Dra. Irianti Aminatun: Smart City Yang Penuh Berkah

Berita518 Views
  Dra. Irianti Aminatun
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Dalam waktu dekat, Kabupaten Bandung ditunjuk sebagai salah satu Kabupaten/kota di Indonesia yang sedang mengembangkan konsep smart city.
Guna mewujudkan smart city, menurut Bupati Bandung Dadang M Naser pemerintah harus mau berubah “Smart people harus terbangun pertama kali karena smart city adalah konsep pembangunan kota yang pintar, cepat dan inovatif. Oleh karena itu pemerintah harus mau berubah untuk mewujudkan keberhasilan smart city Kabupaten Bandung” (http://jabarekspres.com/2018/paparkan-berbagai-program-keberhasilan/).
Mengembangkan konsep smart city erat kaitannya dengan sudut pandang yang mendasari pengembangan tersebut. Selama ideologi kapitalis sekuler masih menjadi landasan dalam membangun smart city, maka orientasi pengembangan dipastikan hanya akan bermuara pada keuntungan materi dan manfaat materi saja. Terlebih ketika pengembangannya justru di danai dari investor asing. Sudah bisa dipastikan orientasi pengembangannya adalah keuntungan sebesar-besarnya yang bisa dikeruk oleh investor. Pembangunan infrastruktur misalnya sering tidak memperhatikan dampak buruknya bagi lingkungan seperti banjir yang kian hari kian parah, juga ancaman longsor akibat pembangunan diperbukitan, penggusuran rakyat miskin yang minim solusi dan seterusnya yang kesemuanya justru akan berdampak buruk pada sebagian besar masyarakat.
Pembangunan pariwisata yang diyakini mampu menjadi sumber pendapatan daerah pun justru menjadi sarana bagi dibukanya kesempatan untuk menumbuhsuburkan kemaksiatan dan kemusyrikan. Dengan dalih untuk menarik wisatawan, atraksi budaya lokal yang tidak jarang kental dengan kemusyrikan dihidupkan. Bukan hal yang baru jika wisatawan juga menginginkan tersedianya tempat maksiat untuk zina, mengkonsumsi khamar dan seterusnya. Masyarakat mungkin bisa menikmati sebagian kecil dari keuntungan materi, namun dampak buruk bagi kerusakan lingkungan dan kerusakan mental masyarakat jauh lebih besar. Bukankah pembangunan model seperti ini justru akan mengundang azab Allah?
Karenanya agar tidak salah arah, pengembangan smart city hendaknya berpijak pada konsep yang benar, hingga bukan saja kemakmuran dunia yang di dapat tapi juga keselamatan di akhirat dari pedihnya azab Allah swt. 
Mushab bin Umair adalah duta Rasulullah saw yang diutus untuk membangun smart people di Madinah dengan konsep yang benar. Konsep itu berpijak pada tiga prinsip utama. Pertama, asas yang mendasari pembangunan individu adalah akidah islam. Kedua, tolok ukur perbuatan dalam kehidupan adalah perintah Allah serta larangan Allah. Dengan kata lain tolok ukur perbuatan adalah halal dan haram. Ketiga, makna kebahagiaan adalah menggapai ridha Allah SWT.
Dengan konsep itu, hanya dalam waktu kurang lebih satu tahun Mushab berhasil membangun mindset penduduk Madinah. Mindset yang dibangun diatas pandangan bahwa manusia dalam melakukan interaksi dengan manusia lain ketika memenuhi kebutuhan hidupnya harus diikat berdasarkan satu kesatuan pemikiran, yaitu pemikiran akidah. Pandangan tersebut juga harus menyatukan keridhaan dan kemarahan mereka dengan kesatuan perasaan. Juga harus menyatukan cara-cara pemecahan masalah mereka dalam berinteraksi, dengan kesatuan sistem yang akan memecahkan masalah tersebut yaitu sistem Islam.
Kesatuan pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) inilah yng menjadi unsur penting bagi Rasulullah dalam membangun smart city di Madinah.
Smart City ala Rasulullah SAW.
Saat Mush’ab bin Umair telah berhasil membangun smart people di Madinah, perintah hijrah turun. Rasulullah lalu melakukan hijrah dari Makah ke Madinah.
Rasulullah tiba di madinah untuk mengimplementasikan konsep Islam yang sudah disosialisasikan oleh Mush’ab bin Umair sebelumnya. Rasulullah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pemerintahan. Membenahi masalah ekonomi, pendidikan, mengatur hubungan diantara mereka baik yang muslim maupun non muslim.
Dalam mengembangkan sumber daya manusia,Rasul menanamkan keyakinan bahwa hidup dan mati adalah ujian. Ujian ketaatan kepada Allah SWT untuk menjadi yang terbaik ditengah manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Pengembangan sumber daya manusia seperti ini telah melahirkan pribadi-pribadi yang berintegritas (shidiq), memiliki kredibilitas tinggi (amanah), pembelajar yang tekun (fathonah) serta senantiasa mendokumentasikan dan mengkomunikasikan gagasannya (tabligh).
Keyakinan untuk menjadi yang terbaik ini, membuat umat islam generasi terdahulu menjadi generasi pembelajar yang paling sabar. Sabar menunda kenikmatan, sabar menempuh kesulitan, sabar untuk tidak tergesa-gesa merayakan keberhasilan, karena sadar bahwa tujuan hidupnya bukan untuk dunia.
Di tangan individu-individu seperti inilah, Madinah berkembang menjadi masyarakat yang berperadaban tinggi, berinovasi di seluruh bidang kehidupan, pertanian, perairan, persenjataan, saintek, infrastruktur, astronomi, kedokteran dan seterusnya.
Bahkan sampai abad pertengahan bukan hanya Madinah yang memiliki peradaban tinggi. Kota-kota seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada, Sevilla juga berperadaban tinggi. Di Granada misalnya kita akan menyingkap bangunan istana al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban yang sangat mencengangkan. Tempat yang selalu menjadi pusat perhatian wisatawan dari mancanegara kendati zaman datang silih berganti. Istana ini didirikan diatas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur yang mengelilingi kota itu sehingga tampak seperti tempat terindah di dunia. Sementara Eropa saat itu masih terbelakang.
Di Cordoba, Malam hari kota itu diterangi lampu. Pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin. Cordoba dikelilingi taman hijau. Orang yang berkunjung ke sana biasanya bersenang-senang dulu di kebun-kebun dan taman-taman sebelum sampai di kota Cordoba. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (saat itu kota terbesar di Eropa penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang).
Demikianlah, dengan konsep yang jelas yaitu konsep yang berasal dari wahyu, Rasulullah mengembangkan Madinah. Hingga hanya dalam waktu kurang lebih 10 tahun Rasul telah merubah masyarakat Madinah menjadi smart city yang membawa rahmat bukan hanya di Madinah tapi ke seluruh dunia. Sebab smart people yang disiapkan oleh Rasulullah telah mengestafetkan perannya sebagai penyebar rahmat di dunia.
Dr. Raghib, penulis buku Maadza Qaddamal Muslimuna lil ‘Alam : Ishaamatul Muslimin fi Al-Hadharah al-Insaniyah menegaskan : “Karakteristik Peradaban Islam yang istimewa sama sekali tidak ada tandingannya dengan seluruh peradaban lain di dunia. Ketika wajah dunia mulai dihiasi kerusakan karena neraca pemahaman dan keyakinan telah terbalik, maka peradaban Islamlah sebagai solusinya”
Jadi, masihkah ada pilihan konsep lain dalam mengembangkan smart city selain konsep Islam? 
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa sesuai apa yang telah mereka kerjakan” (TQS Al – A’raf ayat 96).
Wallahu a’lam bi showab.[]

Comment