kerja yang menemani Dewi berbincang bersama radarindonesianews.com di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (4/62017).
Awal lahirnya perkumpulan Genk Motor ungkap Taufik, di Bandung seperti Moonraker, Grab On Road (GBR), Exalt To Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Briges). Karena dianggap menggangu kenyamanan warga, TNI membubarkan setiap kegiatan yang dilakukan mereka. “Namun demikian, Genk Motor terus berkembang luas ke pinggiran Jawa Barat seperti Tasikmalaya, Cirebon, Garut, Sukabumi, Ciamis dan Subang.” Ujar Taufik.
Ditambahkan Dewi, dirinya juga tidak mengerti apa sasaran dan tujuan Genk Motor itu melakukan tindakan brutal dan kekerasan hingga jatuh korban luka dan tewas.
“Mungkin ada kepuasan tersendiri buat mereka dan dengan cara inilah eksistensi mereka diakui oleh kelompok Geng Motor yang lain.” Ujar mantan model yang kini lebih menggeluti dunia hukum ini.
Untuk mengantisipasi dan meredam aksi brutal Geng Motor ini, Taufik menyarankan sebuah kerja pihak kepolisian yang terintegrasi dengan warga masyarakat setempat dan melibatkan unsur TNI.
“Ada warga yang membantu menjaga keamanan wilayahnya, karena kedapatan membawa senjata, malah ditangkap polisi. Wajar saja warga bawa senjata untuk melindungi diri.” Ujar Taufik heran.
Dengan kordinasi antara warga dan pihak kepolisian, Taufik berharap, selain tidak terjadi salah tangkap, keamanan wilayah akan lebih kondusif dari perilaku brutal para Geng Motor.
Pendapat lain seputar solusi untuk meredam aksi Genk Motor ini, Dewi menambahkan, Kapolri bisa saja meminta Kapolda membuat warning dengan mencopot bawahannya seperti Kapolsek dan Kapolres yang tidak mampu mengatasi Geng Motor yang brutal berlaku anarkis di wilayah hukum tertentu.
“Diberikan warning aja ke Polres atau Polsek yang ga bisa menjaga ketentraman dan kenyamanan wilayahnya akan dicopot.” Imbuh Dewi yang membandingkan bobot masalah Geng Motor lebih besar dari persekusi yang ramai digunjingkan ini.[GF]
Comment