Harta Karun Bumi: Penemuan Sumber Gas Berkapasitas 9,45 Juta MMSCFD di Jambi

Berita120 Views

 

 

Penulis: Fitriani | Mahasiswi Aktivis

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Dilansir dari Antara News, SKK Migas telah menemukan sumber gas baru di Jambi. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan telah menemukan sumber gas berkapasitas 9,45 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) di Desa Bengku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mengumumkan penemuan sumber gas baru di Desa Bengku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Penemuan ini merupakan hasil dari kerja sama yang intensif antara SKK Migas dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Jindi South Jambi B melalui kegiatan eksplorasi ulang (re-entry) dan pengetesan ulang uji lapisan di sumur eksplorasi Bungin-1.

Sumur Bungin-1, yang awalnya dieksplorasi pada tahun 1980, telah menunjukkan potensi besar setelah dilakukan pengeboran ulang dan pengujian lebih lanjut. Hasilnya sangat menggembirakan, dengan ditemukannya cadangan gas sebesar 9,45 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan temuan gas ini merupakan temuan hasil eksplorasi kedua yang terjadi di Sumatera Bagian Selatan, setelah sebelumnya ada penemuan minyak di Banyu Lencir, Muara Enim Sumatera Selatan pada 14 Oktober 2024 lalu.

“Eksplorasi terus dilakukan secara agresif agar ketahanan energi bisa tercapai, SKK Migas juga terus mendorong agar monetisasi proyek-proyek yang telah dan akan berjalan dapat segera terwujud,”Ucap beliau.

Penemuan sumber gas baru di Jambi ini dapat dianggap sebagai “harta bumi”. Penemuan migas (minyak dan gas bumi) memang membawa banyak keuntungan bagi umat manusia. Bagaimana tidak? Sumber daya alam ini telah menjadi tulang punggung bagi banyak industri dan ekonomi negara-negara di dunia.

Migas: Jantung yang Memompa Kehidupan Modern dan Penggerak Ekonomi

Bayangkan dunia tanpa kendaraan bermotor, lampu penerangan, atau pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang yang kita gunakan sehari-hari. Sulit membayangkan, bukan?

Semua itu dimungkinkan berkat adanya minyak dan gas bumi (migas). Migas bagaikan jantung yang memompa kehidupan modern. Industri migas bukan hanya sekadar penyedia energi. Ia adalah mesin penggerak ekonomi yang dahsyat.

Dengan ditemukannya ladang minyak dan gas baru, lapangan kerja terbuka lebar, mulai dari pekerja lapangan hingga para ahli teknik. Pajak dan royalti yang diperoleh dari hasil penjualan migas juga menjadi sumber pendapatan negara yang sangat penting.

Uang ini kemudian digunakan untuk membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan, yang pada akhirnya akan meningkatkan konektivitas dan memperlancar distribusi barang dan jasa.

Migas: Anugerah yang Berbahaya Jika Salah Kelola

Migas telah menjadi tulang punggung bagi peradaban modern. Namun, di balik manfaatnya, terdapat sejumlah dampak negatif yang signifikan. Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi migas mencemari lingkungan, mengancam kesehatan manusia, dan merusak ekosistem.

Selain itu, pembakaran migas adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim. Fluktuasi harga minyak juga dapat memicu ketidakstabilan ekonomi global. Sistem kapitalis, dengan fokusnya pada keuntungan jangka pendek, seringkali mengabaikan dampak jangka panjang dari eksploitasi migas, memperburuk lingkungan seperti emisi gas rumah kaca, deforestasi dan kerusakan ekosistem dan masalah sosial seperti perebutan sumber daya, penggusuran masyarakat dan pencemaran air maupun udara.

Islam dan Pengelolaan Migas

Migas merupakan anugerah yang sangat berharga, namun juga memiliki potensi bahaya jika tidak dikelola dengan baik. Islam memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk pengelolaan sumber daya alam, termasuk migas. Prinsip-prinsip Islam seperti keadilan, kelestarian, dan maslahah dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan terkait eksploitasi migas.

Bayangkan jika kekayaan dari migas hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya, sementara sebagian besar masyarakat hidup dalam kemiskinan dan merusak lingkungan serta merugikan generasi mendatang, maka tindakan itu tentu telah bertentangan dengan prinsip maslahah dan syariat islam.

Islam mengajarkan kita untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu pemimpin yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada di dalamnya, termasuk sumber daya alam.

Oleh karena itu, dalam mengelola migas, kita harus mengedepankan prinsip keadilan, kelestarian, dan kemaslahatan umat.[]

Comment