![]() |
Sukma Oktaviani, Penuis (Kanan) |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Innailaihi Wa Innaa ilaihi raajiuun. Fenomena alam berupa gempa yang terjadi di Lombok beberapa waktu lalu masih menggema didalam benak ini. Fenomena yang sebenarnya beberapa bulan kebelakang sudah sangat sering terjadi di beberapa daerah di negera kita tercinta.
Pada Fenomena alam tersebut menurut: BNPB dan BPBD NTB menyatakan jumlah korban jiwa akibat gempa Lombok 131 orang hingga Rabu. Sementara TNI menyebut jumlah korban jiwa sampai 381 orang, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan BPBD setempat menyebut jumlah korban jiwanya 347 orang serta Gubernur Nusa Tenggara Barat dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan jumlah korban jiwa sebanyak 226 orang. ( liputan6.com )
Data korban memang berbeda-beda, tetapi pada intinya sangat banyak sekali korban yang berjatuhan disana.
Perlu kita ketahui pengertian Fenomena alam berupa gempa sendiri secara geografis adalah peristiwa berupa getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi yang ditimbulkan oleh tenaga asal dalam.
Secara geografis memang bisa dilihat faktanya. Namun perlu digaris bawahi bahwa fenomena alam yang berupa gempa tersebut tak mungkin terjadi tanpa kehendak Allah SWT.
Segala puji bagi Allah, penguasa dan pengatur langit dan bumi. Dialah dzat yang menghidupkan dan mematikan, tak ada satupun kekuatan yang menghalangi-Nya. Semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak-Nya.
Allah tak mungkin memberikan suatu bencana tanpa alasan dibalik itu semua. Bagi orang-orang yang beriman dan yang berpegang teguh pada agama-Nya (Islam) ini adalah cobaan baginya. Tapi bagaimana jika pada orang yang mengingkari syariat-Nya? Ini adalah teguran. Firman Allah SWT :
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. [al A’raaf : 96].
Mengapa bisa itu semua adalah teguran ? Mengapa bisa Allah turunkan bencana? Karena, syariat-Nya tak diterapkan oleh umat-Nya. Umat-Nya hanya mengambil sedikit syariat-Nya tanpa menerapkan seluruhnya.
Lebih menyedihkannya lagi, terkadang umat-Nya merasa sudah tak aneh lagi mendengar bencana tersebut. Karena, sering sekali fenomena alam itu terjadi.
Bukankah seharusnya mereka berpikir, mengapa hal itu bisa terjadi?
Ada saja yang berpikir tetapi hanya berpikir secara mendalam. Hanya sampai alasan bahwa fenomena tersebut terjadi secara geografis.
Bukan berpikir cemerlang. Dengan pertanyaan yang membuat diri timbul kesadaran. Siapa yang menciptakan bencana itu sendiri? Siapa yang mengaturnya? Dan apa alasannya. Seharusnya itu pertanyaannya.
Bencana harus menjadi tamparan bagi kita semua. Apa sebenarnya yang Allah inginkan? Bukan malah menjadi keluhan, dan hanya rasa ketakutan tanpa ada tindakan.
Bukankah Allah sudah menegaskan bahwa orang yang beriman dan bertakwa akan Allah beri keberkahan dari langit dan dari bumi.
Apakah kita sudah beriman? Jika sudah. Apakah kita sudah bertakwa? Menjalan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Bukan menjalankan separuh perintah-Nya, dan menjauhi separuh larangan-Nya. Bukan.
Jika kita ingin negeri ini berkah, maka kembalilah pada syariat-Nya. Dengan menerapkannya secara keseluruhan dibumi-Nya ini. Agar Allah tak marah, agar Allah memberkahi kita semua.
Dengan diterapkan syariat-Nya sudah menjadi kepastian bahwa kita akan diberkahi dunia dan akhirat. Wallahu ‘alam.[]
Penulis adalah siswi SMA di Cikampek
Penulis adalah siswi SMA di Cikampek
Comment