Arief Poyuono, Waketum Gerindra.[Gofur/radarindonesianews.com] |
Menurutnya, program pembangunan ekonomi nasional yang dicanangkan Joko Widodo itu terlalu optimis layaknya mimpi. Karena Jokowi tidak menggunakan methode perencanaan yang tepat.
“Hal ini disebabkan keuangan Adi Karya dan Waskita Karya sudah berdarah-darah memberi dana talangan untuk pembangunan proyek LRT itu namun proyek LRT Cibubur – Cawang dan Palembang belum ada kontrak kerja antara pihak pemerintah dengan pihak Kontraktor yakni Adi karya dan Waskita Karya, hingga mengakibatkan tidak dianggarkan di APBN. Sekalipun diangggarkan, negara tidak mempunyai dana cukup.” Bebernya.
Hal ini lanjut Arief, menyalahi Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003, UU Antimonopoli No. 5 tahun 1999, UU dan Peraturan Tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Oleh karena itulah sambungnya, ke depan, akan menimbulkan masalah hukum dan bisa mangkrak. Karena biaya ditanggung Adikarya dan Waskita Karya sendiri seperti proyek monorel yang hanya menjadi tugu di Jakarta.
“Program Tax Amnesty bukan ide Sri Mulyani. Program pembangunan Infrastruktur 5000 triliun juga bukan ide Darmin dan Sri Mulyani. Artinya, tidak bisa kegagalan ekonomi disalahkan pada Darmin dan Sri Mulyani,” jelasnya.
Program ekonomi khayalan Joko Widodo, tambah Arief, banyak yang dibatalkan dan dipotong anggarannya oleh Sri Mulyani karena APBN yang tidak kuat membiayai.
Comment