#IndonesiaGelap, #KaburAjaDulu Butuh Cahaya Islam

Opini340 Views

 

Penulis: Fadilah Rahmi, S.Pd | Aktivitas Dakwah

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kian hari kehidupan di Indonesia terasa kian suram, seolah tidak ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Belum lama rezim baru ini berada di pemerintahan,  kebijakan-kebijakan yang dilahirkan sungguh menambah kesulitan hidup masyarakat.

Belum setahun sejak logo garuda dengan latar biru sebagai Peringatan Darurat mewarnai jagat maya, kini muncul logo garuda dengan latar hitam diwarnai dengan luapan kekecewaan masyarakat terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

Keresahan Mahasiswa

Dilansir dari tirto.id (18/2/25), beberapa isu yang diangkat lewat tagar ini termasuk soal kisruh LPG 3 Kg, reformasi Polri, program Makan Siang Bergizi (MBG), pemangkasan anggaran untuk program sosial dan kesejahteraan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan, serta lapangan pekerjaan.

Aksi ini tak cuma bergema di media sosial, tapi juga berwujud demo yang serentak dilakukan di lebih dari 10 wilayah.

Mahasiswa mulai dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Tulang Buwang (UTB) Lampung, hingga Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA), dilaporkan menggelar aksi massa bertajuk Indonesia Gelap, pada Senin (17/2/2025).

Aksi demo Indonesia Gelap yang dimotori oleh kalangan mahasiswa di berbagai daerah ini memberikan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Kelima tuntutan tersebut di antaranya mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 karena menetapkan pemangkasan anggaran yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.

Mahasiswa juga menuntut pemerintah mencabut pasal dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (RUU Minerba) yang memungkinkan perguruan tinggi mengelola tambang guna menjaga independensi akademik.

Selain itu, BEM UI juga mendesak pemerintah untuk mencairkan tunjangan dosen dan tenaga kependidikan secara penuh tanpa hambatan birokrasi dan pemotongan yang merugikan, mengevaluasi total program MBG dan mengeluarkannya dari anggaran pendidikan, serta berhenti membuat kebijakan publik tanpa basis riset ilmiah dan tidak berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Turunnya mahasiswa ke jalan ini menunjukkan bahwa adanya keresahan terhadap kondisi politik di Indonesia, serta menunjukkan adanya kepedulian terhadap isu-isu politik atau kebijakan pemerintah, dan menginginkan perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Namun, pertanyaannya adalah kemanakah arah perjuangan mahasiswa saat ini? Apakah kepada perubahan kebijakan? Perubahan atau pergantian rezim? Atau mencari alternatif sebuah sistem yang lebih baik?

Arah Perubahan Mahasiswa

Sayangnya tuntutan yang ditawarkan oleh mahasiswa masih mengarah kepada perubahan kebijakan atau mengawal demokrasi agar berjalan dengan baik, bahkan ada yang menawarkan untuk kembali pada demokrasi kerakyatan.

Padahal penerapan sistem demokrasilah yang menjadi akar permasalahannya, sehingga khawatir nasib rakyat Indonesia di masa mendatang akan semakin gelap dan suram.

Selain itu hastag #IndonesiaGelap juga diikuti dengan tren #KaburAjaDulu yang dianggap sebagai salah satu solusi untuk mencari peluang di tempat yang lebih baik. Tren ini juga memperkuat narasi bahwa banyak orang yang sudah pesimis dengan kondisi politik dan ekonomi di Indonesia, seperti sulitnya mencari lapangan pekerjaan, rendahnya gaji dengan biaya hidup yang terus naik.

Kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan, belum lagi hampir setiap hari ada saja “gebrakan” baru di pemerintahan, seperti kasus korupsi yang kian mencuat sejatinya hanyalah permasalahan cabang yang lahir bukan hanya karena sekedar bergantinya rezim dengan diikuti kebijakan yang salah dan solusi tambal sulam.

Segala permasalahan negeri ini lahir dari sistem yang salah yaitu sistem demokrasi sekulerisme. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan, sehingga segala lini kehidupan maupun kebijakannya dibuat oleh manusia berdasarkan kepentingan pribadi ataupun segelintir orang atau oligarki.

Indonesia Butuh Cahaya Islam

Mahasiswa memang sudah seharusnya melek politik dan kritis namun juga harus bisa memberikan solusi yang benar. Karena akar permasalahan negeri ini adalah sistem buatan manusia yaitu demokrasi sekuler, maka yang harus diganti adalah sistemnya.

Solusi hakiki dari seluruh permasalahan negeri ini yaitu penerapan Islam secara menyeluruh di segala lini kehidupan.

Dalam Islam pemimpin bertanggung jawab mengurusi seluruh permasalahan umat, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad saw., :

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Pemimpin dalam Islam melahirkan kebijakan untuk kemaslahatan umat, karena dalam Islam negara melahirkan kebijakan sesuai dengan syariat Islam atau sesuai Alquran dan Sunnah, bukan untuk kepentingan pribadi. Allah Swt berfirman yang artinya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Maka sudah seharusnya kaum Muslim kembali kepada kehidupan Islam agar negeri ini diberkahi oleh Allah Swt. Dengan penerapan Islam secara menyeluruh akan membawa kebaikan bagi seluruh negeri, Muslim ataupun non Muslim.

Contoh dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), negara dalam Islam harus mengelola sendiri SDA bukan menyerahkannya pada pihak swasta maupun asing, kemudian mengembalikannya kepada rakyat dalam bentuk fasilitas kesehatan dan pendidikan gratis, gas maupun BBM akan didapatkan dengan murah bahkan gratis.

Kesejahteraan yang diwujudkan ketika Islam diterapkan dapat kita lihat pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar Rasyid pada masa Daulah Abbasiyah, saat itu Khalifah tersebut dikenal sebagai sosok yang tidak mengenal kompromi kepada pelaku korupsi, bahkan jika yang melakukan korupsi tersebut adalah orang terdekatnya. Misalnya seperti tindakan pemecatan serta memenjarakan Yahya bin Khalid yang ia angkat sebagai perdana menteri atau wazir.

Kala itu Harun Ar-Rasyid juga melakukan penyitaan dan pengembalian harta Yahya bin Khalid yang bernilai 30,87 juta dinar yang didapatkannya dari hasil korupsi ke kas negara. Ia juga memastikan pemerataan ekonomi kepada seluruh rakyatnya, sehingga harta tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja.

Maka mahasiswa yang menjadi agen perubahan seharusnya mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar ma’ruf nahi munkar dan menyuarakan solusi Islam. Karena hanya dengan penerapan sistem Islam meniscayakan masa depan masyarakat gemilang bukan gelap atau suram, apalagi sampai harus #KaburAjaDulu.

Untuk itu, pemuda seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah islam agar dapat mengawal perubahan sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw,. yaitu perubahan yang mampu mencabut masalah sampai ke akarnya. Wallahu a’lam bishawab.[]

Comment